Label Pangan: Konsumsi Berlebihan Mempunyai Efek Laksatif

Kemarin, saya pergi jalan-jalan ke satu supermarket  yang masih tergolong baru di kota tempat saya tinggal. Lalu, saya menemukan satu wajah ...

Jumat, 15 September 2023

Santan: Aplikasi, Jenis, dan Manfaat




Sumber: Alodokter

Santan merupakan air kelapa yang sudah dikukur yang terdiri dari emulsi lemak dalam air.  Santan sekarang sudah menjadi primadona di Indonesia. Berdasarkan Suyitno (2003), konsumsi santan penduduk Indonesia tergolong di tingkat sedang dengan tingkat konsumsi per kapita, yaitu 6,5 hingga 8,2 kilograms. Kepopuleran santan merupakan salah satu bahan makanan dan jajanan tradisional khas Indonesia, sampai-sampai kini telah terdapat santan instan, yang langsung pakai sehingga lebih mudah digunakan.


Santan berwarna putih dan beraroma harum. Di bidang kuliner, santan berkontribusi untuk menyumbang rasa gurih dan membuat makanan semakin penuh dengan flavor. Selain itu, di dalam pengolahan santan sering digunakan sebagai pengganti susu dalam proses pembuatan permen dan cokelat (Wulandari dkk., 2017). Bila dibandingkan dengan susu, santan tidak mengandung laktosa, sehingga aman untuk penderita lactose intolerant, yaitu ketidakmampuan dalam mencerna laktosa, karena kurangnya enzim laktase di dalam tubuh (National Institute of Diabetes and Digestive and Kindey Disease, 2023). .  


Sesungguhnya terdapat dua jenis tipe santan, yaitu santan kental dan encer. Santan kental memiliki tekstur yang lebih kental, kandungan lemaknya lebih tinggi, sedangkan santan encer memiliki tekstur yang lebih encer dan kandungan lemaknya lebih rendah (Nadeeshani dkk., 2015). Kegunaan kedua santan tersebut pun berbeda. Secara umum, santan kental  sering digunakan untuk masakkan Padang, dan kue. Soto, sayur lodeh lebih cocok menggunakan santan encer (Ariningsih, 2020).


Proses pengolahan santan di dalam rumah cukup sederhana dan aromanya jauh lebih sedap dibandingkan dengan santan instan. Pertama, bahan yang perlu disiapkan adalah 500 gram kelapa parut dan 500 gram air atau dengan perbandingan 1:1. Perlu dicatat bahwa kelapa perlu diparut terlebih dahulu. Daging kelapa diambil dari kelapa yang sudah tua ditandai dengan warna cangkang kelapa yang kecokelatan, dan tekstur dagingnya yang lebih keras. (IDN Times, 2022).  Gee (2023) menambahkan bahwa kelapa yang baik untuk dijadikan santan ialah kelapa berbobot berat dan banyak kandungan airnya.


 Selanjutnya, parutan kelapa direndam dengan air sebentar. Langkah berikutnya, pemerasan. Sediakan saringan dan kelapa mulai diperas dengan tangan. Dari sinilah kita bisa mendapatkan santan segar. Santan segar perlu dipanaskan sambil diaduk, didiamkan sebentar, lalu disimpan dalam lemari pendingin (Ang, 2023). Santan yang telah masak tersebut dinamakan santan kental. Dalam pembuatannya, santan encer menggunakan kelapa parut setelah hasil perendaman pertama kali, yang nantinya akan direndam dan diperas kembali. Proses penyaringan ini berguna untuk menghindari padatan masuk ke dalam santan.  


. Pastinya, sebagai bahan pangan yang bebas laktosa, santan juga memiliki beberapa kandungan gizi. Lemak merupakan salah satu kandungan gizi yang paling sering didiskusikan. Lemak dalam santan terdiri dari beberapa asam lemak, yaitu laurat, kaproat, kaprilat.   Asam laurat merupakan asam lemak yang paling tinggi terkandung dalam santan kental dan encer. Dalam Indonesian Journal of Pharmaeutical and Clinical Research tahun (2018), ditegaskan bahwa asam ini memiliki antimikroba yang jauh lebih baik dibandingkan dengan asam kaprilat. 


Akan tetapi, asam lemak laurat merupakan salah satu jenis asam lemak jenuh. Asam lemak jenuh tersebut merupakan asam lemak rantai sedang  yang memiliki atom karbon sebanyak 12 buah. Sacks (2020) menyatakan bahwa asam lemak tersebut berpotensi dapat meningkatkan kolesterol LDL (Low Density Lipoprotein). Oleh karenanya, olahan yang terbuat dari santan perlu dibatasi dan dikontrol pola makannya. Selain itu, perlu diimbangi dengan konsumsi obat-obatan dari golongan statin yang tentunya perlu pengawasan dari dokter. Diketahui bahwa obat-obatan tersebut dapat menurunkan kolesterol LDL di dalam tubuh  (Arsenault dkk., 2018).


Michael Adrian Iskandar, M.T.P.
Food Enthusiast



Daftar Pustaka
Ang, C.G. (2020). Cara Membuat Santan Sendiri di Rumah. https://www.youtube.com/watch?v=kP61xxexxuk. Diakses tanggal 16 September 2023

Ariningsih, S., Hasrini, R. F., & Khoiriyah, A. (2020). Analisis produk santan untuk pengembangan standar nasional produk santan Indonesia. Balai Besar Industri Agro, Kementerian Perindustrian, 231-238.

Arsenault, B. J., Petrides, F., Tabet, F., Bao, W., Hovingh, G. K., Boekholdt, S. M., ... & Lambert, G. (2018). Effect of atorvastatin, cholesterol ester transfer protein inhibition, and diabetes mellitus on circulating proprotein subtilisin kexin type 9 and lipoprotein (a) levels in patients at high cardiovascular risk. Journal of clinical lipidology, 12(1), 130-136.

Gee, Mc. (2023). On Food and Cooking. Scribner: US.

Nadeeshani, R., Wijayaratna, U. N., Prasadani, W. C., Ekanayake, S., Seneviratne, K. N., & Jayathilaka, N. (2015). Comparison of the basic nutritional characteristics of the first extract and second extract of coconut milk.

National Institute of Diabetes and Digestive and Kindey Disease. (2023). Lactose Intolerant. 

Sacks, F. M. (2020). Coconut oil and heart health: fact or fiction?. Circulation, 141(10), 815-817.

Silalahi, J., Karo, L. K., Sinaga, S. M., & Silalahi, Y. C. E. (2018). Composition of fatty acid and identification of lauric acid position in coconut and palm kernel oils. Indonesian Journal of Pharmaceutical and Clinical Research, 1(2), 1-8.

Suyitno. (2003). Health Benefit of Coconut Milk. Indonesian Food and Nutrition Progress.Vol 10 no 2.
Tiofani, K & Aisyah, Y. (2023). 4 Jenis Santan untuk Masakan, Simak Sebelum Bikin Rendang dan Opor. https://www.kompas.com/food/read/2023/04/13/073100075/4-jenis-santan-untuk-masakan-simak-sebelum-bikin-rendang-dan-opor

Wulandari, N., Lestari, I., & Alfiani, N. (2017). Peningkatan umur simpan produk santan kelapa dengan aplikasi bahan tambahan pangan dan teknik pasteurisasi. Jurnal Mutu Pangan: Indonesian Journal of Food Quality, 4(1), 30-37.

Mengusir Racun Sianida yang ada di Singkong, bagaimana caranya?

Source: Liputan6.com

Singkong merupakan bahan pangan dari golongan umbi-umbian. Sebesar 47% ubi kayu bisa disulap dan dimanfaatkan sebagai kudapan dan makanan pokok (Ginting & Widodo, 2013). biasanya dijadikan keripik, kudapan dan tepung. Selain itu, umbi-umbian ini bisa diolah dengan cara digoreng, direbus, dikukus, juga difermentasi. 


Masyarakat Indonesia bergantung pada singkong tertulis pada Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Kementrian Pertanian dari tahun 2015 hingga 2019, produksi singkong berlimpah di Indonesia mencapai 19.386.754 ton. Singkong sering dijadikan bahan pangan pendukung  diversifikasi pangan.


Sesungguhnya, singkong memiliki beberapa manfaat yang baik untuk tubuh, yaitu polifenol berfungsi sebagai antioksidan (Zekarias dkk., 2019), zat besi, magnesium, dan kalsium (Bayata, 2019). Namun, singkong termasuk tumbuhan  memiliki kandungan asam sianida yang merugikan tubuh. Sebab, umbi singkong termasuk hasil panen yang dapat mengalami sianogenesis, yaitu bisa membentuk sianida dan berasal dari tumbuhan golongan sianogen (McMahon, 1995).


Sianogen glukosida yang terkandung dalam umbi singkong salah satunya ialah linamarin (Dhas, 2011). Belum lagi, kandungan yang berada di dinding sel tersebut dapat menghasilkan asam sianida. Yang menjadi bahaya, ketika proses pemecahan linamarin (hidrolisis) menjadi asam sianida, terjadi di dalam tubuh (Mkpong dkk., 1990). 


Mushumbusi (2020) berhasil meneliti 66 jenis singkong mentah dapat menghasilkan sianida sebanyak   20 - 227 mg/kg. Menurut FAO (1997) batas sianida yang dapat ditolerir tubuh hanya  sebatas 10 mg /kg.   Hal ini benar-benar membuktikan bahwa singkong tidak bisa dikonsumsi dalam keadaan yang mentah. Tingginya kandungan sianida juga dapat membuat singkong terasa sangat pahit. (Muleta & Mohammed, 2017)


Jika dikonsumsi dengan kadar melebihi batas yang telah ditentukan, maka dapat menyebabkan gejala seperti mual, muntah, sakit perut, diare, kehilangan penglihatan dan pendengaran, lemas,  hingga  kematian (Mushumbusi, 2020).  


Menilik masa lalu, telah terjadi kasus keracunan terjadi di Indonesia. Pada tahun 2011, terkonfirmasi bahwa konsumsi tiwul, yaitu salah satu makanan tradisional pendukung diversifikasi pangan terbuat dari singkong dapat membuat enam meninggal dunia, karena terbukti positif keracunan sianida.  


 Sesungguhnya, dalam batas tertentu sianida dapat diolah oleh tubuh menjadi tiosianat yang lebih aman. Akan tetapi, dalam Jurnal Lingkungan & Pembanguna, Wicaksana tahun 2017, asam sianida berlebih dan menumpuk dapat berpotensi keracunan sianida yang menimbulkan efek negatif, yaitu mengurangi kekuatan otot jantung, dani daya angkut oksigen di dalam darah.  Perlu di ingat bahwa sianida masuk ke dalam tubuh dengan berbagai cara, yaitu dikonsumsi langsung, dihirup, dan dikenakan dengan kulit.


Oleh karenanya, diperlukan pemahaman mengenai langkah  yang tepat untuk mengurangi kandungan sianida pada umbi singkong sebelum diolah lebih lanjut. Menurut FAO, berikut dua cara untuk mengurangi kandungan sianida pada umbi singkong.  


  1. Pengupasan


Dalam artikelnya, FAO menegaskan bahwa kandungan sianida glukosida seperti linamarin tertinggi didapatkan pada kulitnya. Oleh karena itu, ada baiknya membuang “cikal bakal” terlebih dulu sebelum diolah. Pengupasan berguna untuk membuang bagian yang tidak dikonsumsi, kotoran, serta mengurangi bakteri yang menempel. Alat yang digunakan untuk mengupas kulit singkong wajib bebas karat. 


  1. Perendaman


Singkong yang telah dikupas dan dipotong, perlu direndam dengan air selama satu hingga tiga hari. Setelah pengupasan dan pemotongan, enzim linamarase yang ada di dinding sel berpotensi bercampur dengan linamarin karena dinding sel yang mengalami kerusakan (Andama dkk., 2017). Akan lebih baik, bila singkong diparut terlebih dahulu agar linamarin dan enzim linamarase tersembunyi di dalam sel dapat terkeluarkan. 


Saat perendaman, singkong menyerap air perlahan dan proses pelepasan sianida dari linamarin dengan bantuan enzim berlangsung tahap demi tahap, kemudian menghasilkan hidrogen sianida. Sianida tersebut akan terlarut dengan air ditandai dengan munculnya banyak buih setelah perendaman karena senyawa tersebut mudah menguap di suhu ruang, sekitar 25,7 °C dan terlarut dalam air.  Ginting & Widodo (2013) ikut menyarankan untuk mengganti air rendaman singkong  sebelum singkong diolah. 


Saran dan Kesimpulan

Bukan berati tulisan ini untuk membuat menakut-nakuti makan tiwul ya. Justru bagus ko, dengan mengonsumsi tiwul teman-teman membantu Negara sendiri untuk tidak tergantung pada beras dan mendukung program diversifikasi pangan. Maksud saya supaya para pelaku UMKM (Usaha Mikro Kecil Menengah), kafe,  pabrik, ibu-ibu dan bapak-bapak  boleh ikut prihatin dengan bahan pangan unik satu ini terutama sebelum diolah. Perlakuan singkong sebelum diolah dengan langkah yang tepat dapat membuat kita menjadi lebih merasa aman dan nyaman. 



Daftar pustaka


Andama, M., Lejju, J. B., & Oloya, B. (2017). Potential of soaking and sun-drying in detoxifying toxic cassava root tubers.


Asano, Y. (2007). Chapter 7 - Enzymes in aldoxime-nitrile pathway: versatile tools in biocatalysis. https://www.sciencedirect.com/topics/agricultural-and-biological-sciences/cyanogenesis#:~:text=On%20the%20other%20hand%2C%20cyanogenesis,attack%20by%20fungi%20and%20predators.


Azmi, M. & Farid, A. (2019) Cyanogenic Glycosides in Cassava. PhD thesis, University of Leeds. https://etheses.whiterose.ac.uk/26731/


Bayata, A. (2019). Review on nutritional value of cassava for use as a staple food. Sci J Anal Chem, 7(4), 83-91.


Bolarinwa, I. F., Oke, M. O., Olaniyan, S. A., & Ajala, A. S. (2016). A review of cyanogenic glycosides in edible plants. Toxicology–New Aspects to This Scientific Conundrum.


Cahyawati, P. N. (2017). Keracunan Akut Sianida. WICAKSANA: Jurnal Lingkungan dan Pembangunan, 1(1), 80-87.


Dhas, P. K., Chitra, P., Jayakumar, S., & Mary, A. R. (2011). Study of the effects of hydrogen cyanide exposure in Cassava workers. Indian Journal of occupational and environmental medicine, 15(3), 133.


FAO. (2013). PROPOSED DRAFT CODE OF PRACTICE TO REDUCE THE PRESENCE OF HYDROCYANIC ACID IN CASSAVA AND CASSAVA PRODUCTS. https://www.fao.org/fao-who-codexalimentarius/sh-proxy/en/?lnk=1&url=https%253A%252F%252Fworkspace.fao.org%252Fsites%252Fcodex%252FShared%2BDocuments%252FArchive%252FMeetings%252FCCCF%252Fcccf7%252Fcf07_11e.pdf 


Firdaus, I. (2023). Kisah Jessica dan Mirna, Persahabatan yang Berakhir Kematian di Gelas Es Kopi Vietnam. https://www.kompas.tv/nasional/365280/kisah-jessica-dan-mirna-persahabatan-yang-berakhir-kematian-di-gelas-es-kopi-vietnam?page=all


Ginting, E & Widodo, Y. (2013). Cyanide reduction in cassava root products through processing and selection of cultivars in relation to food safety.


Kementrian Pertanian. (2020). Outlook Ubi Kayu Komoditas Pertanian Subsektor Tanaman Pangan. https://satudata.pertanian.go.id/assets/docs/publikasi/Outlook_Komoditas_Tanaman_Pangan_Ubi_Kayu_Tahun_2020.pdf


Khumaesi, A. (2012. Singkong Bisa Jadi Pengganti Beras, Mungkinkah?

https://news.republika.co.id/berita/m2lyxy/singkong-bisa-jadi-pengganti-beras-mungkinkah


Kuete, V. (2014). Health effects of alkaloids from African medicinal plants. In Toxicological survey of African medicinal plants (pp. 611-633). Elsevier.


McMahon, J. M., White, W. L., & Sayre, R. T. (1995). Cyanogenesis in cassava (Manihot esculenta Crantz). Journal of experimental Botany, 46(7), 731-741.


Mkpong, O. E., Yan, H., Chism, G., & Sayre, R. T. (1990). Purification, characterization, and localization of linamarase in cassava. Plant physiology, 93(1), 176-181.


Muleta, F., & Mohammed, A. (2017).  Determination of Cyanide Concentration Levels in Different Cassava Varieties in Selected Iodine Deficiency Disordered (IDD) Areas of Wolaita Zone, Southern Ethiopia.


Muntoha, M. (2015). Pelatihan Pemanfaatan Dan Pengolahansingkongmenjadi Makanan Ringan Tela Rasa. Asian Journal of Innovation and Entrepreneurship (AJIE), 4(03), 188-193.


Mushumbusi, C. B., Max, R. A., Bakari, G. G., Mushi, J. R., & Balthazary, S. T. (2020). Cyanide in cassava varieties and people's perception on cyanide poisoning in selected regions of Tanzania. Journal of Agricultural Studies, 8(1), 180.


Rahmawati, F. DIVERSIFIKASI OLAHAN SINGKONG DAN PISANG. https://staffnew.uny.ac.id/upload/132296048/pengabdian/diversifikasi-olahan-singkong-dan-pisang.pdf


Setyadi, A. (2021). Keracunan Singkong Bakar, Bocah 2 Tahun di Aceh Meninggal Dunia. https://news.detik.com/berita/d-5661689/keracunan-singkong-bakar-bocah-2-tahun-di-aceh-meninggal-dunia


Tempo. (2020). Enam Tewas Keracunan Asam Sianida Pada Tiwul 

https://nasional.tempo.co/read/307074/enam-tewas-keracunan-asam-sianida-pada-tiwul


Tim Haluan Riau. (2021). Ternyata Singkong Ada yang Mengandung Sianida Berbahaya, Kenali Ciri Cirinya DAN Cara Mengobatinya

https://riau.harianhaluan.com/opini/pr-111285648/ternyata-singkong-ada-yang-mengandung-sianida-berbahaya-kenali-ciri-cirinya-dan-cara-mengobatinya


Zekarias, T., Basa, B., & Herago, T. (2019). Medicinal, nutritional and anti-nutritional properties of Cassava (Manihot esculenta): a review. Academic Journal of Nutrition, 8(3), 34-46. 



Suodiu, Warisan Pelaut Hubei



Sumber= liputan6.com

Gini lho, saya heran kenapa suo diu bisa dikategorikan sebagai makanan lihat di banyak laman internet dan sosial media. Ada yang bilang kalau suo diu adalah streetfood tradisional dari provinsi Hubei, China. Padahal, menggunakan batu sebagai bintang utamanya. Rasanya, agak unik ya untuk dijadikan menu utama. Kalau batu itu dihidangkan seukuran kerikil untuk ayam mungkin bisa bermanfaat bagi ayam. Karena, ayam butuh makan batu demi membantu pencernaannya.Untuk seukuran manusia, batu  dikunyah, gigi langsung remuk. Hehe.

Memang sih dari namanya, suo diu berarti sedot dan buang. Batu  tersebut berarti batu segar yang langsung diambil dari dasar sungai dan dimasak.  Katanya, kehidupan di sungai tersebut sudah menyatu dengan batu-batu yang memiliki permukaan lembut. Ditumis dengan bawang merah, putih, jahe, wortel, sayur-sayuran, daun rosemary, kol, minyak cabai, dan bawang bombay. Hidangan ini dinilai memiliki aroma dan flavor seafood khas yang lezat. Penampilannya pun cukup menarik.


Kalau dilihat dari bahan-bahan yang digunakan kaya akan vitamin dan mineral sih. Apalagi pengolahannya ditumis, sehingga vitamin dan mineralnya bisa cukup awet.  Namun, bila dilihat berdasarkan keputusan kepala badan POM tentang Kategori Pangan, sesungguhnya terdapat 16 kategori makanan dari produk susu sampai pangan komposit. Hidangan batu ini tidak sepenuhnya klop dengan ke enam belas kategori ini. Karena umumnya, makanan menggunakan bahan utama yang edibel atau dapat dimakan. 


Yang paling mendekati ialah dalam kategori pangan komposit, yaitu produk makanan dehidrasi yang dapat mengandung olahan sayur atau hewan, dan rempah untuk kemudian ditambahkan air sebelum dimasak; makanan siap saji. Nasi liwet, gudeg jogja, soto betawi, nasi megono mereka adalah makanan tradisional juga dan termasuk pangan komposit. Bedanya, mereka menggunakan kombinasi dari pangan hewani, ayam, telur, hati, ampela, daging/paru dan nabati, yaitu nangka. Coba kalau suo diu ditambahkan kombinasi dari bahan pangan hewani, setidaknya yang mirip-mirip irisan daging ikan atau bakso ikan dan produk-produk seafood lainnya, saya jamin  bisa menambahkan kandungan  protein yang diasup juga. 


Bakso ikan, daging kepiting/ crabstick, tiram bisa saja dijadikan sebagai sebuah topping dalam hidangan ini seperti layaknya minuman boba yang sempat viral. Dengan begitu, ini bisa dijadikan ide bisnis yang baru demi membuat suo diu lebih inovatif dan bergizi tanpa  mengesampingkan warisan budaya dari para pelaut.  


Jadi membeli hidangan itu disamping unik, melestarikan warisan budaya, tapi kandungan gizinya juga tidak kalah penting. Karena tujuan kita makan untuk  energi kita sehari-hari ya, tambah fokus.  Energinya bisa dari gizi yaitu protein, lemak, karbohidrat yang dihitung berdasarkan kalori yang diasup. Kalau makan sayur-sayuran dan buah-buahan tanpa daging bisa-bisa dan sehari-hari makan itu-itu terus, ya badan juga ikut lemas. Unik sih, karena kata orang batunya bisa dibawa pulang dan dijadikan souvenir. 






Daftar pustaka


BPOM. https://jdihn.go.id/files/491/Keputusan%20Kepala%20Badan%20POM%20tentang%20Kategori%20Pangan.pdf


Voi. (2023). https://voi.id/lifestyle/291074/mengenal-suodiu-makanan-tumis-batu-yang-populer-di-china 


CNN. (2023). https://www.youtube.com/shorts/TY1WlrdmBBE


South China Morning. (2023). https://www.youtube.com/watch?v=rTfoEfq9rWg&t=15s



Selasa, 11 Juli 2023

Manfaat edible flower

Manfaat Edible Flower


    Edible flower merupakan bunga yang dapat dikonsumsi. Sesungguhnya, produk bunga tersebut sebagian besar digunakan sering dijumpai dan diolah menjadi produk minuman, selai, sirup sesuai standar yang berlaku. Banyak sosialisasi yang dilakukan untuk mengenalkan bunga dan pengolahan bunga tersebut yang diharapkan untuk meningkatkan perekonomian dan kesejahteraan masyarakat di beberapa desa. 


    Di Indonesia telah banyak produk yang  telah beredar dengan menggunakan nama bunga. Herbal tersebut bermanfaat bagi kesehatan tubuh. Produk-produk makanan dan minuman yang menggunakan nama-nama bunga bisa saja terbuat tidak hanya terbuat dari sekedar bagian bunganya saja, akan tetapi dapat terbuat dari berbagai kombinasi yang tersusun atas daun, akar, serta biji.


 Berikut adalah jenis bunga yang dapat bermanfaat untuk kesehatan:


1. Bunga Telang


Sumber gambar: alodokter


        Bunga telang (Clitoria ternatea) atau disebut juga dengan butterfly pea, merupakan bunga yang tumbuh di tanah liar. Bunga tersebut memiliki mahkota bunga berwarna biru pekat dan aroma rumput, hingga keungunan karena memiliki pigmen antosianin. Minuman dengan bunga telang dapat dikombinasikan dengan beberapa bahan tambahan lain, misalnya jeruk lemon, nipis, nanas, dan serai. 

    Ekstrak bunga telang terbukti dapat menujukkan aktivitas antiobesitas, menurunkan trigliserida dan total kolesterol darah serta memiliki efek antikanker (Marpaung dkk., 2020). Bunga telang mengandung kandungan 2,4 asam dihidroksibenzoat, asam kafeat, p- asam coumaric, prosianidin A2, delfinidin-3-O-glukosida, asam elagik yang berfungsi untuk mengurangi kerusakan pada lapisan sel darah dan stress oksidatif (Prabawati, 2021).

.

2. Bunga Krisan

Sumber gambar: Pixta


        Olahan dari tanaman krisan (Chrysanthemum morifolium Ramat) sungguh menarik, bisa digunakan sebagai bahan tambahan untuk membuat permen, keripik, dan minuman instant. Bunga ini disebut juga chrysantemum flower Selain itu, bunga tersebut digunakan sebagai pewarna pada kain.   Menurut Setiawati (2019) kombinasi antara daun, batang, dan bunga krisan memiliki manfaat, yaitu mengatur tekan darah, membantu dektosifikasi racun, membantu meringankan sakit kepala. 

        Di dalam bunga krisan, terdapat kandungan asam klorogenat dan luteolin yang dapat menurunkan tingkat gula darah. Takara (2022) menambahkan bahwa luteolin memiliki pengaruh yang menguntungkan, yaitu dapat menurunkan asam urat dan berpotensi mencegah penyakit gout. 



3. Bunga Rosella


Sumber: merdeka

        Bunga rosela (Hibiscus Sabdariffa Linn) merupakan bunga yang mengandung antosianin sering dimanfaatkan sebagai bahan tambahan dalam teh, sirup, selai, dan produk minuman lainnya (Kusumastuti, 2014). 

        Dalam jurnal majority tahun 2014, dapat disimpulkan bahwa di dalam kelopak bunga rosela mengandung bahan aktif, yaitu  antosianin, gassypetin, glusioda hibiscin berfungsi sebagai zat antidiuretik, menurunkan tekanan darah serta produk kering bunga rosella memiliki manfaat sebagai antihipertensi. Kandungan antosianin yang dapat bekerja sebagai antioksidan dan mencegah penyakit kardiovaskuler.  


Michael Adrian Iskandar, S.TP., M.T.P.
Food Enthusiast


Daftar Pustaka

Fauzan, R. D., Yulianto, A., Usman, A. N., & Fauzi, A. (2021). Diversivikasi Tanaman Rosella (Hibiscus sadbariffa L.) sebagai Upaya dalam Meningkatkan Kesejahteraan dan Ekonomi Masyarakat Desa Sumberdem, Wonosari, Malang. SEMAR: Jurnal Ilmu Pengetahuan, Teknologi, dan Seni bagi Masyarakat10(1), 22-28.

Hartanto, R., Fitri, S. R., Kawiji, K., Prabawa, S., Sigit, B., & Yudhistira, B. (2021). Analisis Fisik, Kimia, dan Sensoris Teh Bunga Krisan Putih (Chrysanthemum morifolium Ramat.) dengan Pengeringan Kabinet. Agrointek15, 1011-1025.

Kusumastuti, I. R. (2014). Roselle (Hibiscus sabdariffa linn) Effects on Lowering Blood pressure as a Treatment for Hypertension. Jurnal Majority3(7).

Marpaung, A. M. (2020). Tinjauan manfaat bunga telang (clitoria ternatea l.) bagi kesehatan manusia. Journal of Functional Food and Nutraceutical, 63-85.

Prabawati, N. B., Oktavirina, V., Palma, M., & Setyaningsih, W. (2021). Edible flowers: Antioxidant compounds and their functional properties. Horticulturae7(4), 66.

Setiawati, T., Annisa, F. N., & Bari, I. N. (2019). Pengenalan khasiat obat tanaman krisan dan pembuatan teh krisan sebagai minuman kesehatan. Ethos7, 64-69.

Takara, T., Yamamoto, K., Suzuki, N., Yamashita, S. I., Iio, S. I., Kakinuma, T., ... & Shimoda, H. (2022). Effects of luteolin-rich chrysanthemum flower extract on purine base absorption and blood uric acid in Japanese subjects. Functional Foods in Health and Disease12(1), 12-25.

Minggu, 02 Juli 2023

Manfaat Konsumsi Daging Kambing

Manfaat Konsumsi Daging Kambing
#edisikulinerindonesia

Kemarin, selama idul Adha, pasti banyak yang makan kuliner berbasis kambing nih. Mulai dari sate kambing, rendang, gulai hingga krengseng. Di luar negeri, daging kambing dapat dibuat menjadi beberapa produk pangan, yaitu dry cured meat, dry fermented sausage, serta  bahan pendukung untuk membuat patty. Bagaimana rasa daging kambing? Luar biasa enak ya.. 

Daging kambing merupakan daging yang memiliki aroma dan komposisi kimia yang unik. Bila dari tampilan luarnya, tidak terlalu berbeda jauh warnanya dengan daging sapi, yaitu berwarna kemerahan karena mengandung mioglobin. Namun, berdasarkan kandungan gizinya, daging kambing memiliki kandungan kolesterol dan lemak jenuh yang lebih rendah dibandingkan dengan daging sapi.  Sesungguhnya, kualitas daging kambing ditentukan oleh faktor genetika kambing, usia, serta jenis kelamin kambing.


Yuk, mari kita lihat kandungan gizi dan fungsionalitas dari daging kambing. 


A. Kandungan gizi

Bersamaan dengan keluarga daging lainnya, yaitu daging ayam, daging sapi. Di dalam daging kambing terkandung kandungan protein, lemak jenuh, kolesterol, lemak, dan kalori. Berikut fakta-fakta yang ada:

>>  Daging kambing memiliki protein yang sebanyak 23 gram per tiga oz dari daging yang sudah dimasak. 

>> Kandungan kolesterol daging kambing lebih rendah, yaitu 63,8 mg dibandingkan dengan daging sapi yaitu 73,1 mg 

>> Kandungan lemak jenuh daging kambing lebih rendah, yaitu 0,79 gram dengan daging sapi, yaitu tiga gram. 


Hal ini tentunya akan menguntungkan, karena bila kandungan lemak jenuh sedikit, resiko terkena penyakit kardiovaskuler akan semakin lebih kecil (Ivanović dkk., 2016) Selain itu, di dalam daging kambing mengandung asam amino esensial, yaitu lisin, teoronin, dan triptofan. Stajic & Pisinov (2021) menambahkan bahwa daging kambing merupakan sumber untuk mendapatkan mineral-mineral, seperti zat besi dan kalium. Selain itu, daging tersebut mengandung kandungan vitamin B-complex. 


Mari kita kupas satu per satu manfaat dari kandungan gizi tersebut:

Asam amino esensial

Asam amino esensial merupakan asam amino yang tidak dapat disintesis oleh tubuh. Oleh karena itu, asam amino ini perlu didapatkan dari sumber pangan lainnya. Asam amino esensial yang terkandung di dalam daging kambing, yaitu:

1) Lisin

Lisin berperan penting untuk sintesis protein, hormon, serta enzim. Selain itu lisin berperan penting dalam pembentukan kolagen, produksi energi serta mengontrol sistem imunitas. 

2) Teoronin

Teoronin merupakan komponen penting untuk jaringan kolagen, dan elastin. Selain itu, asam amino tesebut bermanfaat untuk membantu memetabolisme lemak serta meningkatkan fungsi imun. 

3) Triptofan

Triptofan merupakan asam amino yang unik, karena Ia dapat mengatur nafsu makan, mood serta membantu kita untuk tidur menjadi lebih nyenyak. Selain itu, ia merupakan perkusor dari serotonin, yaitu hormon pengatur fisiologis yang dimulai dari pengatur suhu tubuh, tidur, dan nafsu makan. 


Zat besi

Zat besi digunakan untuk membentuk hemoglobin dalam darah sehingga dapat mencegah penyakit Anemia. Berdasarkan jurnal kesehatan Andalas, zat besi merupakan zat gizi mikro yang sangat diperlukan oleh tubuh. Diduga daging kambing dapat memberikan Zat besi bertipe heme yang lebih mudah diabsorbsi di dalam tubuh. 


Kalium

Kalium ialah mineral yang diperlukan oleh tubuh, berfungsi sebagai pengendali tekanan darah, dan membersihkan karbodioksida di dalam darah (Fitriani dkk., 2012). Selain itu, kebutuhan kalium perlu dipenuhi secara cukup. Bila kekurangan kalium akan menyebabkan hipokalemia, mengakibatkan frekuensi denyut jantung yang melambat. Sebaliknya, bila kalium berlebiih / disebut juga dengan kondisi hiperkalemia, yang akan membuat aritmia jantung. Berdasarkan Pokneangge & Mewo (2016) kadar kalium dalam serum darah normal yaitu berkisar antara 3.5-5.0 mmol/L.    


Vitamin B Complex

Vitamin B-complex merupakan vitamin yang larut dalam air, terdiri dari B1, B2, B3, B5, B6, B12, kolin, Inositol, dan Biotin (Shellac, 2015). Kegunaan vitamin tersebut yaitu memproduksi energi dari sel-sel yang di dalam tubuh. Sehingga, bila kita mengonsumsi daging kambing ada kemungkinan daging kambing ini membantu memberikan kita energi yang lebih dalam metabolisme di tubuh.  


Kesimpulan 

Kesimpulan dari tulisan ini, yaitu daging kambing merupakan daging yang tidak kalah baik kandungannya dengan daging-daging lainnya, memiliki beberapa kandungan fungsional seperti asam amino esensial, zat besi, kalium, dan vitamin B Complex. Namun, ada baiknya untuk tetap mengontrol daging kambing yang dikonsumsi agar tidak berlebih. Bila daging kambing dikonsumsi berlebih, berpotensi dapat meningkatkan tekanan darah serta berat badan (Afid & Nurmasitoh, 2016). Oleh karenanya, tetap pikirkan apa yang kita makan ya.


Seperti kata pepatah:

"You are what you eat" - Anthelme Brillat-Savarin


Michael Adrian Iskandar, S.TP., M.T.P.
Nutrition and Culinary Technology
Food Enthusiast 


Daftar Pustaka

Afid, M. D., & Nurmasitoh, T. (2016). Efek konsumsi daging kambing terhadap tekanan darah. Jurnal Kesehatan Masyarakat10(185-90).

CNN Indonesia. (2023). https://www.cnnindonesia.com/gaya-hidup/20190810092756-262-420057/5-makanan-favorit-idul-adha-berbahan-daging-kambing-dan-sapi

Fitriani, N. L. C., Walanda, D. K., & Rahman, N. (2012). PENENTUAN KADAR KALIUM (K) DAN KALSIUM (Ca) DALAM LABU SIAM (Sechium Edule) SERTA PENGARUH TEMPAT TUMBUHNYA (Determination of Potassium (K) and Calcium (Ca) Content in Chayote (Sechium Edule) and The Effects With its Growth Soil). Jurnal Akademika Kimia1(4).

Frieslandcampina. (2023). The functions of amino acid essential. https://www.frieslandcampinainstitute.com/uploads/sites/3/2023/01/FC-Institute-Infographic-The-functions-of-essential-amino-acids.pdf

Lestari, I. P., Lipoeto, N. I., & Almurdi, A. (2018). Hubungan konsumsi zat besi dengan kejadian anemia pada murid SMP Negeri 27 Padang. Jurnal Kesehatan Andalas6(3), 507-511.

Ivanović, S., Pavlović, I., & Pisinov, B. (2016). The quality of goat meat and it's impact on human health. Biotechnology in Animal Husbandry32(2), 111-122. 

Karami, M., & Bagheri, M. (2019). Color characteristics of goat meat under dietary regime. Біологія тварин, (21,№ 1), 21-26.

MÜCK-ŠELER, D. O. R. O. T. E. A., & Pivac, N. (2011). Serotonin. Periodicum biologorum113(1), 29-41.

Pokneangge, R. J., Tiho, M., & Mewo, Y. M. (2016). Perbandingan Kadar Kalium Darah Sebelum Dan Sesudah Aktivitas Fisik Intensitas Berat. eBiomedik3(3).

Schellack, G., Harirari, P., & Schellack, N. (2016). B-complex vitamin deficiency and supplementation. SA Pharmaceutical Journal83(4), 14-19.

Stajic, S., & Pisinov, B. (2021, October). Goat meat products. In IOP Conference Series: Earth and Environmental Science (Vol. 854, No. 1, p. 012092). IOP Publishing.