Label Pangan: Konsumsi Berlebihan Mempunyai Efek Laksatif

Kemarin, saya pergi jalan-jalan ke satu supermarket  yang masih tergolong baru di kota tempat saya tinggal. Lalu, saya menemukan satu wajah ...

Jumat, 27 Mei 2022

Trik Jitu Agar Anak Mengonsumsi Sayur

Berdasarkan Riskesdas (2018) terbukti bahwa presentase kurangnya konsumsi sayur dan buah adalah 96,9% pada anak-anak usia 5-9 tahun serta sebesar 96,8% untuk berusia 10-14 tahun. Faktanya. anak-anak tersebut paling menyukai konsumsi minuman manis, makanan manis serta makanan dengan penyedap rasa (Infodatin, 2020). Produk pangan tersebut sangat banyak ditemukan di pasaran, yaitu supermarket, restoran atau kantin sekolah (American Health Association, 2022). Sesungguhnya sayur-sayuran dan buah-buahan bermanfaat dan diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan anak-anak. Selain itu, konsumsi buah dan sayur yang sesuai diperlukan oleh anak-anak. Riskesdas (2018) menyarankan konsumsi buah dan sayur dikatakan cukup apabila dikonsumsi minimal lima porsi selama tujuh hari dalam seminggu. 



Anak sulit mengonsumsi sayur dan buah.
Sumber theasianparent

Menariknya, Komunitas Gizi Bythedale (2022) mengelompokkan buah dan sayur berdasarkan warnanya, yaitu biru /ungu, hijau, putih, oranye, dan merah. Sayuran berwarna biru/ungu yaitu terung, anggur mengandung kandungan  antosianin dan fenolik yang dapat meningkatkan fungsi memori. Sayuran berwarna hijau yaitu bayam, kangkung mengandung lutein dan indoles yang dapat memelihara kesehatan mata, fungsi otak serta mendukung pertumbuhan tulang dan gigi yang kuat. Sayuran berwarna putih yaitu kubis mengandung allian dan selenium yang dapat mempertahankan kesehatan jantung. Sayuran berwarna oranye yaitu wortel yang dapat memelihara kesehatan mata, fungsi memori. Terakhir, sayuran berwarna merah yaitu tomat, apel yang dapat memelihara kesehatan saluran kemih serta kesehatan jantung. American Health Association (2022) menganjurkan anak-anak untuk mengonsumsi buah-buahan dan sayuran yang beraneka warna karena gizi yang didapatkan lebih banyak. 

Artikel ini bertujuan untuk memberikan tips dalam meningkatkan konsumsi sayur dan buah pada anak-anak. Berdasarkan penelitian Nurmahmudah (2015) terbukti bahwa anak-anak tidak menyukai sayuran karena berasa pahit, sedangkan buah-buahan berasa hambar dan asam. Selain itu, keseediaan buah dan sayur di rumah menjadi salah satu faktor yang berpengaruh dalam konsumsi buah dan sayur. Dalam konsumsi makanan, anak-anak akan mempertimbangkan aroma, rasa, tekstur yang menarik. Anak-anak secara alamiah resistan terhadap sesuatu hal yang baru. Oleh karena itu, pemberian sayur-sayuran dan buah-buahan perlu dilakukan secara sering, bertahap dan dalam bentuk yang beraneka ragam (CSPInet, 2022).Berikut adalah tips untuk membantu meningkatkan konsumsi sayur dan buah bagi anak-anak:


1. Dukung Anak dalam Mengonsumsi Sayuran dan Buah-Buahan
Dukungan orang tua terhadap anak merupakan salah satu faktor yang sangat penting. Penelitian Hidayati (2017) membuktikan bahwa orang tua yang membawakan bekal sayur dan buah di sekolah kepada anak-anak secara rutin serta menyempatkan waktu makan bersama-sama dengan keluarga dapat meningkatkan konsumsi sayur dan buah anak-anak (Gross, 2010). Selain itu,  berbelanja dengan anak-anak, berdiskusi dan membelikan sayuran dan buah-buahan favorit untuk anak dapat meningkatkan konsumsi sayuran dan buah-buahan. Bentuk dukungan yang lain yang dapat dilakukan yaitu mengijinkan anak untuk memilih diantara dua jenis buah-buahan atau sayuran dan bukan buah-buahan dengan sereal (CSPInet, 2022). Bercerita tentang sayuran dan buah-buahan dapat membantu anak-anak semakin menyukai sayur dan buah. 


2. Buat Bekal yang Kreatif
Peran ibu sebagai juru masak di rumah diduga dapat mempengaruhi konsumsi sayuran dan buah-buahan. Seorang ibu, perlu mempelajari bagaimana cara mengolah makanan  serta mampu menyediakan aneka buah-buahan dan sayuran untuk anak-anak. Sandwich dengan kombinasi bahan pangan yang terbuat dari timun, daging dan bahan pangan lainnya diduga dapat membuat anak semakin menyukai sayuran dan buah-buahan. Dalam bekal anak-anak, ibu dapat menambahkan buah-buahan dan sayuran ke dalam menu main course, side dishes dan sup yang menjadi favoritnya. Selain itu, buah-buahan dapat ditambahkan ke dalam smoothies atau low-fat yoghurt.  Apabila diizinkan, anak-anak juga dapat ikut bergabung dalam proses pembuatan bekal bersama-sama dengan ibu, yaitu ketika menata atau menghias bekal, menyiapkan meja, mencuci bahan pangan. Hal ini dapat menumbuhkan minat dalam mengonsumsi buah-buahan dan sayuran. 


Interaksi antara orang tua dan anak
Sumber: freepik

3. Lingkungan 
Lingkungan anak bersama dengan teman-temannya mempengaruhi kebiasaan konsumsi buah makan dan sayur. Ketika lingkungan tersebut menaati norma lingkungan bahwa perlu nya kebiasaan konsumsi sayur dan buah, maka anak tersebut akan terpengaruhi dan dapat meningkatkan konsumsi buah dan sayur (Sharp & Robinson, 2016). Selain itu, lingkungan keluarga yang sering mengonsumsi sayur dan buah dapat membuat anak menjadi lebih sering dan menyukai sayuran dan buah-buahan (CSPInet, 2022). Keluarga, yaitu Ayah, Ibu dan anak-anak dapat membuat tantangan konsumsi buah dan sayur dan  duduk di meja makan  bersama-sama dalam mengonsumsi sayur dan buah dengan jumlah buah dan sayur yang dikonsumsi yang telah disepakati bersama-sama (American Health Association, 2022). Tantangan di lingkungan keluarga tersebut melibatkan jenis buah dan sayur yang dikonsumsi, serta jumlah buah dan sayur misalnya minimal empat jenis buah dan sayuran. Anak-anak juga diminta untuk menuliskan jenis buah dan sayur  yang telah dikonsumsi.  Ketika berhasil anak dapat diberikan rewards dari orang tuanya. 


Keluarga yang menjadi role model bagi anak-anak
Sumber: Cision news


Mari kita tingkatkan konsumsi buah dan sayur untuk anak-anak bersama-sama.
Selamat mencoba, semoga bermanfaat!



Daftar Pustaka

American Health Association. (2022). Fruit & Veg Toolkit for Kids. https://www.heart.org/-/media/data-import/downloadables/9/8/9/fc-fruit-and-veggie-toolkit-for-kids-ucm_480006.pdf

CSPInet. (2022). https://www.cspinet.org/sites/default/files/attachment/School-Meals-Tip-Sheet-Get-Kids-to-Eat-Fruits-and-Veggies.pdf

Anonim (2022). Helping Kids to Eat Fruits and Vegetable.  https://www.blythedale.org/sites/default/files/content/inline/fruits_veggies_parent_handout.pdf. Diakses tanggal 22 Mei 2022. 

Gross SM, Pollock ED, Braun B. (2010). Family Influence: Key to Fruit and Vegetable Consumption among Fourth- and Fifth-Grade Students. J Nutr Educ Behav. 42(4):235–41. 

Hidayati, D., Suyatno, S., Aruben, R., & Pradigdo, S. F. (2017). Faktor Risiko Kurang Konsumsi Buah Dan Sayur Pada Anak Usia Sekolah Dasar (Studi Kasus-Kontrol Pada Siswasdn Sendangmulyo 03 Semarang Tahun 2017). Jurnal Kesehatan Masyarakat (Undip)5(4), 638-647.

Infodatin. (2020). Hari Bawa Bekal. https://pusdatin.kemkes.go.id/download.php?file=download/pusdatin/infodatin/infodatin-2020-bekal.pdf. Diakses pada tanggal 22 Mei 2022. Pukul 15:37.

Liputan6. (2021). https://www.liputan6.com/health/read/4516739/gawat-95-persen-orang-indonesia-kurang-makan-sayur-dan-buah. Diakses tanggal 22 Mei 2022. Pukul 15:54.

Nepper, M. J., & Chai, W. (2017). Parental views of promoting fruit and vegetable intake among overweight preschoolers and school-aged children. Global qualitative nursing research, 4, 2333393617692085.

Nurmahmudah, D. K., Aruben, R., & Suyatno, S. (2015). Faktor-faktor yang Mempengaruhi Konsumsi Makan Buah dan Sayur pada Anak PRA Sekolah Paud Tk Sapta Prasetya Kota Semarang. Jurnal Kesehatan Masyarakat (Undip)3(1), 244-255.

Sharps, M., & Robinson, E. (2016). Encouraging children to eat more fruit and vegetables: Health vs. descriptive social norm-based messages. Appetite100, 18-25.

SNAP. (2022). Fruit & Vegetables. http://www.foodandfun.org/resources/pdf/tips/fruitveg.pdf

CTAR. (2022). https://www.ctahr.hawaii.edu/new/fvmm/forms/KidsTipSheet.pdf. Diakses tanggal 27 Mei 2022. Pukul 7:39.

Sabtu, 14 Mei 2022

Tingkat Kematangan Steak, Lezat yang Mana?

Tingkat Kematangan Steak Sapi, Lezat yang Mana?  
Oleh: Michael Adrian Iskandar
(Kulinolog, Alumnus Program Studi Teknologi Pangan)

Steak merupakan makanan yang terbuat dari daging yang dipanggang dan dibumbui. Tahukah Anda, steak memiliki tingkat kematangan yang berbeda-beda? Ternyata, tingkat kematangan atau disebut juga Degree of doneness merupakan salah satu contoh yang dapat mempengaruhi preferensi seseorang dalam mengonsumsi steak, dimulai dari tekstur daging, yaitu kekenyalan dan keempukan yang disentuh oleh jari, warna di dalam daging, suhu di dalam daging yang diukur dengan menggunakan dial termometer, serta lama waktu pemasakkan. Agar mengetahui warna di dalam daging, daging perlu dibelah terlebih dahulu, kemudian diamati dan baru digolongkan. Prill (2019) menambahkan bahwa  menentukan warna adalah cara yang paling diminati dalam mengetahui tingkat kematangan dari daging tersebut. Dalam bukunya, yang berjudul On Food and Cooking, McGee (2004) membagi tingkat kematangan menjadi empat, yaitu bleu meat, rare meat, medium-done meat, dan well done meat.

Sabtu, 07 Mei 2022

Perbedaan Quaker Oats Merah dan Biru

Di pasaran, sering kita melihat terdapat dua warna quaker oats, quaker oats terdapat kemasan merah dan biru, yaitu Quaker instant oat meal yang berwarna merah dan Quaker cooking oat meal yang berwarna biru.  

Rabu, 04 Mei 2022

Terungkap! Misteri Jjangmyeon

Makanan instan yang berasal dari Korea atau disebut juga K-food, yaitu bulgogi.kimchi, Jjangmyeon makin berjamuran di pasaranSiapa nih yang tahu atau bahkan sudah pernah mencoba mie Jjangmyeon di pasaranYup benar sekali, Jjangmyeon terasa manis, asin, dan gurih, berwarna coklat kehitaman dan lezat. 

Senin, 02 Mei 2022

Begini Cara Mengatasi Panic Buying

Begini Cara Mengatasi Panic Buying

Ketika covid melanda pertama kali, sebagian besar masyarakat yang menjadi panik dalam membeli produk. Secara umum, masyarakat membeli produk-produk, termasuk produk pangan dalam jumlah yang sangat banyak untuk stok ataupun mengantisipasi wabah. 


Panic buying tersebut bisa saja menyebabkan krisis persedian pangan global (Thukral, 2020) dan memicu kenaikkan bahan pangan. Sebagai contoh dalam Kompas (2022) dibuktikan bahwa masker, handsanitizer, susu beruang, temulawak dan minyak goreng sempat mengalami kekosongan.Selain itu, dalam penelitian Fadila & Holik (2021) terbukti bahwa vitamin serta obat-obatan menjadi kosong.

 

Animasi Panic buying
Sumber: https://www.youtube.com/watch?v=cx6MD512x4s

Panic buying di masa Covid-19
Sumber: https://www.youtube.com/watch?v=TBxbqEwV29A

Pemerintah serta menteri juga menyarankan agar masyarakat tidak menjadi panik. Sesungguhnya panic buying disebabkan oleh rasa takut masyarakat akan kelangkaan dan kekurangan obat yang dibutuhkan (Fadila & Holik, 2021). Eva (2020) menambahkan bahwa masyarakat juga belum tahu sampai kapan pandemic berakhir. Bassett (2020) menambahkan bahwa ketika kita membeli banyak barang, misalnya tisu toilet. 


Kita merasa aman dengan pembelian sebanyak itu, namun perlu diingat bahwa kita hidup bukan sendirian. Masih banyak teman-teman kita yang membutuhkan barang tersebut. Sebagai masyarakat,  berdasarkan Arafat et al. (2021) langkah-langkah yang perlu dilakukan untuk mengendalikan panic buying:

 

1.      Berbagi

Berbagi dapat meningkatkan rasa kekeluargaan antar sesama. Rasa kekeluargaan antara sesama dapat mengurangi panic buying yang diperoleh. Selain itu, membeli secara cukup dan mempertimbangkan bahwa sesama kita manusia yang masih membutuhkan barang tersebut.


 Rasa simpati dan kebaikan kita sangat dibutuhkan. Misalnya, ketika terdapat orang yang membutuhkan tisu toilet yang sedang langka dan orang tersebut meminta kepada Anda. Anda perlu memberikan tisu toilet tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa Anda memiliki rasa simpati. melakukan kebaikan terhadap orang yang sedang benar-benar membutuhkan. 


Selain itu, Anda membuktikan bahwa memanusiakan manusia adalah prioritas utama.  (Bassett, 2020)

 

dreamstime.com

 

2.      Kurangi penggunaan sosial media.

Topik percakapan tentang kelangkaan barang dapat memicu panic buying. Media sosial merupakan salah satu faktor yang dapat membuat kepanikan masyarakat bertambah. Berdasarkan penelitian dari Arafat et al. (2021) telah  membuktikan di Negara Irak sebanyak 42,1% masyarakat yang panic buying dan sebesar 32,8% responden berpikir bahwa panic buying dipengaruhi oleh media sosial.


Kurangi penggunaan sosial media, misalnya mengikuti forum yang membahas tentang persediaan langka suatu barang atau melihat foto-foto rak supermarket kosong, laporan persediaan barang yang kosong (Frontiersin, 2020; Openlearn, 2021). 


Dalam menggunakan media sosial, kita dapat mengajak teman-teman kita untuk membeli barang secukupnya serta percaya kepada langkah yang diambil pemerintah , sehingga public awareness dapat terjaga. Mari dengan bijak menggunakan media sosial.

 

dreamstime.com



"Panic is a lot like alcohol. You can get drunk on it, and when you are drunk, you aren't making logical or intelligent decisions. You have to sober up before you can do that. It's the same with panic." – Dr. Wetter in COVID-19: How to Stop Panicking — and Panic-Buying article


Panic Buying
Mediaindonesia.com

Daftar Pustaka
Arafat, S. M., Kar, S. K., & Kabir, R. (2021). Possible controlling measures of panic buying during COVID-19. International Journal of Mental Health and Addiction, 19(6), 2289-2291.

Arafat, S. M., Ahmad, A. R., Murad, H. R., & Kakashekh, H. M. (2021). Perceived Impact of Social Media on Panic Buying: An Online Cross-Sectional Survey in Iraqi Kurdistan. Frontiers in Public Health, 9, 447.

Abigail Bassett. (2020). COVID-19: How to Stop Panicking — and Panic-Buying. https://www.shondaland.com/live/body/a31703187/covid-19-how-to-stop-panicking-and-panic-buying/

Eva, N., Saputra, D. R., Wulandari, D. A., Yahya, F. A., & Annisa, W. (2020). Panic-Buying Behaviour During the Covid-19 Outbreak: A Cross-Cultural Psychological Study. KnE Social Sciences, 80-87

FADILA, N. R., & Holik, H. A. (2021). REVIEW ARTIKEL: FENOMENA PANIC BUYING TERHADAP OBAT-OBATAN PADA MASA PANDEMI COVID-19. Farmaka, 19(4).

Frontiersin. (2020). https://www.frontiersin.org/research-topics/24662/communication-and-its-role-in-contributing-to-and-preventing-panic-buying-during-disasters

Kompas (2022). https://www.kompas.com/tren/read/2022/01/21/173000765/fenomena-panic-buying-di-indonesia-dari-susu-beruang-hingga-minyak-goreng?page=all

OpenLearn. (2021). https://www.open.edu/openlearn/health-sports-psychology/psychology/panic-buying-and-how-stop-it

Syarifudin. (2020). FAO Ingatkan Panic Buying dan Lockdown Dorong Harga Pangan Dunia Naik.

Thukral, N. (2020). https://www.reuters.com/article/us-health-coronavirus-food-security-idUSKBN21808G