Label Pangan: Konsumsi Berlebihan Mempunyai Efek Laksatif
Kemarin, saya pergi jalan-jalan ke satu supermarket yang masih tergolong baru di kota tempat saya tinggal. Lalu, saya menemukan satu wajah ...

Jumat, 27 Mei 2022
Trik Jitu Agar Anak Mengonsumsi Sayur
Sabtu, 14 Mei 2022
Tingkat Kematangan Steak, Lezat yang Mana?
Sabtu, 07 Mei 2022
Perbedaan Quaker Oats Merah dan Biru
Di pasaran, sering kita melihat terdapat dua warna quaker oats, quaker oats terdapat kemasan merah dan biru, yaitu Quaker instant oat meal yang berwarna merah dan Quaker cooking oat meal yang berwarna biru.
Rabu, 04 Mei 2022
Terungkap! Misteri Jjangmyeon
Makanan instan yang berasal dari Korea atau disebut juga K-food, yaitu bulgogi.kimchi, Jjangmyeon makin berjamuran di pasaran. Siapa nih yang tahu atau bahkan sudah pernah mencoba mie Jjangmyeon di pasaran? Yup benar sekali, Jjangmyeon terasa manis, asin, dan gurih, berwarna coklat kehitaman dan lezat.
Senin, 02 Mei 2022
Begini Cara Mengatasi Panic Buying
Begini Cara Mengatasi Panic Buying
Ketika covid melanda pertama kali, sebagian besar masyarakat yang menjadi panik dalam membeli produk. Secara umum, masyarakat membeli produk-produk, termasuk produk pangan dalam jumlah yang sangat banyak untuk stok ataupun mengantisipasi wabah.
Panic buying tersebut bisa saja menyebabkan krisis persedian pangan global (Thukral, 2020) dan memicu kenaikkan bahan pangan. Sebagai contoh dalam Kompas (2022) dibuktikan bahwa masker, handsanitizer, susu beruang, temulawak dan minyak goreng sempat mengalami kekosongan.Selain itu, dalam penelitian Fadila & Holik (2021) terbukti bahwa vitamin serta obat-obatan menjadi kosong.
Pemerintah serta menteri juga menyarankan agar masyarakat tidak menjadi panik. Sesungguhnya panic buying disebabkan oleh rasa takut masyarakat akan kelangkaan dan kekurangan obat yang dibutuhkan (Fadila & Holik, 2021). Eva (2020) menambahkan bahwa masyarakat juga belum tahu sampai kapan pandemic berakhir. Bassett (2020) menambahkan bahwa ketika kita membeli banyak barang, misalnya tisu toilet.
Kita merasa aman dengan pembelian sebanyak
itu, namun perlu diingat bahwa kita hidup bukan sendirian. Masih banyak
teman-teman kita yang membutuhkan barang tersebut. Sebagai masyarakat, berdasarkan Arafat et al. (2021) langkah-langkah yang perlu dilakukan untuk
mengendalikan panic buying:
1.
Berbagi
Berbagi dapat meningkatkan rasa kekeluargaan antar sesama. Rasa kekeluargaan antara sesama dapat mengurangi panic buying yang diperoleh. Selain itu, membeli secara cukup dan mempertimbangkan bahwa sesama kita manusia yang masih membutuhkan barang tersebut.
Rasa simpati dan kebaikan kita sangat dibutuhkan. Misalnya, ketika terdapat orang yang membutuhkan tisu toilet yang sedang langka dan orang tersebut meminta kepada Anda. Anda perlu memberikan tisu toilet tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa Anda memiliki rasa simpati. melakukan kebaikan terhadap orang yang sedang benar-benar membutuhkan.
Selain
itu, Anda membuktikan bahwa memanusiakan manusia adalah prioritas utama. (Bassett, 2020)
2.
Kurangi penggunaan sosial media.
Topik percakapan tentang kelangkaan barang dapat memicu panic buying. Media sosial merupakan salah satu faktor yang dapat membuat kepanikan masyarakat bertambah. Berdasarkan penelitian dari Arafat et al. (2021) telah membuktikan di Negara Irak sebanyak 42,1% masyarakat yang panic buying dan sebesar 32,8% responden berpikir bahwa panic buying dipengaruhi oleh media sosial.
Kurangi penggunaan sosial media, misalnya mengikuti forum yang membahas tentang persediaan langka suatu barang atau melihat foto-foto rak supermarket kosong, laporan persediaan barang yang kosong (Frontiersin, 2020; Openlearn, 2021).
Dalam menggunakan media sosial, kita dapat mengajak teman-teman kita untuk membeli barang secukupnya serta percaya kepada langkah yang diambil pemerintah , sehingga public awareness dapat terjaga. Mari dengan bijak menggunakan media sosial.
Kamis, 14 April 2022
Penyebab Pisang Mudah Rusak
Berdasarkan World Atlas (2020) yang dikutip dari liputan6.com, pisang merupakan buah terpopuler kedua setelah buah tomat. Pisang memiliki banyak kandungan kalium, yang berguna untuk mempertahankan imunitas dan kebugaran tubuh. Selain itu, berdasarkan penelitian Revelo-Cáceres (2020) telah dibuktikan bahwa pisang merupakan salah satu agen yang dapat membuat minuman selada Romaine menajdi lebih disukai. Pisang merupakan buah yang cepat rusak. Hustiany & Rahmi (2020) berpendapat bahwa pisang kepok memiliki umur simpan yang relatif pendek, sedangkan pisang cukup banyak diminati oleh masyarakat, serta memiliki produktivitas yang tinggi, yaitu 696,689-883,394 kuintal/tahun dari tahun 2012 hingga 2017. Beberapa penyebab pisang menjadi rusak, yaitu:
1. Kadar air yang tinggi
Tidak hanya semangka dan melon. Ternyata, pisang merupakan buah yang mudah rusak. Hal ini disebabkan oleh kadar air yang tinggi. Hapsari & Lestari (2016) bahwa kadar air pada pisang Indonesia berkisar antara 62,01-80,94%. Selain itu, pisang memiliki aktivitas air yang tinggi berkisar antara 0.987–0.964 (Schmidt & Fontana, 2020). Teori ini diperkuat oleh Sperber (1983) yang mengatakan bahwa pengurangan aktivitas air berdampak sangat drastis pada pertumbuhan bakteri. Semakin rendah aktivitas air, maka semakin tinggi bakteri tersebut menjadi inaktif atau mati.
2. Termasuk buah klimaterik
Buah klimaterik adalah buah yang masih bisa mengalami proses pematangan secara cepat setelah panen. Namun, sesungguhnya pisang dipetik ketika matang yang ditandai dengan kulit yang berwarna hijau agar mencapai proses masak di tangan konsumen. Selama proses pematangan berlangsung, terdapat gas etilen yang bersumber dari pisang itu sendiri yang dapat mempercepat kematangan pisang. Apabila tidak dikendalikan, maka akan menyebabkan kebusukan. Teori ini didukung oleh Arti & Manurung (2020) mengemukakan bahwa buah klimaterik pada saat proses ripening lebih besar dibandingkan dengan buah non-klimaterik. Hal ini dikarenakan gas etilen dapat menyebabkan enzim-enzim, yaitu selulase dan klorofilase menjadi sangat aktif, sehingga berkontribusi terhadap pelunakan struktur dinding sel dan perubahan warna buah yang tidak diinginkan.
Sumber: University of Maryland Extension
3. Adanya memar
Pisang dapat menjadi memar, ketika terbentur ataupun jatuh selama pengiriman. Pengiriman di jalan yang berbatu / bergelombang, serta kapasitas penampungan truk yang overload dapat memicu memar pada buah (Kuyu & Tola, 2018). Selain itu, buah juga dapat memar ketika adanya vibrasi, dan kompresi. Memar pada buah bisa saja dapat memicu fungal infection dan membuat buah tersebut menjadi berjamur. Umumnya, jamur yang dapat tumbuh pada pisang yaitu Collectotrichum musae dan Fusarium spp. Fernando & Stanley (2019) juga mengemukakan bahwa memar dapat memicu reaksi pencoklatan pada pisang dan dapat meningkatkan aktivitas enzim yang dapat menurunkan kualitas warna serta melunakkan tekstur dinding sel. Tanda-tanda memar pada pisang ditandai dengan adanya warna kecokelatan di bagian pundak dan leher pisang.
4. Tempat penyimpanan yang tidak sesuai
Tempat penyimpanan yang kotor, artinya penuh dengan serangga, tidak memiliki pengaturan humidity dan suhu, serta tempat penyimpanan buah yang setengah busuk dan segar yang tidak dipisah. Adanya hal ini dapat menyebabkan cross contamination, yang dapat menurunkan kualitas pisang. Suhu gudang penyimpanan perlu dikendalikan. Menurut Mohapatra (2010) menyimpan pisang di suhu dingin adalah hal yang tidak disarankan, karena menurutnya pisang sangat sensitif terhadap perubahan temperatur. Misalnya, pada saat suhu dibawah 10 derajat celcius, pisang mengalami chilling injury, yang ditandai dengan munculnya bintik cokelat di bagian kulit pisang
Apabila disimpan di suhu di atas 30 derajat celsius, maka akan menurunkan produksi etilen dan membuat warna pisang menjadi tidak merata. Oleh karena itu, tempat penyimpanan pisang yang ideal adalah 13 hingga 14 derajat celsius saat transportasi. Tempat penyimpanan yang terlalu lembab (diatas 95%) akan menyebabkan pektin menjadi rusak sehingga kulit pisang menjadi rusak. Oleh karena itu, akan lebih baik dalam menyimpan pisang dalam tingkat kelembapan yang lebih rendah. Tingkat kelembapan yang lebih rendah akan membuat produksi etilen dan respirasi buah lebih terkendali.
DAFTAR PUSTAKA
Arti, I. M., & Manurung, A. N. H. (2020). Pengaruh Etilen Apel dan Daun Mangga Pada Pematangan Buah Pisang Kepok (Musa paradisiaca formatypica). Jurnal Pertanian Presisi (Journal of Precision Agriculture), 2(2), 77-88.
Barth, M., Hankinson, T. R., Zhuang, H., & Breidt, F. (2009). Microbiological spoilage of fruits and vegetables. In Compendium of the microbiological spoilage of foods and beverages (pp. 135-183). Springer, New York, NY.
Dahlia, A., Haryanto, A., & Suhandy, D. (2016). Studi Penggunaan KMno4 untuk Memperpanjang Umur Simpan Pisang Muli. Jurnal Teknik Pertanian Lampung, 5(2), 67-72.
Fernando, I., Fei, J., Stanley, R., & Enshaei, H. (2019). Assessment and characterizing mechanical damage in packaged bananas in the post-harvest supply chain. In MATEC Web of Conferences (Vol. 296, pp. 1-10). EDP Sciences.
Hapsari, L., & Lestari, D. A. (2016). Fruit characteristic and nutrient values of four Indonesian banana cultivars (Musa spp.) at different genomic groups. AGRIVITA, Journal of Agricultural Science, 38(3), 303-311.
Hustiany, R., & Rahmi, A. (2020). UPAYA MEMPERTAHANKAN UMUR SIMPAN PISANG KEPOK DENGAN KEMASAN AKTIF BERBAHAN ARANG AKTIF CANGKANG KELAPA SAWIT. Jurnal Teknologi Industri Pertanian, 30(2).
Kuyu, C. G., & Tola, Y. B. (2018). Assessment of banana fruit handling practices and associated fungal pathogens in Jimma town market, southwest Ethiopia. Food science & nutrition, 6(3), 609–616. https://doi.org/10.1002/fsn3.591
Mohapatra, D., Mishra, S., & Sutar, N. (2010). Banana post harvest practices: Current status and future prospects-A review. Agricultural Reviews, 31(1).
Revelo-Cáceres, D., Oliveras-López, M. J., Villalón-Mir, M., Navarro-Alarcón, M., & de la Serrana, H. L. G. (2020). Development of an Infusion Based on Romaine Lettuce and Banana for Treating Insomnia. Agricultural Sciences, 11(06), 529.
Sperber, W. H. (1983). Influence of water activity on foodborne bacteria—a review. Journal of Food Protection, 46(2), 142-150.
Schmidt, S. J., & Fontana Jr, A. J. (2020). E: Water Activity Values of Select Food Ingredients and Products. Water activity in foods: Fundamentals and applications, 573-591.
https://www.liputan6.com/global/read/4369156/ini-8-buah-terpopuler-di-dunia-mana-favoritmu. Diakses tanggal 14 April 2022. Pukul 22:05.
http://p2ptm.kemkes.go.id/artikel-sehat/khasiat-dan-manfaat-pisang#:~:text=Buah%20pisang%20kaya%20akan%20vitamin,bagi%20tubuh%20untuk%20tetap%20bugar. Diakses tanggal 14 April 2022. Pukul 22:05.
Minggu, 20 Desember 2020
Star Anise Application in Culinary Field 🍛
Star Anise
http://theepicentre.com/spice/star-anise/
Chinese utilizes star anise as a spice in Chinese Tea Eggs culinary or in Indonesia, known as pindang eggs. Cooked curries🍛, broths, meats and soups can be incorporated with star anise in Vietnam and India. Besides being able to be applied in culinary, star anise has various benefits in the food sector. Star anise is useful in the confectionary field, i.e. pastilles and medicinal tea. Europe uses star annise as a flavoring agent in jams, breads 🍞, various desserts and liquers, i.e. anisette and pernod. The distinctive aroma of star annise is mainly caused by the two components, i.e. trans anethol and shikimic acid (Boota et al., 2018).
Based on Patra et al. (2020), apart from making the dishes more flavorful, star anise has a functional component, i.e. shikimic acid, which contributes in relieving respiratory-related diseases, i.e. influenza, tuberculosis, flu, irritation in the lungs, bronchitis and coughs. Patra et al. (2020) added that there are more than 10 other bioactive components with various ingredients that are beneficial to the body, including 3-hydroxybenzoic acid which functions as an anti-depressant. Other bioactive components have various benefits, i.e. antibacterial, antioxidant, anti-inflammatory, anticoagulant, antifungal, anticancer, analgesic. The seeds contained in the flower petals of star anise has proven to be useful for increasing food digestibility (Boota et al., 2018).
~😀
References
Anonim. (2020). BAB II PERANCANGAN MEDIA INFORMASI REMPAH BUNGA LAWANG DALAM RESEP BUMBU MASAKAN ACEH. https://elib.unikom.ac.id/files/disk1/701/jbptunikompp-gdl-ichsannim5-35034-9-unikom_i-i.pdf. Diakses pada tanggal 20 Desember 2020. Pukul 15:35.
Boota, T., Rehman, R., Musthaq, A., Kazerooni, E.G. (2018). Star Anise: A Review on Benefits, Biological Activities and Potential Uses. International Journal of Chemical and Biochemical Sciences. Hal 110-114. Diakses tanggal 20 Desember 2020. Pukul 15:56.
LPPM. (2011). Manfaat Si Cantik Pekak / Bunga Lawang. https://lppm.ipb.ac.id/manfaat-si-cantik-pekak-atau-bunga-lawang/. Diakses 20 Desember 2012. Pukul 15:52
Patra, J. K., Das, G., Bose, S., Banerjee, S., Vishnuprasad, C. N., del Pilar Rodriguez‐Torres, M., & Shin, H. S. (2020). Star anise (Illicium verum): Chemical compounds, antiviral properties, and clinical relevance. Phytotherapy Research, 34(6), 1248-1267.
Rosari, A. R., Duniaji, A. S., & Nocianitri, K. A. (2018). UJI FITOKIMIA EKSTRAK BUNGA LAWANG (Illicium verum Hook. f) DAN DAYA HAMBATNYA TERHADAP Staphylococcus aureus. Jurnal Ilmu dan Teknologi Pangan (ITEPA), 7(4), 148-155.
Shahrajabian, M. H., Sun, W., & Cheng, Q. (2019). Chinese star anise and anise, magic herbs in traditional Chinese medicine and modern pharmaceutical science. Asian Journal of Medical and Biological Research, 5(3), 162-179.
Winarsih, S., Vamelia, R. E., Nurlaily, N., & Tanzila, M. G. (2018). Identifikasi Senyawa Aktif Crude Ekstrak Bunga Lawang (Illicium verum) dan Uji Antimikrobia Pembusuk Dari Daging Ayam Broiler. Jurnal Agroteknologi, 12(02), 196-202.