Label Pangan: Konsumsi Berlebihan Mempunyai Efek Laksatif

Kemarin, saya pergi jalan-jalan ke satu supermarket  yang masih tergolong baru di kota tempat saya tinggal. Lalu, saya menemukan satu wajah ...

Tampilkan postingan dengan label tips. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label tips. Tampilkan semua postingan

Sabtu, 19 September 2020

Cuci Tangan: Waktu dan Langkah yang Tepat

Pandemi Covid-19 belum berakhir, dan diharapkan segera berakhir. Pemerintah pusat serta daerah tetap berusaha mengingatkan beberapa peraturan terkait dengan protokol kesehatan. Berbagai sumber media online telah mempublikasikan artikel terkait penyebaran fasilitas cuci tangan ke beberapa titik di Jakarta (Kompas, 2020). Hal ini membuktikan bahwa cuci tangan merupakan sebuah protokol kesehatan yang penting dan perlu didukung dengan fasilitas yang memadai. Cuci tangan merupakan sanitasi terhadap jari dan telapak tangan yang dibersihkan dengan menggunakan sabun dan air mengalir  bersih. 
 
Berdasarkan data Riskesdas (2018) yang dikutip dari Journal of Community Service and Empowerment tertulis bahwa penduduk Indonesia masih dikatakan kurang  dalam melakukan cuci tangan dengan menggunakan sabun dan air mengalir sebelum dan setelah melakukan beberapa aktivitas. Namun, apabila dipandang dari sisi lain,  beberapa penelitian telah membuktikan bahwa cuci tangan sangat bermanfaat, yaitu  dapat menurunkan kejadian diare dan Infeksi Saluran Pernafasan Atas  (ISPA) hingga 45% dan 50% secara berturut-turut. Selain itu, dalam flyer yang diunggah secara online oleh Kementrian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI) tahun 2020, tertulis bahwa cuci tangan  dapat mencegah hepatitis A, Cacingan, Penyakit Kulit dan Mata. 

Bersumber dari beberapa penelitian, pengetahuan mengenai prosedur cuci tangan  di Indonesia masih kurang, sehingga telah banyak dilakukan penelitian untuk meningkatkan pengetahuan perihal prosedur tersebut. Di beberapa wilayah, ditemukan siswa/i yang memilki kebiasaan cuci tangan  dengan menggunakan wadah berisi air dan tidak menggunakan air mengalir. Selain itu, telah ditemukan juga bahwa kebiasaan cuci tangan dilakukan setelah makan, bukan sebelum makan. Hal ini mengindikasikan bahwa kebiasaan ini segera perlu diperbaiki, karena tidak bersesuaian dengan prosedur yang disosialisasikan.  Oleh karena itu, artikel ini bertujuan untuk membantu memberikan informasi/tips mengenai prosedur cuci tangan yang baik.


Kapan saya harus mencuci tangan?
Kemenkes RI (2020) dan Kementrian Sosial RI (2020) menyampaikan bahwa cuci tangan dilakukan sebelum makan, sebelum Buang Air Besar (BAB), sebelum menjamah makanan, sebelum menyusui serta sebelum beraktivitas, saat tiba di rumah, tempat kerja atau sekolah dan sebelum menyiapkan makanan.  Peraturan Wali Kota Bandung No. 37 Tahun 2020 menambahkan bahwa cuci tangan ini dapat dilakukan segera setelah olahraga. Selain itu, UNICEF (2020) berpendapat bahwa sanitasi tersebut perlu dilakukan  setelah menyentuh barang diluar rumah, termasuk uang; sebelum, saat dan sesudah merawat orang sakit; setelah membuang ingus, batuk dan bersin dan terakhir, yaitu setelah berkunjung dari tempat umum, yaitu pasar dan tempat ibadah.


Mengapa tangan saya harus dicuci?
Tangan perlu dicuci karena tangan merupakan salah satu anggota tubuh yang sering digunakan untuk menyentuh, memegang benda/barang dan berkontribusi sebagai satu media penularan virus/bakteri, misalnya dalam berjabat tangan.  Berdasarkan Suprapto dkk. (2020) dikatakan bahwa tangan sering membawa dan menularkan bibit penyakit dan apabila terkena mata, hidung dan mulut dapat menimbulkan penyakit.  Suswati & Maulida (2020) berpendapat bahwa kulit, dipermukaan luar tubuh kita, dapat menjadi tempat menempelnya bakteri, misalnya Eschericia coli dan virus, misalnya hepatitis. Cuci tangan dapat termasuk sebagai langkah pencegahan atau perlindungan terhadap penyakit bersifat menular atau disebut juga communicable disease. Oleh karena itu, kebersihan tangan harus tetap diprioritaskan dan tidak boleh disepelekan sehingga dapat melindungi kita dari berbagai macam penyakit dan dapat memutus rantai perkembangbiakkan kuman.
 
 
 Bagaimana prosedur cuci tangan yang direkomendasikan?
Dalam mencuci tangan wajib menggunakan sabun dan air mengalir yang bersih. Sabun berkontribusi menjadi emulsifier, yang bermanfaat untuk mengikat dan meleburkan lapisan lemak pada dinding sel virus, sehingga virus menjadi melemah dan akhirnya mati. Selain itu, jumlah mikroorganisme yang terdapat di tangan menjadi berkurang. Cuci tangan perlu dilakukan minimal 20 detik atau dapat diukur dengan menyanyikan lagu ulang tahun sebanyak dua kali (Kementrian Sosial RI, 2020).  Selain itu, cuci tangan dapat dilakukan selama 60 detik. Berdasarkan Kementrian Kesehatan RI (2020) membuat enam tahap dalam mencuci tangan, yaitu:

1. Basahi tangan, gosok sabun perlahan pada tangan kemudian usap dan gosok telapak tangan secara lembut dan memutar. 

2. Usap dan gosok juga kedua punggung tangan secara bergantian.

3. Gosok sela-sela tangan hingga jari bersih.

4. Bersihkan ujung jari secara begantian dengan posisi bersih.

5. Gosok dan putar ibu jari secara bergantian. 

6. Letakkan ujung jari ke telapak tangan, kemudian gosok perlahan. Bilas dengan air bersih dan keringkan.  

Setelah melakukan ke enam tahap tersebut, tangan perlu di lap dan dikeringkan menggunakan tisiu selanjutnya, langsung dibuang ke tempat sampah. Dalam mencuci tangan, suhu air tidak berpengaruh terhadap keefektifan dalam membunuh kuman dan virus (UNICEF, 2020), namun harus tetap menggunakan sabun ya! UNICEF (2020) menyampaikan bahwa tisiu merupakan cara menghilangkan kuman yang paling baik, tanpa mendistribusikannya ke dalam permukaan/bentuk yang lain. Kondisi tangan perlu kering, karena apabila dalam kondisi basah, kuman cenderung lebih mudah tersebar (UNICEF, 2020). Enam Langkah Cuci Tangan Pakai Sabun dapat dilihat pada Gambar 1.



    Gambar 1. Enam Langkah Cuci Tangan Pakai Sabun (Sumber: http://promkes.kemkes.go.id)


Oleh karena itu, mulai sekarang, mari kita bersama-sama sering cuci tangan dan menerapkan langkah-langkah cuci tangan yang tepat.

Daftar Pustaka:
1. Anonim. (2020). Gerakan Cuci Tangan yang Masif dan Massal Putuskan Penularan COVID-19. https://covid19.go.id/p/berita/gerakan-cuci-tangan-yang-masif-dan-massal-putuskan-penularan-covid-19.

2. Febriyanta, I.M. (2020). Dua Perisai Menghadapi Covid-19, Hand Sanitizer dan Sabun. Mana yang Lebih Efektif?. https://www.djkn.kemenkeu.go.id/kanwil-jakarta/baca-artikel/13241/Dua-Perisai-Menghadapi-Covid-19-Hand-Sanitizer-dan-Sabun-Mana-yang-Lebih-Efektif.html. Diakses pada tanggal 19 September 2020. Pukul 18:05.

3. Ikasari, F. S., Setiawan, A., & Sukihananto, S. (2020). Jenis Kelamin Perempuan Memiliki Keterampilan Cuci Tangan yang Baik pada Anak Usia Sekolah. Jurnal Ilmiah Ilmu Keperawatan Indonesia, 10(01), 21-25.

4. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. (2020). 6 Langkah Cuci Tangan Pakai Sabun dengan Air Mengalir.

5. Kementrian Sosial Republik Indonesia. (2020). Perilaku Hidup Bersih dan Sehat, Penguatan Kapabilitas Anak dan Keluarga.

6. Kusumawardhani, A., Syahati, A. A., Puspaningtyas, S. I., Rusmanto, A. A., Kusuma, L. S., & Septianingrum, S. (2017). Pengetahuan, Sikap, Dan Tindakan Mencuci Tangan Yang Benar Pada Siswa Kelas 1 Dan 2 Di SDN 2 Karanglo, Klaten Selatan. Jurnal Kebidanan dan Kesehatan Tradisional, 2(1).

7.Kompas. (2020). Fasilitas Cuci Tangan disebar di Beberapa Titik di Jakarta. https://megapolitan.kompas.com/read/2020/03/30/18261001/fasilitas-cuci-tangan-disebar-di-beberapa-titik-di-jakarta. Diakses tanggal 19 September 2020. Pukul 18:54.

8. Larasati, A. L., & Haribowo, C. (2020). Penggunaan Desinfektan dan Antiseptik Pada Pencegahan Penularan Covid-19 di Masyarakat. Majalah Farmasetika, 5(3), 137-145.

9. Peraturan Wali Kota Bandung No. 37 Tahun 2020 tentang Pedoman Pelaksanaan Adaptasi Kebiasaan Baru dalam Rangka Pencegahan dan Pengendalian Corona Virus Disease 2019 (Covid-19).

10. Suprapto, R., Hayati, M., Nurbaity, S., Anggraeni, F., Haritsatama, S., Sadida, T. Q., ... & Pratama, F. A. (2020). Pembiasaan Cuci Tangan yang Baik dan Benar pada Siswa Taman Kanak-Kanak (TK) di Semarang. Jurnal Surya Masyarakat, 2(2), 139-145.

11. Suswati, I., & Maulida, A. P. (2020). Handwashing promotion and the use of hand sanitizer as a preventative measure on the development of bacteria. Journal of Community Service and Empowerment, 1(1), 31-36.

12. Tulak, G. T., Ramadhan, S., & Musrifah, A. (2020). EDUKASI PERILAKU CUCI TANGAN PAKAI SABUN PADA SISWA UNTUK PENCEGAHAN TRANSMISI PENYAKIT. JMM (Jurnal Masyarakat Mandiri), 4(1), 37-42.

13. UNICEF. (2020).Fakta penting tentang cuci tangan pakai sabun untuk melindungi Anda dari coronavirus (COVID-19)
https://www.unicef.org/indonesia/id/coronavirus/cuci-tangan. Diakses tanggal 19 September 2020.


Senin, 07 September 2020

Tips Menjaga Pola Makan ala Mahasiswa Kos

Menjadi anak kos untuk pertama kalinya, bukan suatu hal yang mudah untuk dijalani. Peran orang tua semakin memudar, hanya serpihan nasehat / pesan yang dapat diingat kembali dan kemandirian pun sedikit demi sedikit ditumbuhkan dalam diri sendiri. Beradaptasi dengan perkuliahan yang baru, bagi sebagian besar anak yang baru ngekos termasuk agak sulit dan terkadang pola makan pun menjadi ikut terganggu, salah satunya adalah telat makan, tidak sarapan. Magh merupakan salah satu penyakit yang dapat terjadi ketika telat makan. Cairan lambung yang tidak digunakan dalam proses pencernaan akan menjadi berlebih serta berdampak negatif. Oleh karena itu, menerapkan pola konsumsi yang terdiri dari makan pagi, snack, makan siang, snack, makan sore,  sebaiknya dilakukan oleh anak kos. Dengan menjaga pola makan, diharapkan kesehatan perut pun ikut terjaga serta asupan kalori tetap teratur  yang dibutuhkan untuk aktivitas sehari-hari. Berikut adalah cara/tips anak kos, mengakali agar senantiasa makan tepat waktu dan tidak terlambat: 

Aneka Makanan
Sumber: sahabatnestle.com


1. Buat makanan yang mudah disiapkan dan membeli produk pangan satu hari sebelumnya.

Ketika bangun tidur, rasa malas gerak (mager) sering melanda, menyajikan makanan di pagi hari dengan berbagai pengolahan yang rumit, ketersediaan alat dan bahan dapur kos yang terbatas, lokasi pasar yang jauh, jam perkuliahan di awal hari, ketersediaan gas di tempat kos yang medadak habis. Selain itu,  sedikit kita menemukan rumah makan / warung yang sudah buka (misalnya pukul 07.00). Apabila buka pun, beberapa rumah makan/warung menyediakan makanan yang kurang variatif atau terkesan monoton. Alasan-alasan tersebut yang dapat membuat kita melewati sarapan pagi. Namun, berdasarkan beberapa penelitian, sarapan pagi tetap diperlukan karena dapat meningkatkan kemampuan kognitif dan konsentrasi. 


Sebagian besar teman-teman yang mengasup kalori yang seharusnya dikonsumsi pada saat sarapan namun bersamaan dengan lunch atau disebut juga brunch yang menyebabkan nafsu makan menjadi berlebih serta porsi makan pun yang semakin meningkat dan diduga hal ini kurang baik untuk kesehatan perut serta kemampuan otak dalam proses belajar di kampus pada saat pagi hari. Oleh karena itu, beberapa solusi yang saya sediakan dapat membantu teman-teman khususnya yang baru belajar tinggal di kos. Misalnya, teman-teman dapat membeli makanan satu hari sebelumnya misalnya telur, madu, susu, crackers, roti isi, roti tawar, meises / chocolate rice, gula pasir, sereal, minuman sereal.   Berdasarkan pengalaman saya ngekos, produk pangan tersebut dapat dijadikan "pengganjal" perut serta berkontribusi dalam menyumbang kalori yang dibutuhkan di pagi hari dan dapat membantu membuat teman-teman tetap fokus. Teman-teman dapat membuat telur rebus, roti tawar dengan berbagai topping, sereal+susu, madu hangat atau ide makanan lainnya.


2. Pasang alarm dan sediakan camilan

Kesibukan akan tugas dan padatnya jadual perkuliahan, praktikum, asistensi yang sering membuat kita melupakan jam makan. Menyetel alarm untuk jam makan dapat menjadi solusi untuk masalah ini, namun memasang alarm juga terkadang tidak bisa diandalkan, karena terdapat satu kalimat yang telah familiar oleh sebagian besar orang adalah "nanggung, sedikit lagi selesai". Perlakuan tersebut dapat membuat pola makan kita menjadi terganggu, telat makan dan dapat membuat magh menjadi kumat. Oleh karena itu, sebaiknya di komputer /laptop dipasang jam tidur sehingga otomatis mati pada saat jam-jam tertentu dan disaat itulah teman-teman dapat memanfaatkan kesempatan ini untuk menyantap makan siang. Perlu diperhatikan, untuk file tugas teman-teman dapat menggunakan jasa penyimpanan online dan lakukan penyimpanan file sesering mungkin, agar ketika laptop mati, file masih bisa tersimpan utuh.

 

Apabila terdapat perkuliahan di kampus pada saat siang hari, teman-teman dapat membawa bekal yang dibeli dari perjalanan menuju kampus di pagi hari dan menyantapnya pada saat makan siang atau lunch break. Bekal yang disantap pada saat lunch dengan porsi yang secukupnya dan diusahakan terdapat karbohidrat, yaitu nasi, mie, protein nabati berupa tempe, tahu atau hewani, yaitu ayam dan sayur-sayuran, yaitu bayam, sup sayur, dan lainnya. Usahakan dalam membeli nasi dan lauk, sebaiknya terpisah agar tidak cepat bau. Sayur-sayuran penting untuk dikonsumsi, karena berkontribusi dalam melengkapi vitamin dan mineral di dalam tubuh dan akan menjadi nilai tambah apabila, bervariasi.

 

Meskipun sudah tidak hangat dan fresh from kitchen, namun setidaknya sudah memiliki cadangan makanan di tas dan tidak perlu ke kantin untuk kedua kalinya dan menunggu delivery datang, yang berpeluang membuat kita telat makan, karena antrean yang panjang, hambatan di jalan ataupun lokasi kantin yang jauh. Lain kasus, apabila jadual perkuliahan terlalu padat dan berdekatan sehingga tidak sempat untuk makan siang, setidaknya teman-teman dapat membawa snack, berupa biskuit, crackers, roti isi ataupun cemilan lainnya sebelum memulai perkuliahan berikutnya, namun sebaiknya cemilan yang dikonsumsi dipilih-pilih lagi karena beberapa orang tidak cocok mengonsumsi cemilan yang berasa asam ataupun mengandung lemak berlebih apabila dikonsumsi sebelum makan nasi. Usahakan perut tetap terisi dengan snack yang cocok dengan perut kita masing-masing.


3. Tidak nafsu makan? ubah dan kembangkan cara makan.

Setiap orang memiliki selera masing-masing yang berbeda. Pada saat jadi anak kos, terkadang rasa bosan sulit dihindari dan  kendala lain yang dihadapi adalah bajet yang ngepas, ketidaksukaan terhadap suatu makanan atau ketidakcocokan  kepada makanan (alergi, gatal-gatal, kembung, dsb), variasi makanan yang tersedia di kantin relatif terbatas dan diduga faktor-faktor tersebut dapat mempengaruhi pola makan dan dapat mengakibatkan telat makan. Oleh karena itu, terkadang cara makan perlu diubah namun dengan beberapa tambahan. Misalnya, biasanya  mengonsumsi tempe di kantin bersamaan dengan bayam kuah yang dicampur ke dalam nasi dan rasa bosan tiba-tiba menghampiri, kemudian cara makan bisa dimodifikasi, seperti mencampurkan kecap manis dan sambal ke dalam nasi setelah itu menyantapnya dengan tempe goreng sambil menyruput kuah sayur tersebut. Hal-hal tersebut yang mungkin terlihat sederhana, mainstream, namun hal ini dapat mencegah kebosanan dalam mengonsumsi makanan yang itu-itu saja, yang bisa jadi disebabkan oleh bajet yang ngepas, ketidaksukaan maupun ketidak cocokan terhadap masakkan lainnya.

Semoga tips-tips ini dapat berguna untuk teman-teman yang sedang menyesuaikan diri dengan kebiasaan anak kos. Selamat jadi anak kos baru :)