Label Pangan: Konsumsi Berlebihan Mempunyai Efek Laksatif

Kemarin, saya pergi jalan-jalan ke satu supermarket  yang masih tergolong baru di kota tempat saya tinggal. Lalu, saya menemukan satu wajah ...

Selasa, 29 September 2020

Harmful Algal Blooms: Sebuah Introduksi

Harmful Algal Blooms: Sebuah Introduksi
 
    Harmful Algal bloom atau ledakan populasi alga merupakan pertumbuhan alga sangat cepat yang beresiko dapat membuat kesehatan manusia dan hewan terganggu ataupun kelestarian dibidang ekologi menjadi rusak (CDC, 2020).  Berdasarkan Panggabean (2006), kasus keracunan kerang pertama kali di alami oleh kapten George Vancouver mendarat dan mengonsumsi kerang di tempat yang sekarang dikenal dengan 'Poison Cove' pada tahun 1973. Hingga saat ini, Guthirie (2017)  menyampaikan bahwa 'Poison Cove' masih ditutup dan state health official melarang aktivitas rekreasi, segala aktivitas yang berhubungan dengan komersial dan kegiatan pemanenan kerang. Salah satu dampak Algal bloom telah terbukti di Kabupaten Cirebon pada tanggal 9-13 Desember 2016 yang diteliti oleh Nurlina (2018). Peristiwa Harmful Algal Bloom dapat mengeluarkan racun Saxitoksin yang dapat menyebabkan Paralytic Shellfish Poisoning (PSP) pada masyarakat berusia 20-59 tahun.  Dalam kasus tersebut, terdapat 115 orang terkena Paralytic Shellfish Poisoning dan terdapat dua orang yang meninggal dalam usia lansia dan balita.
 
    Schaechter (2009) menambahkan bahwa fenomena ini terjadi sementara dan diindikasikan dari pertambahan biomasa fitoplankton dan klorofil, terutama klorofil a. Jumlah klorofil, yaitu >20 mg Chl ^-3 dapat dikategorikan sebagai "bloom" di eutrophic lakes dan coastal seas.  Barokah (2017) berpendapat bahwa peristiwa Harmful Algal bloom terbagi menjadi dua tahap, yaitu red tide marker dan toxin producer. Red tide marker, yaitu pertumbuhan alga yang dapat menyebabkan terjadinya perubahan warna pada suatu ekosistem laut yang dipengaruhi oleh jenis dan warna fitoplankton yang bertumbuh sangat cepat sedangkan toxin producer, yaitu terbentuknya metabolit sekunder yang bersifat toksik oleh fitoplankton yang dapat terakumulasi pada biota lainnya, yaitu ikan dan kerang. Apabila dilihat dari permukaan, alga ini berbentuk seperti busa, buih dan dengan warna yang bervariasi. Ledakan Populasi Alga di Teluk Ambon, Maluku dapat dilihat pada Gambar 1.
 
 
Gambar 1. Ledakan Populasi Alga di Teluk Ambon, Maluku 
Sumber: www.kabartimurnews.com

     
    Pertumbuhan harmful algal bloom dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu  bertambahnya nutrisi di perairan, misalnya nitrogen dan fosfor, upwelling laut, arus air rendah, peningkatan suhu, perubahan pH atau kekeruhan, perubahan arus laut dan perubahan ekologi lokal (CDC, 2020) Beberapa mikroalgae yang dapat menghasilkan toksin, yaitu Cyanobacteria, Dinoflagelata dan Diatom. Toksin tersebut apabila terakumulasi di seafood, yaitu kerang dan ikan, dan dikonsumsi oleh manusia, dapat menimbulkan berbagai kasus keracunan, yaitu Paralytic Shelfish Poisoning (PSP), Amnesic Shellfish Poisoning (ASP), Diarrhetic Shellfish Poisoning (DSP), Neurotoxic Shellfish Poisoning (NSP) Ciguatera Fish Poisoning (CFP), tergantung jenis alga yang dikonsumsi oleh kekerangan  dan ikan (Panggabean, 2006). Kasus keracunan ini ditandai dengan gejala mual, pusing iritasi kulit bahkan dapat merusak hati, menganggu sistem pernafasan hingga berakibat kematian.
 
    Secara umum, toksin yang dihasilkan oleh alga tersebut terakumulasi di seafood, tidak dapat dihilangkan dengan cara di masak. Selain itu, berdasarkan Supriadi (2016), kerang yang terkontaminasi racun ini sulit dibedakan secara fisik dengan kerang hijau yang aman untuk dikonsumsi Oleh karena itu, Nurlina (2018) menambahkan bahwa sebelum dikonsumsi dan dikomersialkan, sebaiknya kerang diuji terlebih dahulu dari mutu mikrobiologi, biotoksin dan logam berat. Selain itu, edukasi budidaya kerang hijau perlu ditekankan, terutama syarat perairan budidaya yang baik (Supriadi, 2016),  dan pemantauan kualitas air perlu dilakukan secara konsisten dan periodik, pembuangan sampah termasuk limbah industri perikanan tidak dibuang secara sembarang, sehingga pertumbuhan Harmful Algal Bloom dapat dicegah. 
 
    CDC (2020) menambahkan bahwa masyarakat dapat membantu mengurangi resiko terjadinya peristiwa harmful algal bloom, yaitu dengan menggunakan kuantitas pupuk dengan jumlah yang cukup serta menanam vegetasi di sepanjang aliran sawah menuju danau, yang berguna untuk filter. Dalam mengonsumsi kerang tidak perlu khawatir secara berlebihan, namun ada baiknya untuk tetap meningkatkan kewaspadaan. Mari kita bersama-sama, sebelum membeli, mengolah dan memanen kerang, pastikan dahulu lingkungan budidaya kerang dan kualitas kerang sesuai standar dan telah lulus seleksi uji mikrobiologi, biotoksin dan logam berat.
 
 
 
DAFTAR PUSTAKA:
 
1. Barokah, G. R., Putri, A. K., & Gunawan, G. (2017). Kelimpahan Fitoplankton Penyebab Hab (Harmful Algal Bloom) di Perairan Teluk Lampung pada Musim Barat dan Timur. Jurnal Pascapanen dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan, 11(2), 115-126.

2. CDC. (2020). Harmful Algal Bloom (HAB)- Associated Ilness. https://www.cdc.gov/habs/environment.html. Diakses tanggal 23 September 2020. Pukul 15:31  

3. Guthirie, P. (2017). State Health Officials Close Penn Cove to All Shelfish Harvesting. https://www.whidbeynewstimes.com/news/state-health-officials-close-penn-cove-to-all-shellfish-harvesting/. Diakses tanggal 28 September 2020. Pukul 19:14.   
 
4. Nurlina, A. (2018). Kejadian luar biasa paralytic shellfish poisoning pada konsumsi kerang hijau terkontaminasi saxitoxin di Kabupaten Cirebon, Indonesia, Desember 2016. In Prosiding Seminar Bakti Tunas Husada (Vol. 1, No. 1).
 
5. Panggabean, L.M. (2006). KISTA DINOFLAGELLATA PENYEBAB HAB. Oseana Vol XXXI (2). http://oseanografi.lipi.go.id/dokumen/oseana_xxxi(2)11-18.pdf. Hal 1-18
 
6. Schaechter, M. (2009). Encyclopedia of microbiology. Academic Press.
 
7. Supriadi, D. (2016). Kerang Hijau dan Racun Mematikan. https://www.radarcirebon.com/2016/12/16/kerang-hijau-dan-racun-mematikan/. Diakses 29 September 2020. Pukul 20:13


Tidak ada komentar:

Posting Komentar