Label Pangan: Konsumsi Berlebihan Mempunyai Efek Laksatif

Kemarin, saya pergi jalan-jalan ke satu supermarket  yang masih tergolong baru di kota tempat saya tinggal. Lalu, saya menemukan satu wajah ...

Jumat, 15 September 2023

Suodiu, Warisan Pelaut Hubei



Sumber= liputan6.com

Gini lho, saya heran kenapa suo diu bisa dikategorikan sebagai makanan lihat di banyak laman internet dan sosial media. Ada yang bilang kalau suo diu adalah streetfood tradisional dari provinsi Hubei, China. Padahal, menggunakan batu sebagai bintang utamanya. Rasanya, agak unik ya untuk dijadikan menu utama. Kalau batu itu dihidangkan seukuran kerikil untuk ayam mungkin bisa bermanfaat bagi ayam. Karena, ayam butuh makan batu demi membantu pencernaannya.Untuk seukuran manusia, batu  dikunyah, gigi langsung remuk. Hehe.

Memang sih dari namanya, suo diu berarti sedot dan buang. Batu  tersebut berarti batu segar yang langsung diambil dari dasar sungai dan dimasak.  Katanya, kehidupan di sungai tersebut sudah menyatu dengan batu-batu yang memiliki permukaan lembut. Ditumis dengan bawang merah, putih, jahe, wortel, sayur-sayuran, daun rosemary, kol, minyak cabai, dan bawang bombay. Hidangan ini dinilai memiliki aroma dan flavor seafood khas yang lezat. Penampilannya pun cukup menarik.


Kalau dilihat dari bahan-bahan yang digunakan kaya akan vitamin dan mineral sih. Apalagi pengolahannya ditumis, sehingga vitamin dan mineralnya bisa cukup awet.  Namun, bila dilihat berdasarkan keputusan kepala badan POM tentang Kategori Pangan, sesungguhnya terdapat 16 kategori makanan dari produk susu sampai pangan komposit. Hidangan batu ini tidak sepenuhnya klop dengan ke enam belas kategori ini. Karena umumnya, makanan menggunakan bahan utama yang edibel atau dapat dimakan. 


Yang paling mendekati ialah dalam kategori pangan komposit, yaitu produk makanan dehidrasi yang dapat mengandung olahan sayur atau hewan, dan rempah untuk kemudian ditambahkan air sebelum dimasak; makanan siap saji. Nasi liwet, gudeg jogja, soto betawi, nasi megono mereka adalah makanan tradisional juga dan termasuk pangan komposit. Bedanya, mereka menggunakan kombinasi dari pangan hewani, ayam, telur, hati, ampela, daging/paru dan nabati, yaitu nangka. Coba kalau suo diu ditambahkan kombinasi dari bahan pangan hewani, setidaknya yang mirip-mirip irisan daging ikan atau bakso ikan dan produk-produk seafood lainnya, saya jamin  bisa menambahkan kandungan  protein yang diasup juga. 


Bakso ikan, daging kepiting/ crabstick, tiram bisa saja dijadikan sebagai sebuah topping dalam hidangan ini seperti layaknya minuman boba yang sempat viral. Dengan begitu, ini bisa dijadikan ide bisnis yang baru demi membuat suo diu lebih inovatif dan bergizi tanpa  mengesampingkan warisan budaya dari para pelaut.  


Jadi membeli hidangan itu disamping unik, melestarikan warisan budaya, tapi kandungan gizinya juga tidak kalah penting. Karena tujuan kita makan untuk  energi kita sehari-hari ya, tambah fokus.  Energinya bisa dari gizi yaitu protein, lemak, karbohidrat yang dihitung berdasarkan kalori yang diasup. Kalau makan sayur-sayuran dan buah-buahan tanpa daging bisa-bisa dan sehari-hari makan itu-itu terus, ya badan juga ikut lemas. Unik sih, karena kata orang batunya bisa dibawa pulang dan dijadikan souvenir. 






Daftar pustaka


BPOM. https://jdihn.go.id/files/491/Keputusan%20Kepala%20Badan%20POM%20tentang%20Kategori%20Pangan.pdf


Voi. (2023). https://voi.id/lifestyle/291074/mengenal-suodiu-makanan-tumis-batu-yang-populer-di-china 


CNN. (2023). https://www.youtube.com/shorts/TY1WlrdmBBE


South China Morning. (2023). https://www.youtube.com/watch?v=rTfoEfq9rWg&t=15s



Tidak ada komentar:

Posting Komentar