Label Pangan: Konsumsi Berlebihan Mempunyai Efek Laksatif

Kemarin, saya pergi jalan-jalan ke satu supermarket  yang masih tergolong baru di kota tempat saya tinggal. Lalu, saya menemukan satu wajah ...

Tampilkan postingan dengan label pangan. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label pangan. Tampilkan semua postingan

Minggu, 02 Juli 2023

Manfaat Konsumsi Daging Kambing

Manfaat Konsumsi Daging Kambing
#edisikulinerindonesia

Kemarin, selama idul Adha, pasti banyak yang makan kuliner berbasis kambing nih. Mulai dari sate kambing, rendang, gulai hingga krengseng. Di luar negeri, daging kambing dapat dibuat menjadi beberapa produk pangan, yaitu dry cured meat, dry fermented sausage, serta  bahan pendukung untuk membuat patty. Bagaimana rasa daging kambing? Luar biasa enak ya.. 

Daging kambing merupakan daging yang memiliki aroma dan komposisi kimia yang unik. Bila dari tampilan luarnya, tidak terlalu berbeda jauh warnanya dengan daging sapi, yaitu berwarna kemerahan karena mengandung mioglobin. Namun, berdasarkan kandungan gizinya, daging kambing memiliki kandungan kolesterol dan lemak jenuh yang lebih rendah dibandingkan dengan daging sapi.  Sesungguhnya, kualitas daging kambing ditentukan oleh faktor genetika kambing, usia, serta jenis kelamin kambing.


Yuk, mari kita lihat kandungan gizi dan fungsionalitas dari daging kambing. 


A. Kandungan gizi

Bersamaan dengan keluarga daging lainnya, yaitu daging ayam, daging sapi. Di dalam daging kambing terkandung kandungan protein, lemak jenuh, kolesterol, lemak, dan kalori. Berikut fakta-fakta yang ada:

>>  Daging kambing memiliki protein yang sebanyak 23 gram per tiga oz dari daging yang sudah dimasak. 

>> Kandungan kolesterol daging kambing lebih rendah, yaitu 63,8 mg dibandingkan dengan daging sapi yaitu 73,1 mg 

>> Kandungan lemak jenuh daging kambing lebih rendah, yaitu 0,79 gram dengan daging sapi, yaitu tiga gram. 


Hal ini tentunya akan menguntungkan, karena bila kandungan lemak jenuh sedikit, resiko terkena penyakit kardiovaskuler akan semakin lebih kecil (Ivanović dkk., 2016) Selain itu, di dalam daging kambing mengandung asam amino esensial, yaitu lisin, teoronin, dan triptofan. Stajic & Pisinov (2021) menambahkan bahwa daging kambing merupakan sumber untuk mendapatkan mineral-mineral, seperti zat besi dan kalium. Selain itu, daging tersebut mengandung kandungan vitamin B-complex. 


Mari kita kupas satu per satu manfaat dari kandungan gizi tersebut:

Asam amino esensial

Asam amino esensial merupakan asam amino yang tidak dapat disintesis oleh tubuh. Oleh karena itu, asam amino ini perlu didapatkan dari sumber pangan lainnya. Asam amino esensial yang terkandung di dalam daging kambing, yaitu:

1) Lisin

Lisin berperan penting untuk sintesis protein, hormon, serta enzim. Selain itu lisin berperan penting dalam pembentukan kolagen, produksi energi serta mengontrol sistem imunitas. 

2) Teoronin

Teoronin merupakan komponen penting untuk jaringan kolagen, dan elastin. Selain itu, asam amino tesebut bermanfaat untuk membantu memetabolisme lemak serta meningkatkan fungsi imun. 

3) Triptofan

Triptofan merupakan asam amino yang unik, karena Ia dapat mengatur nafsu makan, mood serta membantu kita untuk tidur menjadi lebih nyenyak. Selain itu, ia merupakan perkusor dari serotonin, yaitu hormon pengatur fisiologis yang dimulai dari pengatur suhu tubuh, tidur, dan nafsu makan. 


Zat besi

Zat besi digunakan untuk membentuk hemoglobin dalam darah sehingga dapat mencegah penyakit Anemia. Berdasarkan jurnal kesehatan Andalas, zat besi merupakan zat gizi mikro yang sangat diperlukan oleh tubuh. Diduga daging kambing dapat memberikan Zat besi bertipe heme yang lebih mudah diabsorbsi di dalam tubuh. 


Kalium

Kalium ialah mineral yang diperlukan oleh tubuh, berfungsi sebagai pengendali tekanan darah, dan membersihkan karbodioksida di dalam darah (Fitriani dkk., 2012). Selain itu, kebutuhan kalium perlu dipenuhi secara cukup. Bila kekurangan kalium akan menyebabkan hipokalemia, mengakibatkan frekuensi denyut jantung yang melambat. Sebaliknya, bila kalium berlebiih / disebut juga dengan kondisi hiperkalemia, yang akan membuat aritmia jantung. Berdasarkan Pokneangge & Mewo (2016) kadar kalium dalam serum darah normal yaitu berkisar antara 3.5-5.0 mmol/L.    


Vitamin B Complex

Vitamin B-complex merupakan vitamin yang larut dalam air, terdiri dari B1, B2, B3, B5, B6, B12, kolin, Inositol, dan Biotin (Shellac, 2015). Kegunaan vitamin tersebut yaitu memproduksi energi dari sel-sel yang di dalam tubuh. Sehingga, bila kita mengonsumsi daging kambing ada kemungkinan daging kambing ini membantu memberikan kita energi yang lebih dalam metabolisme di tubuh.  


Kesimpulan 

Kesimpulan dari tulisan ini, yaitu daging kambing merupakan daging yang tidak kalah baik kandungannya dengan daging-daging lainnya, memiliki beberapa kandungan fungsional seperti asam amino esensial, zat besi, kalium, dan vitamin B Complex. Namun, ada baiknya untuk tetap mengontrol daging kambing yang dikonsumsi agar tidak berlebih. Bila daging kambing dikonsumsi berlebih, berpotensi dapat meningkatkan tekanan darah serta berat badan (Afid & Nurmasitoh, 2016). Oleh karenanya, tetap pikirkan apa yang kita makan ya.


Seperti kata pepatah:

"You are what you eat" - Anthelme Brillat-Savarin


Michael Adrian Iskandar, S.TP., M.T.P.
Nutrition and Culinary Technology
Food Enthusiast 


Daftar Pustaka

Afid, M. D., & Nurmasitoh, T. (2016). Efek konsumsi daging kambing terhadap tekanan darah. Jurnal Kesehatan Masyarakat10(185-90).

CNN Indonesia. (2023). https://www.cnnindonesia.com/gaya-hidup/20190810092756-262-420057/5-makanan-favorit-idul-adha-berbahan-daging-kambing-dan-sapi

Fitriani, N. L. C., Walanda, D. K., & Rahman, N. (2012). PENENTUAN KADAR KALIUM (K) DAN KALSIUM (Ca) DALAM LABU SIAM (Sechium Edule) SERTA PENGARUH TEMPAT TUMBUHNYA (Determination of Potassium (K) and Calcium (Ca) Content in Chayote (Sechium Edule) and The Effects With its Growth Soil). Jurnal Akademika Kimia1(4).

Frieslandcampina. (2023). The functions of amino acid essential. https://www.frieslandcampinainstitute.com/uploads/sites/3/2023/01/FC-Institute-Infographic-The-functions-of-essential-amino-acids.pdf

Lestari, I. P., Lipoeto, N. I., & Almurdi, A. (2018). Hubungan konsumsi zat besi dengan kejadian anemia pada murid SMP Negeri 27 Padang. Jurnal Kesehatan Andalas6(3), 507-511.

Ivanović, S., Pavlović, I., & Pisinov, B. (2016). The quality of goat meat and it's impact on human health. Biotechnology in Animal Husbandry32(2), 111-122. 

Karami, M., & Bagheri, M. (2019). Color characteristics of goat meat under dietary regime. Біологія тварин, (21,№ 1), 21-26.

MÜCK-ŠELER, D. O. R. O. T. E. A., & Pivac, N. (2011). Serotonin. Periodicum biologorum113(1), 29-41.

Pokneangge, R. J., Tiho, M., & Mewo, Y. M. (2016). Perbandingan Kadar Kalium Darah Sebelum Dan Sesudah Aktivitas Fisik Intensitas Berat. eBiomedik3(3).

Schellack, G., Harirari, P., & Schellack, N. (2016). B-complex vitamin deficiency and supplementation. SA Pharmaceutical Journal83(4), 14-19.

Stajic, S., & Pisinov, B. (2021, October). Goat meat products. In IOP Conference Series: Earth and Environmental Science (Vol. 854, No. 1, p. 012092). IOP Publishing.

Kamis, 10 November 2022

Fortifikasi Gizi Pangan

Fortifikasi Gizi Pangan
Food Nutrition Fortification

Ditulis oleh: Michael Adrian Iskandar l Food Enthusiast 
Written by: Michael Adrian Iskandar l Food Enthusiast


Sumber: Kompasiana
Source: Kompasiana


Fortifikasi gizi pangan yaitu penambahan vitamin dan mineral ke dalam produk pangan dalam meningkatkan mutu pangan itu sendiri serta mencegah defisiensi (Setyaningrum dkk., 2017). Secara umum, vitamin dan mineral yang ditambahkan ke dalam produk pangan, yaitu vitamin A, zat besi, serta yodium. Fortifikasi tersebut merupakan salah satu strategi pemerintah untuk meningkatkan kualitas gizi masyarakat tercantum dalam Peraturan Pemerintah No. 28 tahun 2004 tentang Keamanan, Mutu, dan Gizi Pangan. Tujuan fortifikasi yaitu mencegah timbulnya gangguan gizi, pemeliharaan, dan perbaikan status  gizi masyarakat. Terbukti, konsumen yang mengonsumsi minyak goreng yang difortifikasi vitamin A dan dikonsumsi selama ≥12 minggu  memiliki prevalensi defisiensi vitamin A yang lebih rendah dibandingkan dengan konsumsi minyak goreng yang tidak difortifikasi. Fortifikasi dilakukan apabila pangan tersebut tidak mengandung zat gizi yang ingin ditambahkan (Peraturan Pemerintah No. 28, 2004), misalnya yodium yang ditambahkan di garam. 

Food nutrition fortification is the addition of vitamins and minerals into food products in improving the quality of the food itself and preventing deficiencies (Setyaningrum et al., 2017). In general, vitamins and minerals are added to food products, namely vitamin A, iron, and iodine. The fortification is one of the government's strategies to improve the nutritional quality of the community as stated in Government Regulation no. 28 of 2004 concerning Food Safety, Quality and Nutrition. The purpose of fortification is to prevent nutritional disorders, maintain and improve the nutritional status of the community. Evidently, consumers who consumed cooking oil fortified with vitamin A and consumed for 12 weeks had a lower prevalence of vitamin A deficiency compared to consumption of unfortified cooking oil. Fortification is carried out if the food does not contain the nutrients to be added (Government Regulation No. 28, 2004), for example, iodine added to salt.

.

Selain itu, berdasarkan penelitian Vidianinggar (2021) dalam Journal of Nutrition and Metabolism menambahkan bahwa telah dilakukan berbagai macam fortifikasi gizi pangan, yaitu fortifikasi vitamin A pada minyak goreng, margarin, dan gula. fortifikasi vitamin D  pada susu dan margarin; fortifikasi asam folat dalam tepung; serta fortifikasi zat besi dalam susu dan tepung terigu. Sejak tahun 2001, fortifikasi tepung terigu mulai wajib dan dilaksanakan dengan ketentuan Peraturan Presiden Republik Indonesia, yaitu  paling sedikit 50 mg / kg besi bersama minimal 30 mg / kg seng, 2,5 mg / kg tiamin, 4 mg / kg riboflavin, serta 2 mg / kg asam folat (Vidianinggar, 2021). Fortifikasi vitamin A  ke dalam minyak sawit juga diwajibkan melalui Permenperin No. 46 Tahun 2019 yang mewajibkan SNI Minyak Goreng Sawit.

In addition, based on research Vidianinggar (2021) in the Journal of Nutrition and Metabolism added that various kinds of food nutrition fortification have been carried out, namely fortification of vitamin A in cooking oil, margarine, and sugar. fortification of vitamin D in milk and margarine; folic acid fortification in flour; and iron fortification in milk and wheat flour. Since 2001, wheat flour fortification has become mandatory and implemented under the provisions of the Presidential Regulation of the Republic of Indonesia, namely at least 50 mg/kg iron together with a minimum of 30 mg/kg zinc, 2.5 mg/kg thiamine, 4 mg/kg riboflavin, and 2 mg/kg riboflavin. mg/kg folic acid (Vidianinggar, 2021). Fortification of vitamin A into palm oil is also required through Permenperin No. 46 of 2019 which requires SNI for Palm Cooking Oil.


Daftar Pustaka

Bibliography

BSN. (2021). https://www.bsn.go.id/main/berita/detail/12174/pemenuhan-pangan-bergizi-melalui-produk-fortifikasi-ber-sni#:~:text=Fortifikasi%20merupakan%20salah%20satu%20metode,lagi%20bagi%20populasi%20rawan%20gizi.

Setyaningrum, C. H., Fernandez, I. E., & Nugrahedi, R. P. Y. (2017). Fortifikasi Guava (Psidium guajava L.) Jelly Drink dengan Zat Besi Organik dari Kedelai (Glycine max L.) dan Kacang Hijau (Vigna radiate L.). Jurnal Agroteknologi11(01), 10-16.

Siagian, A. (2022). PENDEKATAN FORTIFIKASI PANGAN UNTUK MENGATASI MASALAH KEKURANGAN ZAT GIZIMIKRO. Universitas Sumatera Utara. https://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/3762/fkm-albiner5.pdf;jsessionid=FB03A3EF165CE3430112AEC90889F284?sequence=1. 

Vidianinggar, M., Mahmudiono, T., & Atmaka, D. (2021). Fad Diets, Body Image, Nutritional Status, and Nutritional Adequacy of Female Models in Malang City. Journal of Nutrition and Metabolism2021 https://fkm.unair.ac.id/efektivitas-fortifikasi-pangan-dalam-meningkatkan-status-gizi-ibu-dan-anak-di-indonesia/

Jumat, 28 Oktober 2022

Mengenal Lebih Dalam Sambal Matah

Mengenal Lebih Dalam Sambal Matah

Ditulis oleh: Michael Adrian Iskandar l Food Enthusiast


Sumber: kumparan

Siapa penggemar sambal matah? 

:)

Lantas, kenapa sih sambal matah ini  populer? sambel matah ini populer karena proses pengolahan yang relatif mudah serta bahan-bahannya yang hampir bisa ditemukan di seluruh Indonesia (Tiofani, 2022b). Sambel matah terdiri dari dua kata, yaitu sambel dan matah. Sambel berarti sambal dan matah berarti mentah. Oleh karena itu, sambal matah ini hanya dapat bertahan hanya satu hari. Sambal ini digemari oleh masyarakat Indonesia, karena berasa pedas dan cocok disajikan dengan menu berbasis ayam, bebek, dan ikan (Wakhyuningngarsih, 2018). Konon, masyarakat bali dahulu sering mengonsumsi lauk ikan asin yang dikombinasikan dengan sambal matah (Tiofani, 2022b).


Sambel matah tersebut terbuat dari bawang merah, bawang putih, cabai, terasi, sereh, minyak kelapa, garam, daun jeruk purut dan sereh. Beberapa resep dapat menambahkan air jeruk nipis untuk menambah rasa asam Uniknya, sambal ini berasal dari Bali dan di dalam proses pembuatannya menggunakan bahan-bahan mentah serta tidak mengalami proses pemanasan atau pelumatan (Tiofani, 2022b; Anonim, 2019). Namun, pada beberapa pengolahan sambel matah dilakukan sedikit modifikasi, yaitu dilakukan pemanasan pada minyak dan terasi. Alasan terasi dipanaskan bersama dengan minyak berguna untuk menambah aroma terasi agar lebih harum (Anonim, 2007).   


Secara umum, terasi yang digunakan perlu dalam kondisi kering dan matang, sedangkan cabai yang digunakan yaitu cabai rawit merah (April, 2022). Supaya sambal matah tampak lebih segar, cabai perlu di rendam di air es terlebih dahulu (Anonim, 2020). minyak yang digunakan dapat menggunakan  minyak kelapa, minyak kelapa sawit, dan minyak salad (Tiofani, 2022a).  

#edisimakananbali


Daftar Pustaka

Anonim. (2007).  Sambal Matah. https://food.detik.com/tanya-jawab/d-866393/sambal-matah

Anonim. (2019). Sambal Matah. https://www.tribunnewswiki.com/2019/07/17/sambal-matah

April. (2022). 4 Varian Resep Sambal Matah, Bikin Nangis dan Keringetan https://www.intipseleb.com/lokal/27730-resep-sambal-matah

Anonim. (2020). Resep Sambal Matah dan Tips Sambal Matah Tampak Segar. https://www.kompas.com/food/read/2020/06/19/192418775/resep-sambal-matah-dan-tips-agar-sambal-tampak-segar?page=all

Tiofani, K. (2022a). 3 Jenis Minyak Terbaik untuk Bikin Sambal Matah.  https://www.kompas.com/food/read/2022/03/19/210300575/3-jenis-minyak-terbaik-untuk-bikin-sambal-matah-saran-dari-koki?page=all

Tiofani, K. (2022b). Mengenal Sambal Matah, Sambal Mentah Khas Bali. https://www.kompas.com/food/read/2022/03/17/203300075/mengenal-sambal-matah-sambal-mentah-khas-bali?page=all

Wakhyuningngarsih.  (2018).  Sambal Matah: Sambal Khas Pulau Dewata. https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpnbbali/sambal-matah-sambal-khas-pulau-dewata/

Yudhistira. (2022). Resep Sambal Matah yang Segar dan Cara Membuatnya. https://www.bhinneka.com/blog/resep-sambal-matah/

Kamis, 14 April 2022

Penyebab Pisang Mudah Rusak

Berdasarkan World Atlas (2020) yang dikutip dari liputan6.com, pisang merupakan buah terpopuler kedua setelah buah tomat. Pisang memiliki banyak kandungan kalium, yang berguna untuk mempertahankan imunitas dan kebugaran tubuh. Selain itu, berdasarkan penelitian Revelo-Cáceres (2020) telah dibuktikan bahwa pisang merupakan salah satu agen yang dapat membuat minuman  selada Romaine menajdi lebih disukai.  Pisang merupakan buah yang cepat rusak. Hustiany & Rahmi (2020) berpendapat bahwa pisang kepok memiliki umur simpan yang relatif pendek, sedangkan pisang cukup banyak diminati oleh masyarakat, serta memiliki produktivitas yang tinggi, yaitu 696,689-883,394 kuintal/tahun dari tahun 2012 hingga 2017. Beberapa penyebab pisang menjadi rusak, yaitu:


1. Kadar air yang tinggi

Tidak hanya semangka dan melon. Ternyata, pisang merupakan buah yang mudah rusak. Hal ini disebabkan oleh kadar air yang tinggi.  Hapsari & Lestari (2016) bahwa kadar air pada pisang Indonesia berkisar antara 62,01-80,94%.  Selain itu, pisang memiliki aktivitas air yang tinggi berkisar antara 0.987–0.964  (Schmidt & Fontana, 2020). Teori ini diperkuat oleh Sperber (1983) yang mengatakan bahwa pengurangan aktivitas air berdampak sangat drastis pada pertumbuhan bakteri. Semakin rendah aktivitas air, maka semakin tinggi bakteri tersebut menjadi inaktif atau mati. 


2. Termasuk buah klimaterik 

Buah klimaterik adalah buah yang masih bisa mengalami proses pematangan secara cepat setelah panen. Namun, sesungguhnya pisang dipetik ketika matang yang ditandai dengan kulit yang berwarna hijau agar mencapai proses masak di tangan konsumen. Selama proses pematangan berlangsung, terdapat gas etilen yang bersumber dari pisang itu sendiri yang dapat mempercepat kematangan pisang.  Apabila tidak dikendalikan, maka akan menyebabkan kebusukan. Teori ini didukung oleh Arti & Manurung (2020) mengemukakan bahwa buah klimaterik pada saat proses ripening lebih besar dibandingkan dengan buah non-klimaterik. Hal ini dikarenakan gas etilen dapat menyebabkan enzim-enzim, yaitu selulase dan klorofilase menjadi sangat aktif, sehingga berkontribusi terhadap pelunakan struktur dinding sel dan perubahan warna buah yang tidak diinginkan. 

Gambar 1. Buah klimaterik dan non klimaterik
Sumber: University of Maryland Extension

3. Adanya memar 

Pisang dapat menjadi memar, ketika terbentur ataupun jatuh selama pengiriman. Pengiriman di jalan yang berbatu / bergelombang, serta kapasitas penampungan truk yang overload dapat memicu memar pada buah (Kuyu & Tola, 2018). Selain itu, buah juga dapat memar ketika adanya vibrasi, dan kompresi.  Memar pada buah bisa saja dapat memicu fungal infection dan membuat buah tersebut menjadi berjamur. Umumnya, jamur yang dapat tumbuh pada pisang yaitu Collectotrichum musae dan Fusarium spp. Fernando & Stanley (2019)  juga mengemukakan bahwa memar dapat memicu reaksi pencoklatan pada pisang dan dapat meningkatkan aktivitas enzim yang dapat menurunkan kualitas warna serta melunakkan tekstur dinding sel. Tanda-tanda memar pada pisang ditandai dengan adanya warna kecokelatan di bagian pundak dan leher pisang. 

Gambar 2. Memar pada pisang
Sumber: Cookist

4. Tempat penyimpanan yang tidak sesuai

Tempat penyimpanan yang kotor, artinya penuh dengan serangga, tidak memiliki pengaturan humidity dan  suhu, serta tempat penyimpanan buah yang setengah busuk dan segar yang tidak dipisah. Adanya hal ini dapat menyebabkan cross contamination, yang dapat menurunkan kualitas pisang. Suhu gudang penyimpanan perlu dikendalikan. Menurut Mohapatra (2010) menyimpan pisang di suhu dingin adalah hal yang tidak disarankan, karena menurutnya pisang sangat sensitif terhadap perubahan temperatur. Misalnya, pada saat suhu dibawah 10 derajat celcius, pisang mengalami chilling injury, yang ditandai dengan munculnya bintik cokelat di bagian kulit pisang


Gambar 3. Chilling injury pada pisang
Sumber: student-activity.binus.ac.id

Apabila disimpan di suhu di atas 30 derajat celsius,  maka akan menurunkan produksi etilen dan membuat warna pisang menjadi tidak merata. Oleh karena itu, tempat penyimpanan pisang yang ideal adalah 13 hingga 14 derajat celsius saat transportasi. Tempat penyimpanan yang terlalu lembab (diatas 95%)  akan menyebabkan pektin menjadi rusak sehingga kulit pisang menjadi rusak. Oleh karena itu, akan lebih baik dalam menyimpan pisang dalam tingkat kelembapan yang lebih rendah. Tingkat kelembapan yang lebih rendah akan membuat produksi etilen dan respirasi buah lebih terkendali. 


DAFTAR PUSTAKA


Arti, I. M., & Manurung, A. N. H. (2020). Pengaruh Etilen Apel dan Daun Mangga Pada Pematangan Buah Pisang Kepok (Musa paradisiaca formatypica). Jurnal Pertanian Presisi (Journal of Precision Agriculture), 2(2), 77-88.


Barth, M., Hankinson, T. R., Zhuang, H., & Breidt, F. (2009). Microbiological spoilage of fruits and vegetables. In Compendium of the microbiological spoilage of foods and beverages (pp. 135-183). Springer, New York, NY.


Dahlia, A., Haryanto, A., & Suhandy, D. (2016). Studi Penggunaan KMno4 untuk Memperpanjang Umur Simpan Pisang Muli. Jurnal Teknik Pertanian Lampung, 5(2), 67-72.


Fernando, I., Fei, J., Stanley, R., & Enshaei, H. (2019). Assessment and characterizing mechanical damage in packaged bananas in the post-harvest supply chain. In MATEC Web of Conferences (Vol. 296, pp. 1-10). EDP Sciences.


Hapsari, L., & Lestari, D. A. (2016). Fruit characteristic and nutrient values of four Indonesian banana cultivars (Musa spp.) at different genomic groups. AGRIVITA, Journal of Agricultural Science, 38(3), 303-311.


Hustiany, R., & Rahmi, A. (2020). UPAYA MEMPERTAHANKAN UMUR SIMPAN PISANG KEPOK DENGAN KEMASAN AKTIF BERBAHAN ARANG AKTIF CANGKANG KELAPA SAWIT. Jurnal Teknologi Industri Pertanian, 30(2).


Kuyu, C. G., & Tola, Y. B. (2018). Assessment of banana fruit handling practices and associated fungal pathogens in Jimma town market, southwest Ethiopia. Food science & nutrition, 6(3), 609–616. https://doi.org/10.1002/fsn3.591


Mohapatra, D., Mishra, S., & Sutar, N. (2010). Banana post harvest practices: Current status and future prospects-A review. Agricultural Reviews, 31(1).


Revelo-Cáceres, D., Oliveras-López, M. J., Villalón-Mir, M., Navarro-Alarcón, M., & de la Serrana, H. L. G. (2020). Development of an Infusion Based on Romaine Lettuce and Banana for Treating Insomnia. Agricultural Sciences, 11(06), 529.


Sperber, W. H. (1983). Influence of water activity on foodborne bacteria—a review. Journal of Food Protection, 46(2), 142-150.


Schmidt, S. J., & Fontana Jr, A. J. (2020). E: Water Activity Values of Select Food Ingredients and Products. Water activity in foods: Fundamentals and applications, 573-591.


https://www.liputan6.com/global/read/4369156/ini-8-buah-terpopuler-di-dunia-mana-favoritmu. Diakses tanggal 14 April 2022. Pukul 22:05. 


http://p2ptm.kemkes.go.id/artikel-sehat/khasiat-dan-manfaat-pisang#:~:text=Buah%20pisang%20kaya%20akan%20vitamin,bagi%20tubuh%20untuk%20tetap%20bugar. Diakses tanggal 14 April 2022. Pukul 22:05.