Label Pangan: Konsumsi Berlebihan Mempunyai Efek Laksatif

Kemarin, saya pergi jalan-jalan ke satu supermarket  yang masih tergolong baru di kota tempat saya tinggal. Lalu, saya menemukan satu wajah ...

Senin, 02 Mei 2022

Begini Cara Mengatasi Panic Buying

Begini Cara Mengatasi Panic Buying

Ketika covid melanda pertama kali, sebagian besar masyarakat yang menjadi panik dalam membeli produk. Secara umum, masyarakat membeli produk-produk, termasuk produk pangan dalam jumlah yang sangat banyak untuk stok ataupun mengantisipasi wabah. 


Panic buying tersebut bisa saja menyebabkan krisis persedian pangan global (Thukral, 2020) dan memicu kenaikkan bahan pangan. Sebagai contoh dalam Kompas (2022) dibuktikan bahwa masker, handsanitizer, susu beruang, temulawak dan minyak goreng sempat mengalami kekosongan.Selain itu, dalam penelitian Fadila & Holik (2021) terbukti bahwa vitamin serta obat-obatan menjadi kosong.

 

Animasi Panic buying
Sumber: https://www.youtube.com/watch?v=cx6MD512x4s

Panic buying di masa Covid-19
Sumber: https://www.youtube.com/watch?v=TBxbqEwV29A

Pemerintah serta menteri juga menyarankan agar masyarakat tidak menjadi panik. Sesungguhnya panic buying disebabkan oleh rasa takut masyarakat akan kelangkaan dan kekurangan obat yang dibutuhkan (Fadila & Holik, 2021). Eva (2020) menambahkan bahwa masyarakat juga belum tahu sampai kapan pandemic berakhir. Bassett (2020) menambahkan bahwa ketika kita membeli banyak barang, misalnya tisu toilet. 


Kita merasa aman dengan pembelian sebanyak itu, namun perlu diingat bahwa kita hidup bukan sendirian. Masih banyak teman-teman kita yang membutuhkan barang tersebut. Sebagai masyarakat,  berdasarkan Arafat et al. (2021) langkah-langkah yang perlu dilakukan untuk mengendalikan panic buying:

 

1.      Berbagi

Berbagi dapat meningkatkan rasa kekeluargaan antar sesama. Rasa kekeluargaan antara sesama dapat mengurangi panic buying yang diperoleh. Selain itu, membeli secara cukup dan mempertimbangkan bahwa sesama kita manusia yang masih membutuhkan barang tersebut.


 Rasa simpati dan kebaikan kita sangat dibutuhkan. Misalnya, ketika terdapat orang yang membutuhkan tisu toilet yang sedang langka dan orang tersebut meminta kepada Anda. Anda perlu memberikan tisu toilet tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa Anda memiliki rasa simpati. melakukan kebaikan terhadap orang yang sedang benar-benar membutuhkan. 


Selain itu, Anda membuktikan bahwa memanusiakan manusia adalah prioritas utama.  (Bassett, 2020)

 

dreamstime.com

 

2.      Kurangi penggunaan sosial media.

Topik percakapan tentang kelangkaan barang dapat memicu panic buying. Media sosial merupakan salah satu faktor yang dapat membuat kepanikan masyarakat bertambah. Berdasarkan penelitian dari Arafat et al. (2021) telah  membuktikan di Negara Irak sebanyak 42,1% masyarakat yang panic buying dan sebesar 32,8% responden berpikir bahwa panic buying dipengaruhi oleh media sosial.


Kurangi penggunaan sosial media, misalnya mengikuti forum yang membahas tentang persediaan langka suatu barang atau melihat foto-foto rak supermarket kosong, laporan persediaan barang yang kosong (Frontiersin, 2020; Openlearn, 2021). 


Dalam menggunakan media sosial, kita dapat mengajak teman-teman kita untuk membeli barang secukupnya serta percaya kepada langkah yang diambil pemerintah , sehingga public awareness dapat terjaga. Mari dengan bijak menggunakan media sosial.

 

dreamstime.com



"Panic is a lot like alcohol. You can get drunk on it, and when you are drunk, you aren't making logical or intelligent decisions. You have to sober up before you can do that. It's the same with panic." – Dr. Wetter in COVID-19: How to Stop Panicking — and Panic-Buying article


Panic Buying
Mediaindonesia.com

Daftar Pustaka
Arafat, S. M., Kar, S. K., & Kabir, R. (2021). Possible controlling measures of panic buying during COVID-19. International Journal of Mental Health and Addiction, 19(6), 2289-2291.

Arafat, S. M., Ahmad, A. R., Murad, H. R., & Kakashekh, H. M. (2021). Perceived Impact of Social Media on Panic Buying: An Online Cross-Sectional Survey in Iraqi Kurdistan. Frontiers in Public Health, 9, 447.

Abigail Bassett. (2020). COVID-19: How to Stop Panicking — and Panic-Buying. https://www.shondaland.com/live/body/a31703187/covid-19-how-to-stop-panicking-and-panic-buying/

Eva, N., Saputra, D. R., Wulandari, D. A., Yahya, F. A., & Annisa, W. (2020). Panic-Buying Behaviour During the Covid-19 Outbreak: A Cross-Cultural Psychological Study. KnE Social Sciences, 80-87

FADILA, N. R., & Holik, H. A. (2021). REVIEW ARTIKEL: FENOMENA PANIC BUYING TERHADAP OBAT-OBATAN PADA MASA PANDEMI COVID-19. Farmaka, 19(4).

Frontiersin. (2020). https://www.frontiersin.org/research-topics/24662/communication-and-its-role-in-contributing-to-and-preventing-panic-buying-during-disasters

Kompas (2022). https://www.kompas.com/tren/read/2022/01/21/173000765/fenomena-panic-buying-di-indonesia-dari-susu-beruang-hingga-minyak-goreng?page=all

OpenLearn. (2021). https://www.open.edu/openlearn/health-sports-psychology/psychology/panic-buying-and-how-stop-it

Syarifudin. (2020). FAO Ingatkan Panic Buying dan Lockdown Dorong Harga Pangan Dunia Naik.

Thukral, N. (2020). https://www.reuters.com/article/us-health-coronavirus-food-security-idUSKBN21808G

Tidak ada komentar:

Posting Komentar