Label Pangan: Konsumsi Berlebihan Mempunyai Efek Laksatif

Kemarin, saya pergi jalan-jalan ke satu supermarket  yang masih tergolong baru di kota tempat saya tinggal. Lalu, saya menemukan satu wajah ...

Kamis, 14 April 2022

Penyebab Pisang Mudah Rusak

Berdasarkan World Atlas (2020) yang dikutip dari liputan6.com, pisang merupakan buah terpopuler kedua setelah buah tomat. Pisang memiliki banyak kandungan kalium, yang berguna untuk mempertahankan imunitas dan kebugaran tubuh. Selain itu, berdasarkan penelitian Revelo-Cáceres (2020) telah dibuktikan bahwa pisang merupakan salah satu agen yang dapat membuat minuman  selada Romaine menajdi lebih disukai.  Pisang merupakan buah yang cepat rusak. Hustiany & Rahmi (2020) berpendapat bahwa pisang kepok memiliki umur simpan yang relatif pendek, sedangkan pisang cukup banyak diminati oleh masyarakat, serta memiliki produktivitas yang tinggi, yaitu 696,689-883,394 kuintal/tahun dari tahun 2012 hingga 2017. Beberapa penyebab pisang menjadi rusak, yaitu:


1. Kadar air yang tinggi

Tidak hanya semangka dan melon. Ternyata, pisang merupakan buah yang mudah rusak. Hal ini disebabkan oleh kadar air yang tinggi.  Hapsari & Lestari (2016) bahwa kadar air pada pisang Indonesia berkisar antara 62,01-80,94%.  Selain itu, pisang memiliki aktivitas air yang tinggi berkisar antara 0.987–0.964  (Schmidt & Fontana, 2020). Teori ini diperkuat oleh Sperber (1983) yang mengatakan bahwa pengurangan aktivitas air berdampak sangat drastis pada pertumbuhan bakteri. Semakin rendah aktivitas air, maka semakin tinggi bakteri tersebut menjadi inaktif atau mati. 


2. Termasuk buah klimaterik 

Buah klimaterik adalah buah yang masih bisa mengalami proses pematangan secara cepat setelah panen. Namun, sesungguhnya pisang dipetik ketika matang yang ditandai dengan kulit yang berwarna hijau agar mencapai proses masak di tangan konsumen. Selama proses pematangan berlangsung, terdapat gas etilen yang bersumber dari pisang itu sendiri yang dapat mempercepat kematangan pisang.  Apabila tidak dikendalikan, maka akan menyebabkan kebusukan. Teori ini didukung oleh Arti & Manurung (2020) mengemukakan bahwa buah klimaterik pada saat proses ripening lebih besar dibandingkan dengan buah non-klimaterik. Hal ini dikarenakan gas etilen dapat menyebabkan enzim-enzim, yaitu selulase dan klorofilase menjadi sangat aktif, sehingga berkontribusi terhadap pelunakan struktur dinding sel dan perubahan warna buah yang tidak diinginkan. 

Gambar 1. Buah klimaterik dan non klimaterik
Sumber: University of Maryland Extension

3. Adanya memar 

Pisang dapat menjadi memar, ketika terbentur ataupun jatuh selama pengiriman. Pengiriman di jalan yang berbatu / bergelombang, serta kapasitas penampungan truk yang overload dapat memicu memar pada buah (Kuyu & Tola, 2018). Selain itu, buah juga dapat memar ketika adanya vibrasi, dan kompresi.  Memar pada buah bisa saja dapat memicu fungal infection dan membuat buah tersebut menjadi berjamur. Umumnya, jamur yang dapat tumbuh pada pisang yaitu Collectotrichum musae dan Fusarium spp. Fernando & Stanley (2019)  juga mengemukakan bahwa memar dapat memicu reaksi pencoklatan pada pisang dan dapat meningkatkan aktivitas enzim yang dapat menurunkan kualitas warna serta melunakkan tekstur dinding sel. Tanda-tanda memar pada pisang ditandai dengan adanya warna kecokelatan di bagian pundak dan leher pisang. 

Gambar 2. Memar pada pisang
Sumber: Cookist

4. Tempat penyimpanan yang tidak sesuai

Tempat penyimpanan yang kotor, artinya penuh dengan serangga, tidak memiliki pengaturan humidity dan  suhu, serta tempat penyimpanan buah yang setengah busuk dan segar yang tidak dipisah. Adanya hal ini dapat menyebabkan cross contamination, yang dapat menurunkan kualitas pisang. Suhu gudang penyimpanan perlu dikendalikan. Menurut Mohapatra (2010) menyimpan pisang di suhu dingin adalah hal yang tidak disarankan, karena menurutnya pisang sangat sensitif terhadap perubahan temperatur. Misalnya, pada saat suhu dibawah 10 derajat celcius, pisang mengalami chilling injury, yang ditandai dengan munculnya bintik cokelat di bagian kulit pisang


Gambar 3. Chilling injury pada pisang
Sumber: student-activity.binus.ac.id

Apabila disimpan di suhu di atas 30 derajat celsius,  maka akan menurunkan produksi etilen dan membuat warna pisang menjadi tidak merata. Oleh karena itu, tempat penyimpanan pisang yang ideal adalah 13 hingga 14 derajat celsius saat transportasi. Tempat penyimpanan yang terlalu lembab (diatas 95%)  akan menyebabkan pektin menjadi rusak sehingga kulit pisang menjadi rusak. Oleh karena itu, akan lebih baik dalam menyimpan pisang dalam tingkat kelembapan yang lebih rendah. Tingkat kelembapan yang lebih rendah akan membuat produksi etilen dan respirasi buah lebih terkendali. 


DAFTAR PUSTAKA


Arti, I. M., & Manurung, A. N. H. (2020). Pengaruh Etilen Apel dan Daun Mangga Pada Pematangan Buah Pisang Kepok (Musa paradisiaca formatypica). Jurnal Pertanian Presisi (Journal of Precision Agriculture), 2(2), 77-88.


Barth, M., Hankinson, T. R., Zhuang, H., & Breidt, F. (2009). Microbiological spoilage of fruits and vegetables. In Compendium of the microbiological spoilage of foods and beverages (pp. 135-183). Springer, New York, NY.


Dahlia, A., Haryanto, A., & Suhandy, D. (2016). Studi Penggunaan KMno4 untuk Memperpanjang Umur Simpan Pisang Muli. Jurnal Teknik Pertanian Lampung, 5(2), 67-72.


Fernando, I., Fei, J., Stanley, R., & Enshaei, H. (2019). Assessment and characterizing mechanical damage in packaged bananas in the post-harvest supply chain. In MATEC Web of Conferences (Vol. 296, pp. 1-10). EDP Sciences.


Hapsari, L., & Lestari, D. A. (2016). Fruit characteristic and nutrient values of four Indonesian banana cultivars (Musa spp.) at different genomic groups. AGRIVITA, Journal of Agricultural Science, 38(3), 303-311.


Hustiany, R., & Rahmi, A. (2020). UPAYA MEMPERTAHANKAN UMUR SIMPAN PISANG KEPOK DENGAN KEMASAN AKTIF BERBAHAN ARANG AKTIF CANGKANG KELAPA SAWIT. Jurnal Teknologi Industri Pertanian, 30(2).


Kuyu, C. G., & Tola, Y. B. (2018). Assessment of banana fruit handling practices and associated fungal pathogens in Jimma town market, southwest Ethiopia. Food science & nutrition, 6(3), 609–616. https://doi.org/10.1002/fsn3.591


Mohapatra, D., Mishra, S., & Sutar, N. (2010). Banana post harvest practices: Current status and future prospects-A review. Agricultural Reviews, 31(1).


Revelo-Cáceres, D., Oliveras-López, M. J., Villalón-Mir, M., Navarro-Alarcón, M., & de la Serrana, H. L. G. (2020). Development of an Infusion Based on Romaine Lettuce and Banana for Treating Insomnia. Agricultural Sciences, 11(06), 529.


Sperber, W. H. (1983). Influence of water activity on foodborne bacteria—a review. Journal of Food Protection, 46(2), 142-150.


Schmidt, S. J., & Fontana Jr, A. J. (2020). E: Water Activity Values of Select Food Ingredients and Products. Water activity in foods: Fundamentals and applications, 573-591.


https://www.liputan6.com/global/read/4369156/ini-8-buah-terpopuler-di-dunia-mana-favoritmu. Diakses tanggal 14 April 2022. Pukul 22:05. 


http://p2ptm.kemkes.go.id/artikel-sehat/khasiat-dan-manfaat-pisang#:~:text=Buah%20pisang%20kaya%20akan%20vitamin,bagi%20tubuh%20untuk%20tetap%20bugar. Diakses tanggal 14 April 2022. Pukul 22:05. 


Minggu, 20 Desember 2020

Star Anise Application in Culinary Field 🍛


Star Anise
http://theepicentre.com/spice/star-anise/


Star anise (Illicium verum) or also known as pekak in Indonesia, is a star-shaped spice often applied in cooking in Indonesia and abroad. Star anise has six until eight petals and in each petal there is an oval and brown seed inside. The popularity of the anise flower has spread to Europe and Asia, i.e. China, Thailand and Vietnam. Star anise has a distinctive aroma and strong taste, hence it can contribute to culinary flavor, taste and aroma. In Indonesia,it can be incorporated into Aceh curry, Minang rendang, and various other Javanese and Balinese dishes and it is part of the spices of the five spice powder mix.

Chinese utilizes star anise as a spice in Chinese Tea Eggs culinary or in Indonesia, known as pindang eggs. Cooked curries🍛, broths, meats and soups can be incorporated with star anise in Vietnam and India. Besides being able to be applied in culinary, star anise has various benefits in the food sector. Star anise is useful in the confectionary field, i.e. pastilles and medicinal tea. Europe uses star annise as a flavoring agent in jams, breads 🍞, various desserts and liquers, i.e. anisette and pernod. The distinctive aroma of star annise is mainly caused by the two components, i.e. trans anethol and shikimic acid (Boota et al., 2018).

Based on Patra et al. (2020), apart from making the dishes more flavorful, star anise has a functional component, i.e. shikimic acid, which contributes in relieving respiratory-related diseases, i.e. influenza, tuberculosis, flu, irritation in the lungs, bronchitis and coughs. Patra et al. (2020) added that there are more than 10 other bioactive components with various ingredients that are beneficial to the body, including 3-hydroxybenzoic acid which functions as an anti-depressant. Other bioactive components have various benefits, i.e. antibacterial, antioxidant, anti-inflammatory, anticoagulant, antifungal, anticancer, analgesic. The seeds contained in the flower petals of star anise has proven to be useful for increasing food digestibility (Boota et al., 2018).

~😀


References

Anonim. (2020). BAB II PERANCANGAN MEDIA INFORMASI REMPAH BUNGA LAWANG DALAM RESEP BUMBU MASAKAN ACEH. https://elib.unikom.ac.id/files/disk1/701/jbptunikompp-gdl-ichsannim5-35034-9-unikom_i-i.pdf. Diakses pada tanggal 20 Desember 2020. Pukul 15:35. 

Boota, T., Rehman, R., Musthaq, A., Kazerooni, E.G. (2018). Star Anise: A Review on Benefits, Biological Activities and Potential Uses. International Journal of Chemical and Biochemical Sciences. Hal 110-114. Diakses tanggal 20 Desember 2020. Pukul 15:56.

LPPM. (2011). Manfaat Si Cantik Pekak / Bunga Lawang. https://lppm.ipb.ac.id/manfaat-si-cantik-pekak-atau-bunga-lawang/. Diakses 20 Desember 2012. Pukul 15:52

Patra, J. K., Das, G., Bose, S., Banerjee, S., Vishnuprasad, C. N., del Pilar Rodriguez‐Torres, M., & Shin, H. S. (2020). Star anise (Illicium verum): Chemical compounds, antiviral properties, and clinical relevance. Phytotherapy Research, 34(6), 1248-1267.

Rosari, A. R., Duniaji, A. S., & Nocianitri, K. A. (2018). UJI FITOKIMIA EKSTRAK BUNGA LAWANG (Illicium verum Hook. f) DAN DAYA HAMBATNYA TERHADAP Staphylococcus aureus. Jurnal Ilmu dan Teknologi Pangan (ITEPA), 7(4), 148-155.

Shahrajabian, M. H., Sun, W., & Cheng, Q. (2019). Chinese star anise and anise, magic herbs in traditional Chinese medicine and modern pharmaceutical science. Asian Journal of Medical and Biological Research, 5(3), 162-179.

Winarsih, S., Vamelia, R. E., Nurlaily, N., & Tanzila, M. G. (2018). Identifikasi Senyawa Aktif Crude Ekstrak Bunga Lawang (Illicium verum) dan Uji Antimikrobia Pembusuk Dari Daging Ayam Broiler. Jurnal Agroteknologi, 12(02), 196-202.


Selasa, 29 September 2020

Harmful Algal Blooms: Sebuah Introduksi

Harmful Algal Blooms: Sebuah Introduksi
 
    Harmful Algal bloom atau ledakan populasi alga merupakan pertumbuhan alga sangat cepat yang beresiko dapat membuat kesehatan manusia dan hewan terganggu ataupun kelestarian dibidang ekologi menjadi rusak (CDC, 2020).  Berdasarkan Panggabean (2006), kasus keracunan kerang pertama kali di alami oleh kapten George Vancouver mendarat dan mengonsumsi kerang di tempat yang sekarang dikenal dengan 'Poison Cove' pada tahun 1973. Hingga saat ini, Guthirie (2017)  menyampaikan bahwa 'Poison Cove' masih ditutup dan state health official melarang aktivitas rekreasi, segala aktivitas yang berhubungan dengan komersial dan kegiatan pemanenan kerang. Salah satu dampak Algal bloom telah terbukti di Kabupaten Cirebon pada tanggal 9-13 Desember 2016 yang diteliti oleh Nurlina (2018). Peristiwa Harmful Algal Bloom dapat mengeluarkan racun Saxitoksin yang dapat menyebabkan Paralytic Shellfish Poisoning (PSP) pada masyarakat berusia 20-59 tahun.  Dalam kasus tersebut, terdapat 115 orang terkena Paralytic Shellfish Poisoning dan terdapat dua orang yang meninggal dalam usia lansia dan balita.
 
    Schaechter (2009) menambahkan bahwa fenomena ini terjadi sementara dan diindikasikan dari pertambahan biomasa fitoplankton dan klorofil, terutama klorofil a. Jumlah klorofil, yaitu >20 mg Chl ^-3 dapat dikategorikan sebagai "bloom" di eutrophic lakes dan coastal seas.  Barokah (2017) berpendapat bahwa peristiwa Harmful Algal bloom terbagi menjadi dua tahap, yaitu red tide marker dan toxin producer. Red tide marker, yaitu pertumbuhan alga yang dapat menyebabkan terjadinya perubahan warna pada suatu ekosistem laut yang dipengaruhi oleh jenis dan warna fitoplankton yang bertumbuh sangat cepat sedangkan toxin producer, yaitu terbentuknya metabolit sekunder yang bersifat toksik oleh fitoplankton yang dapat terakumulasi pada biota lainnya, yaitu ikan dan kerang. Apabila dilihat dari permukaan, alga ini berbentuk seperti busa, buih dan dengan warna yang bervariasi. Ledakan Populasi Alga di Teluk Ambon, Maluku dapat dilihat pada Gambar 1.
 
 
Gambar 1. Ledakan Populasi Alga di Teluk Ambon, Maluku 
Sumber: www.kabartimurnews.com

     
    Pertumbuhan harmful algal bloom dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu  bertambahnya nutrisi di perairan, misalnya nitrogen dan fosfor, upwelling laut, arus air rendah, peningkatan suhu, perubahan pH atau kekeruhan, perubahan arus laut dan perubahan ekologi lokal (CDC, 2020) Beberapa mikroalgae yang dapat menghasilkan toksin, yaitu Cyanobacteria, Dinoflagelata dan Diatom. Toksin tersebut apabila terakumulasi di seafood, yaitu kerang dan ikan, dan dikonsumsi oleh manusia, dapat menimbulkan berbagai kasus keracunan, yaitu Paralytic Shelfish Poisoning (PSP), Amnesic Shellfish Poisoning (ASP), Diarrhetic Shellfish Poisoning (DSP), Neurotoxic Shellfish Poisoning (NSP) Ciguatera Fish Poisoning (CFP), tergantung jenis alga yang dikonsumsi oleh kekerangan  dan ikan (Panggabean, 2006). Kasus keracunan ini ditandai dengan gejala mual, pusing iritasi kulit bahkan dapat merusak hati, menganggu sistem pernafasan hingga berakibat kematian.
 
    Secara umum, toksin yang dihasilkan oleh alga tersebut terakumulasi di seafood, tidak dapat dihilangkan dengan cara di masak. Selain itu, berdasarkan Supriadi (2016), kerang yang terkontaminasi racun ini sulit dibedakan secara fisik dengan kerang hijau yang aman untuk dikonsumsi Oleh karena itu, Nurlina (2018) menambahkan bahwa sebelum dikonsumsi dan dikomersialkan, sebaiknya kerang diuji terlebih dahulu dari mutu mikrobiologi, biotoksin dan logam berat. Selain itu, edukasi budidaya kerang hijau perlu ditekankan, terutama syarat perairan budidaya yang baik (Supriadi, 2016),  dan pemantauan kualitas air perlu dilakukan secara konsisten dan periodik, pembuangan sampah termasuk limbah industri perikanan tidak dibuang secara sembarang, sehingga pertumbuhan Harmful Algal Bloom dapat dicegah. 
 
    CDC (2020) menambahkan bahwa masyarakat dapat membantu mengurangi resiko terjadinya peristiwa harmful algal bloom, yaitu dengan menggunakan kuantitas pupuk dengan jumlah yang cukup serta menanam vegetasi di sepanjang aliran sawah menuju danau, yang berguna untuk filter. Dalam mengonsumsi kerang tidak perlu khawatir secara berlebihan, namun ada baiknya untuk tetap meningkatkan kewaspadaan. Mari kita bersama-sama, sebelum membeli, mengolah dan memanen kerang, pastikan dahulu lingkungan budidaya kerang dan kualitas kerang sesuai standar dan telah lulus seleksi uji mikrobiologi, biotoksin dan logam berat.
 
 
 
DAFTAR PUSTAKA:
 
1. Barokah, G. R., Putri, A. K., & Gunawan, G. (2017). Kelimpahan Fitoplankton Penyebab Hab (Harmful Algal Bloom) di Perairan Teluk Lampung pada Musim Barat dan Timur. Jurnal Pascapanen dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan, 11(2), 115-126.

2. CDC. (2020). Harmful Algal Bloom (HAB)- Associated Ilness. https://www.cdc.gov/habs/environment.html. Diakses tanggal 23 September 2020. Pukul 15:31  

3. Guthirie, P. (2017). State Health Officials Close Penn Cove to All Shelfish Harvesting. https://www.whidbeynewstimes.com/news/state-health-officials-close-penn-cove-to-all-shellfish-harvesting/. Diakses tanggal 28 September 2020. Pukul 19:14.   
 
4. Nurlina, A. (2018). Kejadian luar biasa paralytic shellfish poisoning pada konsumsi kerang hijau terkontaminasi saxitoxin di Kabupaten Cirebon, Indonesia, Desember 2016. In Prosiding Seminar Bakti Tunas Husada (Vol. 1, No. 1).
 
5. Panggabean, L.M. (2006). KISTA DINOFLAGELLATA PENYEBAB HAB. Oseana Vol XXXI (2). http://oseanografi.lipi.go.id/dokumen/oseana_xxxi(2)11-18.pdf. Hal 1-18
 
6. Schaechter, M. (2009). Encyclopedia of microbiology. Academic Press.
 
7. Supriadi, D. (2016). Kerang Hijau dan Racun Mematikan. https://www.radarcirebon.com/2016/12/16/kerang-hijau-dan-racun-mematikan/. Diakses 29 September 2020. Pukul 20:13


Sabtu, 19 September 2020

Cuci Tangan: Waktu dan Langkah yang Tepat

Pandemi Covid-19 belum berakhir, dan diharapkan segera berakhir. Pemerintah pusat serta daerah tetap berusaha mengingatkan beberapa peraturan terkait dengan protokol kesehatan. Berbagai sumber media online telah mempublikasikan artikel terkait penyebaran fasilitas cuci tangan ke beberapa titik di Jakarta (Kompas, 2020). Hal ini membuktikan bahwa cuci tangan merupakan sebuah protokol kesehatan yang penting dan perlu didukung dengan fasilitas yang memadai. Cuci tangan merupakan sanitasi terhadap jari dan telapak tangan yang dibersihkan dengan menggunakan sabun dan air mengalir  bersih. 
 
Berdasarkan data Riskesdas (2018) yang dikutip dari Journal of Community Service and Empowerment tertulis bahwa penduduk Indonesia masih dikatakan kurang  dalam melakukan cuci tangan dengan menggunakan sabun dan air mengalir sebelum dan setelah melakukan beberapa aktivitas. Namun, apabila dipandang dari sisi lain,  beberapa penelitian telah membuktikan bahwa cuci tangan sangat bermanfaat, yaitu  dapat menurunkan kejadian diare dan Infeksi Saluran Pernafasan Atas  (ISPA) hingga 45% dan 50% secara berturut-turut. Selain itu, dalam flyer yang diunggah secara online oleh Kementrian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI) tahun 2020, tertulis bahwa cuci tangan  dapat mencegah hepatitis A, Cacingan, Penyakit Kulit dan Mata. 

Bersumber dari beberapa penelitian, pengetahuan mengenai prosedur cuci tangan  di Indonesia masih kurang, sehingga telah banyak dilakukan penelitian untuk meningkatkan pengetahuan perihal prosedur tersebut. Di beberapa wilayah, ditemukan siswa/i yang memilki kebiasaan cuci tangan  dengan menggunakan wadah berisi air dan tidak menggunakan air mengalir. Selain itu, telah ditemukan juga bahwa kebiasaan cuci tangan dilakukan setelah makan, bukan sebelum makan. Hal ini mengindikasikan bahwa kebiasaan ini segera perlu diperbaiki, karena tidak bersesuaian dengan prosedur yang disosialisasikan.  Oleh karena itu, artikel ini bertujuan untuk membantu memberikan informasi/tips mengenai prosedur cuci tangan yang baik.


Kapan saya harus mencuci tangan?
Kemenkes RI (2020) dan Kementrian Sosial RI (2020) menyampaikan bahwa cuci tangan dilakukan sebelum makan, sebelum Buang Air Besar (BAB), sebelum menjamah makanan, sebelum menyusui serta sebelum beraktivitas, saat tiba di rumah, tempat kerja atau sekolah dan sebelum menyiapkan makanan.  Peraturan Wali Kota Bandung No. 37 Tahun 2020 menambahkan bahwa cuci tangan ini dapat dilakukan segera setelah olahraga. Selain itu, UNICEF (2020) berpendapat bahwa sanitasi tersebut perlu dilakukan  setelah menyentuh barang diluar rumah, termasuk uang; sebelum, saat dan sesudah merawat orang sakit; setelah membuang ingus, batuk dan bersin dan terakhir, yaitu setelah berkunjung dari tempat umum, yaitu pasar dan tempat ibadah.


Mengapa tangan saya harus dicuci?
Tangan perlu dicuci karena tangan merupakan salah satu anggota tubuh yang sering digunakan untuk menyentuh, memegang benda/barang dan berkontribusi sebagai satu media penularan virus/bakteri, misalnya dalam berjabat tangan.  Berdasarkan Suprapto dkk. (2020) dikatakan bahwa tangan sering membawa dan menularkan bibit penyakit dan apabila terkena mata, hidung dan mulut dapat menimbulkan penyakit.  Suswati & Maulida (2020) berpendapat bahwa kulit, dipermukaan luar tubuh kita, dapat menjadi tempat menempelnya bakteri, misalnya Eschericia coli dan virus, misalnya hepatitis. Cuci tangan dapat termasuk sebagai langkah pencegahan atau perlindungan terhadap penyakit bersifat menular atau disebut juga communicable disease. Oleh karena itu, kebersihan tangan harus tetap diprioritaskan dan tidak boleh disepelekan sehingga dapat melindungi kita dari berbagai macam penyakit dan dapat memutus rantai perkembangbiakkan kuman.
 
 
 Bagaimana prosedur cuci tangan yang direkomendasikan?
Dalam mencuci tangan wajib menggunakan sabun dan air mengalir yang bersih. Sabun berkontribusi menjadi emulsifier, yang bermanfaat untuk mengikat dan meleburkan lapisan lemak pada dinding sel virus, sehingga virus menjadi melemah dan akhirnya mati. Selain itu, jumlah mikroorganisme yang terdapat di tangan menjadi berkurang. Cuci tangan perlu dilakukan minimal 20 detik atau dapat diukur dengan menyanyikan lagu ulang tahun sebanyak dua kali (Kementrian Sosial RI, 2020).  Selain itu, cuci tangan dapat dilakukan selama 60 detik. Berdasarkan Kementrian Kesehatan RI (2020) membuat enam tahap dalam mencuci tangan, yaitu:

1. Basahi tangan, gosok sabun perlahan pada tangan kemudian usap dan gosok telapak tangan secara lembut dan memutar. 

2. Usap dan gosok juga kedua punggung tangan secara bergantian.

3. Gosok sela-sela tangan hingga jari bersih.

4. Bersihkan ujung jari secara begantian dengan posisi bersih.

5. Gosok dan putar ibu jari secara bergantian. 

6. Letakkan ujung jari ke telapak tangan, kemudian gosok perlahan. Bilas dengan air bersih dan keringkan.  

Setelah melakukan ke enam tahap tersebut, tangan perlu di lap dan dikeringkan menggunakan tisiu selanjutnya, langsung dibuang ke tempat sampah. Dalam mencuci tangan, suhu air tidak berpengaruh terhadap keefektifan dalam membunuh kuman dan virus (UNICEF, 2020), namun harus tetap menggunakan sabun ya! UNICEF (2020) menyampaikan bahwa tisiu merupakan cara menghilangkan kuman yang paling baik, tanpa mendistribusikannya ke dalam permukaan/bentuk yang lain. Kondisi tangan perlu kering, karena apabila dalam kondisi basah, kuman cenderung lebih mudah tersebar (UNICEF, 2020). Enam Langkah Cuci Tangan Pakai Sabun dapat dilihat pada Gambar 1.



    Gambar 1. Enam Langkah Cuci Tangan Pakai Sabun (Sumber: http://promkes.kemkes.go.id)


Oleh karena itu, mulai sekarang, mari kita bersama-sama sering cuci tangan dan menerapkan langkah-langkah cuci tangan yang tepat.

Daftar Pustaka:
1. Anonim. (2020). Gerakan Cuci Tangan yang Masif dan Massal Putuskan Penularan COVID-19. https://covid19.go.id/p/berita/gerakan-cuci-tangan-yang-masif-dan-massal-putuskan-penularan-covid-19.

2. Febriyanta, I.M. (2020). Dua Perisai Menghadapi Covid-19, Hand Sanitizer dan Sabun. Mana yang Lebih Efektif?. https://www.djkn.kemenkeu.go.id/kanwil-jakarta/baca-artikel/13241/Dua-Perisai-Menghadapi-Covid-19-Hand-Sanitizer-dan-Sabun-Mana-yang-Lebih-Efektif.html. Diakses pada tanggal 19 September 2020. Pukul 18:05.

3. Ikasari, F. S., Setiawan, A., & Sukihananto, S. (2020). Jenis Kelamin Perempuan Memiliki Keterampilan Cuci Tangan yang Baik pada Anak Usia Sekolah. Jurnal Ilmiah Ilmu Keperawatan Indonesia, 10(01), 21-25.

4. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. (2020). 6 Langkah Cuci Tangan Pakai Sabun dengan Air Mengalir.

5. Kementrian Sosial Republik Indonesia. (2020). Perilaku Hidup Bersih dan Sehat, Penguatan Kapabilitas Anak dan Keluarga.

6. Kusumawardhani, A., Syahati, A. A., Puspaningtyas, S. I., Rusmanto, A. A., Kusuma, L. S., & Septianingrum, S. (2017). Pengetahuan, Sikap, Dan Tindakan Mencuci Tangan Yang Benar Pada Siswa Kelas 1 Dan 2 Di SDN 2 Karanglo, Klaten Selatan. Jurnal Kebidanan dan Kesehatan Tradisional, 2(1).

7.Kompas. (2020). Fasilitas Cuci Tangan disebar di Beberapa Titik di Jakarta. https://megapolitan.kompas.com/read/2020/03/30/18261001/fasilitas-cuci-tangan-disebar-di-beberapa-titik-di-jakarta. Diakses tanggal 19 September 2020. Pukul 18:54.

8. Larasati, A. L., & Haribowo, C. (2020). Penggunaan Desinfektan dan Antiseptik Pada Pencegahan Penularan Covid-19 di Masyarakat. Majalah Farmasetika, 5(3), 137-145.

9. Peraturan Wali Kota Bandung No. 37 Tahun 2020 tentang Pedoman Pelaksanaan Adaptasi Kebiasaan Baru dalam Rangka Pencegahan dan Pengendalian Corona Virus Disease 2019 (Covid-19).

10. Suprapto, R., Hayati, M., Nurbaity, S., Anggraeni, F., Haritsatama, S., Sadida, T. Q., ... & Pratama, F. A. (2020). Pembiasaan Cuci Tangan yang Baik dan Benar pada Siswa Taman Kanak-Kanak (TK) di Semarang. Jurnal Surya Masyarakat, 2(2), 139-145.

11. Suswati, I., & Maulida, A. P. (2020). Handwashing promotion and the use of hand sanitizer as a preventative measure on the development of bacteria. Journal of Community Service and Empowerment, 1(1), 31-36.

12. Tulak, G. T., Ramadhan, S., & Musrifah, A. (2020). EDUKASI PERILAKU CUCI TANGAN PAKAI SABUN PADA SISWA UNTUK PENCEGAHAN TRANSMISI PENYAKIT. JMM (Jurnal Masyarakat Mandiri), 4(1), 37-42.

13. UNICEF. (2020).Fakta penting tentang cuci tangan pakai sabun untuk melindungi Anda dari coronavirus (COVID-19)
https://www.unicef.org/indonesia/id/coronavirus/cuci-tangan. Diakses tanggal 19 September 2020.


Kamis, 17 September 2020

Masker dan Kaitannya dengan Virus

Berdasarkan KBBI (2020), masker merupakan kain yang digunakan untuk menutup mulut dan hidung. Menurut WHO (2020) terdapat dua fungsi masker, yaitu melindungi dan mengendalikan sumber. Tulisan ini diringkas dari WHO (2020) perihal "Anjuran Mengenai Pengunaan Masker dalam Konteks Covid 2020 Panduan Interim" yang disepakati pada tanggal Lima Juni. Peraturan dari WHO ini termasuk Interim , diduga terdapat pembaharuan yang akan datang dan tiap Negara  memiliki regulasi masing-masing terkait protokol kesehatan dan tiap waktu akan terus di perbaharui. Jadi silahkan pantau terus berita dan peraturan terbaru di masing-masing Negara dan daerah. Tulisan ini bertujuan untuk memberikan informasi terkait dengan macam masker, pemeliharaan masker serta hal-hal yang harus diperhatikan dalam menggunakan masker dari dokumen yang diunggah oleh WHO.



Aneka masker
Sumber: https://www.biznetnetworks.com/assets/covid/article/macam-macam-masker-1-865x445.png




 
Macam-macam Masker

Dua jenis masker yang dapat ditemukan, yaitu masker medis dan nonmedis. Masker medis adalah masker yang direkomendasikan oleh WHO untuk melindungi dari virus, yang terdiri dari tiga hingga empat lapis dan terbuat dari bahan serat yang tipis, masker bedah atau prosedur yang pipih atau terlipat. Masker tersebut memiliki bentuk persegi panjang dan sebagian besar dalam bentuk mangkuk, memiliki ketahanan filtrasi hingga 95% droplet, yang berukuran tiga mikrometer dan partikel, yaitu berukuran 0,1 mikrometer serta nyaman digunakan pada saat bernafas. 

Masker ini wajib digunakan untuk komorbiditas penyerta yang dimiliki, yaitu penyakit kardiovaskular atau diabetes melitus, penyakit paru kronis, kanker, penyakit serebrovaskular, imunosupresi  wajib ataupun yang terkena gejala dari virus dapat menggunakan masker medis. Selain itu, masyarakat yang berusia ≥60 tahun juga diwajibkan menggunakan masker medis karena lebih rentan. Sedangkan, penggunaan masker nonmedis atau kain, tidak direkomendasikan oleh WHO karena hanya dapat mengendalikan sumber, yaitu digunakan oleh orang yang terinfeksi untuk mencegah penularan lebih lanjut, namun tidak dapat melindungi ataupun mencegah masuknya virus secara maksimal.

 Pemeliharaan Masker 

Masker medis hanya digunakan satu kali pakai, namun masker nonmedis dapat digunakan beberapa kali dan wajib sering dibersihkan. Berdasarkan pernyataan WHO, masker non medis diproduksi menggunakan kain yang tahan dengan suhu pencucian lebih dari 60 derajat celsius. Hingga saat ini, pembersihan masker kain dilakukan dengan dua macam cara, yaitu merendam masker di atas 100 derajat celsius selama satu menit. Misalnya pada bahan spunbond polipropilena menggunakan suhu hingga 140 derajat celsius. Alternatif cara lainnya yaitu, menggunakan sabun/deterjen baju, kemudian dibilas dengan air bersuhu ruang. Namun, dalam merendam masker kain, pastikan dahulu suhu tertinggi yang dapat diterima oleh kain. Pencucian tersebut dapat dilakukan secara lembut dan tidak berlebihan. Selain itu, setelah kering, sebaiknya masker disetrika terlebih dahulu sebelum digunakan. 

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menggunakan Masker.

 Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menggunakan masker adalah selalu cuci tangan sebelum menggunakan masker lalu pastikan hidung dan mulut tertutupi. Pada saat proses penggunaan masker, masker tidak boleh dipegang, disentuh, digeser. Apabila masker dirasa lembap, basah dan kotor harus segera dibuang. Selain itu, dalam melepaskan masker, wajib dilepaskan dari belakang atau telinga tanpa memegang bagian permukaan masker.  Masker yang digunakan hanya sekali pakai, misalnya masker medis harus dibuang dan tidak diperkenankan untuk digunakan dua kali.

 Mari kita menggunakan masker bersama-sama dan dilakukan demi keselamatan nyawa. Selain menggunakan masker, sering-sering melakukan cuci tangan, menjauhi kerumunan , melakukan physical distancing berjarak satu meter, tidak menyentuh mata, hidung dan mulut. Selain itu, apabila bersin sebaiknya ditutup dengan menggunakan lengan. Tetap jaga kesehatan :) 

 

Daftar Pustaka

WHO, (2020). Anjuran Mengenai Pengunaan Masker dalam Konteks Covid 2020 Panduan Interim. 5 Juni 2020. https://www.who.int/docs/default-source/searo/indonesia/covid19/anjuran-mengenai-penggunaan-masker-dalam-konteks-covid-19-june-20.pdf?sfvrsn=d1327a85_2

WHO. (2020). Anjuran Mengenai Pengunaan Masker dalam Konteks Covid 2020 Panduan Sementara. 6 April 2020. https://www.who.int/docs/default-source/searo/indonesia/covid19/anjuran-mengenai-penggunaan-masker-dalam-konteks-covid-19.pdf?sfvrsn=8a209b04_2

Selasa, 15 September 2020

Sega Jamblang: Menu, Sejarah, Kebudayaan dan Filosofi.

Sega Jamblang: Menu, Sejarah, Kebudayaan dan Filosofi.


#edisikulinernusantara

Nasi Jamblang atau dalam bahasa Cirebon disebut juga Sega Jamblang. Terdiri dari kata "Sega"  berarti nasi dan "Jamblang",  berasal dari desa Jamblang, Kabupaten Cirebon. Sega Jamblang telah  menjadi suatu ikon Kuliner di daerah Cirebon dan telah dikenal baik di  beberapa daerah yaitu Bandung, Jakarta dan sekitarnya. 


1. Menu Sega Jamblang

Berdasarkan  pengamatan Susilawati dkk. (2016) sesungguhnya terdapat 40 varian  lauk yang terdapat di sega Jamblang, terdiri dari lauk kering yaitu telur  goreng, tempe/tahu goreng, ikan asin, dan lauk basah yaitu semur,  sambal. Kedua lauk tersebut tersedia berukuran relatif kecil dan disajikan dalam  bentuk prasmanan sehingga dapat diambil sendiri, sedangkan nasi yang  dikomersialkan, dikemas dengan menggunakan daun Jati.

Daun  jati digunakan sebagai pengemas  karena memiliki beberapa keuntungan,  yaitu kuat, memiliki komponen bioaktif yang secara tidak langsung  bermanfaat untuk kesehatan, memiliki pori-pori yang dapat membuat nasi  tetap awet dan pulen selama tiga hari disimpan.   Selain itu, piring  yang digunakan ketika mengonsumsi nasi Jamblang dialasi dengan daun  jati yang bertujuan untuk memberikan aroma yang diduga dapat  meningkatkan nafsu makan.

Nasi Jamblang
https://sweetrip.id/wp-content/uploads/2021/10/resep-nasi-jamblang.jpeg


2. Kebudayaan Sega Jamblang

Zaman  dahulu, di Cirebon terdapat pelabuhan yang berperan sebagai pusat  perdagangan dan banyak penjual yang berasal dari berbagai etnik, yaitu  Arab, Tionghoa, Jawa, Sunda dan India. Oleh karena itu, menu-menu yang  terdapat dalam sega jamblang dipengaruhi oleh interaksi kebudayaan antar etnik dan menjadi semakin terintegrasi.  Uniknya,  menu-menu yang disajikan, akan menjadi lebih serasi apabila  dikombinasikan satu dengan yang lain. 

Misalnya, perkedel kentang yang  diduga dari proses pembuatan, bahan dan bumbu dipengaruhi oleh  kebudayaan Tionghoa cocok dikombinasikan dengan sambal goreng yang  dipengaruhi oleh kebudayaan Jawa dan Sunda. 

Selain  itu, apabila dikombinasikan dengan rendang kecap yang dipengaruhi oleh  kebudayaan Padang dan Arab juga tidak kalah nikmat.  Hal ini diperkuat oleh  Habsari (2007) yang menyatakan bahwa nasi jamblang dikonsumsi bersama  dengan lima macam lauk. 

Nasi jamblang
Sumber: https://media.suara.com/pictures/970x544/2019/04/18/36478-nasi-jamblang-instagram-ina-koesoema.jpg

3. Sejarah Sega Jamblang

Berdasarkan  beberapa sumber, dikatakan bahwa sega jamblang sudah ada sekitar tahun  1753 saat Perang Kedondong, tahun 1809 saat pembangunan jalan Anyer-Panarukan dan tahun 1847 saat pembangunan pabrik gula. 

Di tahun tersebut, sega Jamblang dikonsumsi oleh para karyawan  dan terdapat satu  warga Pribumi, yaitu H. Arief Latif beserta istrinya yaitu Tan Piauw Lun  atau akrab dipanggil Nyonya Pulung, membagikan sega jamblang karena  rasa iba kepada karyawan tersebut. Lambat laun, sega jamblang dikenal  luas oleh beberapa kalangan hingga  luar kabupaten Cirebon serta Nyonya Pulung mendirikan usaha sega  jamblang. Dahulu, sega jamblang hanya memiliki tujuh lauk yaitu dendeng laos,  kebuk goreng (paru), sambal goreng, tempe  dan tahu goreng, sayur tahu, dan ikan asin panjelan (cucut) (Mustajah, 2017).


4. Filosofi Sega Jamblang

Berdasarkan pernyataan Prof. Murdijati Gardjito, peneliti di Pusat Kajian Makanan Tradisional yang dikutip dari Jurnal Conference on Public Administration and Society (2019)  dikatakan bahwa konsumsi sega jamblang ini mengajarkan kepada kita  semua mengenai arti Kejujuran, karena pembeli mengutamakan kejujuran  dalam melakukan perhitungan terhadap jumlah setiap lauk yang dikonsumsi. Selain itu,  bagi penjual perlu menerapkan harga yang tidak melampaui batas dan menghitung dengan harga yang sesuai. 

Bahtiyar & Fahmi (2017) menambahkan  bahwa  Sega Jamblang mengajarkan kepada kita nilai Kebaikan, diduga sebaiknya  kita tetap tulus dalam melalukan sesuatu dan Keadilan, yaitu setiap  kalangan masyarakat (tidak memandang kasta), berhak mengambil lauk yang  terdapat pada sega jamblang yang disajikan secara prasmanan.


Apabila mengunjungi Cirebon, silahkan singgah sebentar dan jadualkan pengingat, untuk mencoba sega jamblang, ya...:) 

Selalu ingat akan nilai-nilai Kejujuran, Kebaikan dan Keadilan yang "bersumber" dari  satu porsi sega Jamblang ini. 


 Sekian.


Daftar Pustaka:

1. Bahtiyar, A. Y., & Fahmi, A. U. (2017) Analisis Historis dan Filosofis  Makanan Tradisional Khas Cirebon dalam Perspektif Multi-Etnik. PLURALISME, MULTIKULTURALISME, 91

2. Habsari R. (2007). Info Boga Jakarta. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

3.  Indrayana, Y., & Yuniningsih, T. (2019). SEGA JAMBLANG,  ICON KULINER PENGEMBANGAN PARIWISATA KOTA CIREBON (DALAM PERSPEKTIF  SEJARAH). In Conference on Public Administration and Society (Vol. 1, No. 01).

4. Mustajab. (2017). Koki Kumis dan Lima Cerita Kuliner. Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa. Jakarta

5. Susilawati, S., Fikriyah, F., & Saefudin, A. (2016). Science education based on Cirebon local culinary food. Umran-International Journal of Islamic and Civilizational Studies, 3(3-1).

Senin, 14 September 2020

Lima Jenis Topping Pasta: Sebuah Introduksi

 Seputar saus pasta
#edisikulineritalia 

 

Lima Jenis Topping Pasta: Sebuah Introduksi  

Sebagian besar kafe di Indonesia menyediakan kopi serta berbagai kuliner negara Barat, yaitu steak dan pasta. Pasta merupakan makanan yang berasal dari Italia, terbuat dari tepung terigu, minyak zaitun, garam dan air serta memiliki berbagai macam bentuk yang variatif, yaitu fusili, fetucini, vermicelli, sphagetti, penne, angel hair, tagliatelle dan lainnya. Namun, pasta tidak dapat menjadi lezat apabila tidak dilengkapi dengan berbagai saus  pasta. Berdasarkan Fauziah (2020) sesungguhnya terdapat tiga belas jenis saus pasta, namun dalam artikel ini akan disampaikan lima jenis topping pasta yang sering diperjualbelikan. Kurniaputri (2019) berpendapat bahwa saus-saus yang berasal dari Italia memiliki kesan klasik, diduga indah, serasi apabila disandingkan dengan pasta dan memiliki cita rasa yang otentik. Tulisan ini bertujuan untuk memberikan informasi seputar saus pasta. Berikut ini adalah jenis saus pasta:

 
 
1. Topping Bolognese - Sour and Umami. 
Topping bolognese atau disebut juga Ragù, berasal dari kata ragouter yaitu menambahkan sesuatu. Saus bolognese diresmikan pada tahun 1982 oleh Italia Academy of Cuisine: Bologna Chamber of Commerce dan ditemukan di Bologna. Saus tersebut berwarna merah, bercita rasa asin, gurih dan menimbulkan sensasi asam serta terdiri dari daging sapi cincang, tomat, bawang bombay yang dimasak dengan minyak zaitun. Hati ayam, butter, kaldu sapi, sayuran yaitu wortel dan sledri, white wine, susu serta pala dapat dijadikan sebagai pelengkap.  Beberapa sumber berpendapat bahwa saus bolognese dapat diberi  taburan parutan keju agar lebih nikmat. Kelezatan saus bolognese dipengaruhi oleh waktu pemasakkan, yaitu semakin lama saus ini direbus, maka rasa yang ditimbulkan semakin lezat (Kurniaputri, 2019).


Saus bolognaise
Sumber: https://awsimages.detik.net.id/community/media/visual/2019/09/03/83fe4dc5-9c7c-4d03-ae36-600f9d9c69f7.jpeg?w=700&q=90


2. Topping Aglio e Olio - Spicy and Delicious.
Aglio e Olio berasal dari kata aglio, yaitu bawang putih dan olio, yaitu minyak zaitun, berasal dari Kota Lazio dan muncul pada tahun 1837, berasa gurih, memiliki tekstur yang oily dan berasa pedas. Saus ini cocok disantap bagi yang menyukai rasa pedas dan gurih. Rasa pedas dapat dibuat dengan cara menambahkan potongan cabai, yaitu cabai keriting kering atau dikombinasikan dengan bubuk lada hitam. Berdasarkan beberapa sumber, saus tersebut mudah dan sederhana untuk dibuat di rumah dan terdiri dari minyak zaitun, bawang putih, daun parsley cincang. Selain itu, filet ikan teri dan keju parmesan dapat memperlezat saus ini.

 Topping Aglio e Olio
Sumber: Kompas.com


3. Topping Carbonara - White and Creamy .
Topping Carbonara berasal dari kota Roma dan diciptakan pada tahun 1944. Saus ini memiliki warna yang putih, berasa gurih dan bertekstur creamy, kental dan lembut. Kualitas saus tersebut terletak pada kualitas dan jenis bahan, misalnya jenis daging dan keju yang digunakan. Saus tersebut disukai oleh penggemar keju, karena terbuat dari krim, susu, keju parmesan, bawang putih, sedikit lada, garam, kuning telur yang dimasak bersamaan dengan pasta dan diaduk hingga mengental. Di dalam pengolahan saus karbonara, kuning telur yang digunakan cukup banyak, hingga lima kuning telur sehingga menghasilkan tekstur yang creamy dan diduga memiliki nilai kalori tertinggi. Penampilan karbonara kurang disukai oleh beberapa orang. Oleh karena itu, pada saat melakukan plating, chef menambahkan  daging asap atau beef bacon yang  membuat penampilan pasta dengan saus carbonara terkesan lebih menawan 

Sphagetti dengan Saus Carbonara 
Sumber: Kompas.com



4. Topping Marinara - All About Seafood.

Topping marinara diduga ditemukan sebelum abad ke 19, digunakan dalam pelengkap pasta dan pizza. Zaman dahulu, saus marinara sering dikonsumsi oleh para pelaut karena memiliki beberapa keunggulan, yaitu berasa nikmat, harga relatif murah, bahan baku yang mudah didapat dan membutuhkan waktu pengolahan yang relatif singkat, yaitu 20 menit. Berdasarkan beberapa sumber, pengolahan saus marinara memiliki kemiripan dengan pengolahan saus bolognese namun memiliki perbedaan bahan utama. Saus marinara menggunakan seafood sebagai pengganti daging cincang pada saus bolognese misalnya kerang, kepiting, udang, cumi-cumi yang dimasak bersama-sama dengan pasta tomat, minyak zaitun, bawang putih, bawang bombay dan herbal khas Italia, yaitu mint, peterseli, basil. Selain itu, wine dapat digunakan untuk meningkatkan kelezatan aspek rasa dan aroma saus carbonara.

Sphagetti dengan saus marinara 
Sumber: Travel Kompas

5. Topping Pesto - Green and Simple Processing

Topping pesto memiliki warna hijau terang dan beraroma khas basil, ditemukan di Genoa, Italia Utara sekitar abad ke 16. Pesto diproduksi dari daun basil segar, minyak zaitun, bawang putih, keju parmesan halus, kacang almond / pinus. Saus pesto diproduksi dengan cara menumbuk bahan-bahan tersebut secara bertahap, diawali dengan bawang putih, basil, kacang almond, keju hingga bahan terakhir, yaitu minyak zaitun. Saus ini sangat mudah diolah dan hemat gas, karena tidak memerlukan proses pemasakkan, namun perlu diperhatikan bahwa dalam  pelumatan bahan-bahan tersebut dilakukan hingga bertekstur halus. Kacang almond / pinus berkontribusi memberikan rasa gurih pada saus pesto. Saus pesto tersebut juga diaplikasikan pada sandwich dan chicken salad yang akan menambah cita rasa dan kelezatan produk pangan tersebut.


Saus pesto
Sumber: Bonapetit



Semoga bermanfaat! :)

Daftar Pustaka

1. Anonim. (2020). Pesto Originated.
https://www.oliviersandco.com/pesto-originated. Diakses pada tanggal 14 September 2020. Pukul 15:49.
2. Arthasalina, D. (2017). Sudah Tahu Belum 6 Jenis Saus Pasta Khas Italia Ini?.
https://www.idntimes.com/food/dining-guide/dian-septi-arthasalina-1/6-karakter-saus-pasta-khas-italia-c1c2/1. Diakses 14 September 2020. Pukul 12:38
3. Atiningmas, I. (2020). Jenis Saus Untuk Pasta Yang Bisa Anda Coba. (Part 2).
https://www.femina.co.id/food-trend/jenis-saus-untuk-pasta-yang-bisa-anda-coba-part-2-?p=1. Diakses 14 September 2020. Pukul 13:08
4. Endeustorial. 7 Saus Populer untuk Masakkan Serba Pasta.
https://endeus.tv/artikel/7-saus-populer-untuk-masakan-serba-pasta. Diakses 14 September 2020. Pukul 13:16
5. Fauziah, J. (2020). Inilah Jenis-Jenis Saus Pasta yang Jarang Diketahui.
https://bacaterus.com/jenis-saus-pasta/. Diakses 14 September 2020. Pukul 12:45
6. Graminda & Ria. (2020). Cara Membuat 6 Saus Pasta Homemade ala Italia yang Populer.
https://resepkoki.id/cara-membuat-6-saus-pasta-ala-italia-yang-populer/. Diakses 14 September 2020. Pukul 13:16
7. Ilham. (2020). Resep dan Cara Membuat Pasta Italia Sphagetti Saus Bolognaise Aldente yang Enak dan Lezat.
https://selerasa.com/resep-dan-cara-membuat-pasta-italia-spaghetti-saus-bolognaise-al-dente-yang-enak-dan-lezat. Diakses tanggal 14 September 2020. Pukul 13:38
8. KlikIndomaret. (2019). Sejarah Spagheti Aglio olio si Enak yang Gak Pakai Ribet.
https://blog.klikindomaret.com/sejarah-spaghetti-aglio-olio-si-enak-yang-gak-pakai-ribet/. Diakses tanggal 14 September 2020. Pukul 14:41.
9. Kompas. (2020). Sejarah Panjang dalam Sepiring Spaghetti Bolognese.
https://travel.kompas.com/read/2016/11/12/171148727/sejarah.panjang.dalam.sepiring.spaghetti.bolognese.?page=all. Diakses tanggal 14 September 2020. Pukul 13:38
10. kumparanFOOD. (2018). Mengenal 7 Jenis Saus yang Sering Dikombinasikan pada Pasta.
https://kumparan.com/kumparanfood/mengenal-7-jenis-saus-yang-sering-dikombinasikan-pada-pasta/full. Diakses tanggal 14 September 2020. Pukul 12:16.
11. Kurniaputri, M. (2019). Begini Cara Bikin Saus Bolognaise Tradisional Italia yang Enak.
https://food.detik.com/info-kuliner/d-4691331/begini-cara-bikin-saus-bolognese-tradisional-italia-yang-enak. Diakses tanggal 14 September 2020. Pukul 14:41.
12. Kurniaputri, M. (2019). 5 Jenis Saus Klasik Ini Cocok Dipadu dengan Aneka Pasta, Mana yang Kamu Suka?.
https://food.detik.com/info-kuliner/d-4503244/5-jenis-saus-klasik-ini-cocok-dipadu-dengan-aneka-pasta-mana-yang-kamu-suka. Diakses pada tanggal 14 September 2020. Pukul 12:31
13. Prochiz. (2017). Sphageti Carbonara Original Italia.
https://www.dapurkejuprochiz.com/tips/spaghetti-carbonara-original-italia. Diakses tanggal 14 September 2020. Pukul 14:57.
14. Rohmatun, M. (2019). Kenali 6 Jenis Saus Pasta yang Sering Tertera di Buku Menu. Oke, Sekarang, Sudah Tahu!.
https://www.hipwee.com/tips/jenis-saus-pasta/. Diakses tanggal 14 September 2020. Pukul 12:26.
15. Wagonner, S. (2015). Marinara Sauce: The Suace That Shooke The World.
https://forknplate.com/2015/01/28/marinara-sauce/. Diakses pada tanggal 14 September 2020. Pukul 15:13.
16. Widiana, W. (2016). Mengenal 6 Jenis Saus Pasta, Yuk.
https://bobo.grid.id/read/08680886/mengenal-6-jenis-saus-pasta-yuk?page=all Diakses tanggal 14 September 2020. Pukul 12:16.