Label Pangan: Konsumsi Berlebihan Mempunyai Efek Laksatif

Kemarin, saya pergi jalan-jalan ke satu supermarket  yang masih tergolong baru di kota tempat saya tinggal. Lalu, saya menemukan satu wajah ...

Kamis, 10 November 2022

Fortifikasi Gizi Pangan

Fortifikasi Gizi Pangan
Food Nutrition Fortification

Ditulis oleh: Michael Adrian Iskandar l Food Enthusiast 
Written by: Michael Adrian Iskandar l Food Enthusiast


Sumber: Kompasiana
Source: Kompasiana


Fortifikasi gizi pangan yaitu penambahan vitamin dan mineral ke dalam produk pangan dalam meningkatkan mutu pangan itu sendiri serta mencegah defisiensi (Setyaningrum dkk., 2017). Secara umum, vitamin dan mineral yang ditambahkan ke dalam produk pangan, yaitu vitamin A, zat besi, serta yodium. Fortifikasi tersebut merupakan salah satu strategi pemerintah untuk meningkatkan kualitas gizi masyarakat tercantum dalam Peraturan Pemerintah No. 28 tahun 2004 tentang Keamanan, Mutu, dan Gizi Pangan. Tujuan fortifikasi yaitu mencegah timbulnya gangguan gizi, pemeliharaan, dan perbaikan status  gizi masyarakat. Terbukti, konsumen yang mengonsumsi minyak goreng yang difortifikasi vitamin A dan dikonsumsi selama ≥12 minggu  memiliki prevalensi defisiensi vitamin A yang lebih rendah dibandingkan dengan konsumsi minyak goreng yang tidak difortifikasi. Fortifikasi dilakukan apabila pangan tersebut tidak mengandung zat gizi yang ingin ditambahkan (Peraturan Pemerintah No. 28, 2004), misalnya yodium yang ditambahkan di garam. 

Food nutrition fortification is the addition of vitamins and minerals into food products in improving the quality of the food itself and preventing deficiencies (Setyaningrum et al., 2017). In general, vitamins and minerals are added to food products, namely vitamin A, iron, and iodine. The fortification is one of the government's strategies to improve the nutritional quality of the community as stated in Government Regulation no. 28 of 2004 concerning Food Safety, Quality and Nutrition. The purpose of fortification is to prevent nutritional disorders, maintain and improve the nutritional status of the community. Evidently, consumers who consumed cooking oil fortified with vitamin A and consumed for 12 weeks had a lower prevalence of vitamin A deficiency compared to consumption of unfortified cooking oil. Fortification is carried out if the food does not contain the nutrients to be added (Government Regulation No. 28, 2004), for example, iodine added to salt.

.

Selain itu, berdasarkan penelitian Vidianinggar (2021) dalam Journal of Nutrition and Metabolism menambahkan bahwa telah dilakukan berbagai macam fortifikasi gizi pangan, yaitu fortifikasi vitamin A pada minyak goreng, margarin, dan gula. fortifikasi vitamin D  pada susu dan margarin; fortifikasi asam folat dalam tepung; serta fortifikasi zat besi dalam susu dan tepung terigu. Sejak tahun 2001, fortifikasi tepung terigu mulai wajib dan dilaksanakan dengan ketentuan Peraturan Presiden Republik Indonesia, yaitu  paling sedikit 50 mg / kg besi bersama minimal 30 mg / kg seng, 2,5 mg / kg tiamin, 4 mg / kg riboflavin, serta 2 mg / kg asam folat (Vidianinggar, 2021). Fortifikasi vitamin A  ke dalam minyak sawit juga diwajibkan melalui Permenperin No. 46 Tahun 2019 yang mewajibkan SNI Minyak Goreng Sawit.

In addition, based on research Vidianinggar (2021) in the Journal of Nutrition and Metabolism added that various kinds of food nutrition fortification have been carried out, namely fortification of vitamin A in cooking oil, margarine, and sugar. fortification of vitamin D in milk and margarine; folic acid fortification in flour; and iron fortification in milk and wheat flour. Since 2001, wheat flour fortification has become mandatory and implemented under the provisions of the Presidential Regulation of the Republic of Indonesia, namely at least 50 mg/kg iron together with a minimum of 30 mg/kg zinc, 2.5 mg/kg thiamine, 4 mg/kg riboflavin, and 2 mg/kg riboflavin. mg/kg folic acid (Vidianinggar, 2021). Fortification of vitamin A into palm oil is also required through Permenperin No. 46 of 2019 which requires SNI for Palm Cooking Oil.


Daftar Pustaka

Bibliography

BSN. (2021). https://www.bsn.go.id/main/berita/detail/12174/pemenuhan-pangan-bergizi-melalui-produk-fortifikasi-ber-sni#:~:text=Fortifikasi%20merupakan%20salah%20satu%20metode,lagi%20bagi%20populasi%20rawan%20gizi.

Setyaningrum, C. H., Fernandez, I. E., & Nugrahedi, R. P. Y. (2017). Fortifikasi Guava (Psidium guajava L.) Jelly Drink dengan Zat Besi Organik dari Kedelai (Glycine max L.) dan Kacang Hijau (Vigna radiate L.). Jurnal Agroteknologi11(01), 10-16.

Siagian, A. (2022). PENDEKATAN FORTIFIKASI PANGAN UNTUK MENGATASI MASALAH KEKURANGAN ZAT GIZIMIKRO. Universitas Sumatera Utara. https://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/3762/fkm-albiner5.pdf;jsessionid=FB03A3EF165CE3430112AEC90889F284?sequence=1. 

Vidianinggar, M., Mahmudiono, T., & Atmaka, D. (2021). Fad Diets, Body Image, Nutritional Status, and Nutritional Adequacy of Female Models in Malang City. Journal of Nutrition and Metabolism2021 https://fkm.unair.ac.id/efektivitas-fortifikasi-pangan-dalam-meningkatkan-status-gizi-ibu-dan-anak-di-indonesia/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar