Label Pangan: Konsumsi Berlebihan Mempunyai Efek Laksatif

Kemarin, saya pergi jalan-jalan ke satu supermarket  yang masih tergolong baru di kota tempat saya tinggal. Lalu, saya menemukan satu wajah ...

Senin, 18 September 2023

Biang Kerok Wabah Keracunan di Zaman Belanda



Tempe bongkrek merupakan produk pangan fermentasi yang berasal dari daerah Purwokerto Banyumas, Jawa Tengah. Konon , sekitar tahun 1895, tempe yang memiliki 119 kalori (Ekosapto, 1975 dalam Kartiko) digemari oleh Masyarakat. Selain itu, produk fermentasi yang terbuat dari kombinasi bungkil, ampas kelapa dan residu santan ini banyak membuat keracunan warga sekitar, sehingga menjadi wabah di tahun 1895 (Setiawan, 2020). Dengan regulasi yang pemerintah susun, korban keracunan ini dapat ditekan. Semula 7216 menjadi 37 korban.Tujuan dari tulisan ini, yaitu memberikan informasi seputar tempe bongkrek

.

Dahulu, tempe bongkrek dibuat dan dikonsumsi karena harganya yang bersahabat. Selain itu, masyarakat di sana pun sering membuat tempe bongkrek secara mandiri. Akan tetapi, pengetahuan dan pengalaman masyarakat di dalam mengolah tempe jenis ini belum mumpuni. Oleh karenanya, tempe bongkrek yang sudah diolah, tidak sepenuhnya aman untuk dikonsumsi,  dicirikan dengan warna kekuningan dan transparan di sekitar permukaan tempe bersamaan dengan adanya asam bongkrek dan toksoflavin di dalamnya. Selain itu, racun tersebut tidak mempengaruhi aspek sensori dari tempe itu sendiri, dari segi aroma, dan rasa.  


Kedua senyawa beracun tersebut berasal dari mikroorganisme Burkholderia gladioli pathovar cocovenenans (Ghaffar, 2023) yang menyukai pangan berlemak. Asam bongkrek dikatakan jauh lebih toksik dibandingkan dengan toksoflavin. Asam bongkrek memiliki sifat yang tahan panas sehingga tidak berkurang ketika dimasak dan digoreng (Ghaffar, 2023) serta perusak cadangan glikogen di hati dan jantung. Diketahui bahwa empat jam setelah konsumsi tempe bongkrek beracun ini akan berakibat koma dan delapan jam setelahnya berakibat fatal. Sedangkan, toxoflavin mampu menghemolisis sel darah merah. Gejala-gejala yang ditimbulkan mirip dengan keracunan lainnya, yaitu pusing, mual, sakit perut, sesak nafas, sulit menelan, muntah. 


Sesungguhnya, telah diteliti banyak cara untuk mengurangi resiko kontaminasi, menghambat bakteri, dan akumulasi asam bongkrek, yaitu dikombinasikan dengan daun calincing, asam asetat, ditambahkan NaCl hingga tiga persen, dan pengeringan.  Daun calincing atau Oxalis barrelieri dapat membuat suasana fermentasi menjadi asam, sehingga B. cocovenans bisa dihambat pertumbuhannya dilengkapi dengan asam oksalat. Menjaga suhu fermentasi, higienitas, dan penyimpanan merupakan hal yang wajib dalam proses fermentasi. Bagaimanapun, produksi tempe bongkrek ini telah dibatasi semenjak tahun 1962 oleh pemerintah Indonesia.


Berdasarkan PT/PKP/06/08/1960 tanggal 22 Agustus 1960 telah dikeluarkan larangan sama sekali membuat tempe bongkrek akan tetapi, lambat laun ada beberapa peraturan tambahan Pangdam VII tahun 1961 dengan upaya pembatasan produksi. Pembatasan tersebut berisikan dua poin, yaitu dalam membuat tempe bongkrek harus ditambahkan dengan ekstrak daun calincing. Selain itu, dalam membuat tempe bongkrek harus melewati berbagai macam pelatihan terlebih dahulu yang akan mendapatkan surat keterangan dari daerah dan perlu disupervisi. Saat ini, tempe bongkrek masih diolah dan diinovasikan oleh warga Cilacap, Banyumas (Merdeka, 2021). Lebih sedap bila dikombinasikan dengan petai dan udang.   


Terima kasih telah membaca.
Semoga bermanfaat.  


Daftar Pustaka

Ghaffar, M. (2023). Asam bongkrek, toksin bakteri dari tempe bongkrek. Nutrition Scientific Journal, 2(1), 73-80.

Kartiko, L. Tinjauan Pustaka. https://repository.ump.ac.id/2816/3/BAB%20II_LINTANG%20KARTIKO%20ASIH_FARMASI%2717.pdf  Diakses tanggal 18 September 2023. Pukul 20:29. 

Merdeka. (2021). Mengenal Bongkrek, Tempe Khas Banyumas yang PIcu Keracunan Massal di Zaman Belanda. https://www.merdeka.com/histori/mengenal-bongkrek-tempe-khas-banyumas-yang-picu-keracunan-massal-di-zaman-belanda.html. Diakses tanggal 18 September 2023. Pukul 20:29. 

Setiawan, A. (2020). Petaka Tempe Bongkrek. https://historia.id/kultur/articles/petaka-tempe-bongkrek-vx2ro/page/1. Diakses tanggal 18 September 2023

Peratuan Daerah (1963). Lemabaran Daerah Djawa Tengah. https://jdih.jatengprov.go.id/produk_hukum/perda/perda_6_th_1962.pdf Diakses tanggal 18 September 2023. Pukul 20:29. 



Minggu, 17 September 2023

Probiotik dan Prebiotik




“Your gut microbiome reads like a menu of what you eat every day” - Prana Thrive


Sumber: Hellosehat


Robby ialah seorang siswa SMA laki-laki, Ia membeli suatu produk susu di supermarket. Ia heran melihat produk susu yang baru datang ke supermarket itu berlabel "baru".  Dikemas dengan jumlah cairan yang lebih sedikit dibandingkan dengan susu, dilengkapi dengan wadah yang tertutup rapat dan disimpan di lemari pendingin. Setelah digoyangkan, produk susu tersebut memiliki tekstur yang mirip seperti susu dan tertulis bermacam-macam aroma di dalamnya mulai dari cokelat hingga pisang. Ia pun tertarik membeli produk tersebut. Namun, ketika di cicipi rasanya pun masam tapi menyegarkan. Robby yang tadinya mengantuk, setelah mencicipinya,  seketika itu juga Ia langsung menjadi segar. 

Probiotik, yaitu kumpulan mikroorganisme yang hidup dan berkembang biak. Probiotik bersumber dari bahasa Yunani, yaitu Pro berarti untuk, dan Biotik bermakna hidup.  Sesungguhnya, bakteri probiotik ini telah ada sejak lahir terutama pada bayi yang lahir normal dan caesar serta makanan dan minuman hasil fermentasi. Kini, probiotik yang sering digunakan di pangan berasal dari keluarga Bifidobacteria dan Lactobacillus yang dapat menjaga tubuh dari beberapa penyakit bersumber dari usus. Beberapa contoh  Lactobacillus yang digunakan adalah Lacticaseibacillus casei, Lacticaseibacillus rhamnosus dan contoh bifidobacteria, yaitu Bifidobacterium longum BL05 dan B. bifidum Bb-12 (World Gastroenterology, 2023).


Probiotik dapat menghasilkan asam laktat, berguna untuk mengondisikan usus menjadi berpH asam. Oleh karenanya, probiotik mampu menghambat pertumbuhan mikroorganisme patogen, mengurangi kandungan laktosa pada susu. Mengejutkannya lagi, dalam majalah Farmasetika (2021), probiotik dapat dikembangkan menjadi beberapa produk perawatan kulit, yaitu sebagai pelembab kulit, pencegah peradangan, anti jerawat, dan anti bakteri. 


Prebiotik merupakan pangan yang tidak dapat dicerna oleh saluran cerna manusia yang dapat membuat populasi bifidobacteria dan lactobacillus nyaman hidup di usus, meningkatkan viabilitas bakteri, sehingga diharapkan populasi kedua keluarga bakteri tersebut dapat bertambah dan jumlah bakteri seimbang. Sesungguhnya terdapat dua jenis prebiotik, yaitu inulin dan  oligosakarida. Inulin merupakan serat pangan yang tidak bisa di hidrolisis oleh enzim pencernaan manusia. Namun, Ia dapat difermentasi oleh mikroflora usus (Setiarto dkk., 2017).   Selain mendukung pertumbuhan kedua keluarga bakteri tersebut, prebiotik dapat membantu memproteksi dan memelihara usus dari bakteri patogen. Serat yang bersumber dari sayuran, buah-buahan dan kacang-kacangan ini, juga dapat membantu penyerapan kalsium dalam usus (Aritonang dkk., 2019).



Daftar Pustaka

Aritonang, S. N., Roza, E., & Rossi, E. (2019). Probiotik dan Prebiotik: Dari Kedelai untuk Pangan Fungsional. Indomedia Pustaka.


Pratiwi, A.D.; & Susanti, D.S. (2021). Manfaat Probiotik dalam Perawatan Kulit: Review.  Majalah Farmasetika. 


Setiarto, R. H. B., Widhyastuti, N., Saskiawan, I., & Safitri, R. M. (2017). Pengaruh variasi konsentrasi inulin pada proses fermentasi oleh Lactobacillus acidophilus, Lactobacillus bulgaricus dan Streptococcus thermophilus. Biopropal Industri, 8(1), 1-17.


Shori, A. B. (2021). Application of Bifidobacterium spp in beverages and dairy food products: an overview of survival during refrigerated storage. Food Science and Technology, 42.


World Gastroenterology. (2023). Probiotics and Prebiotics. https://www.worldgastroenterology.org/UserFiles/file/guidelines/probiotics-and-prebiotics-english-2023.pdf


Jumat, 15 September 2023

Santan: Aplikasi, Jenis, dan Manfaat




Sumber: Alodokter

Santan merupakan air kelapa yang sudah dikukur yang terdiri dari emulsi lemak dalam air.  Santan sekarang sudah menjadi primadona di Indonesia. Berdasarkan Suyitno (2003), konsumsi santan penduduk Indonesia tergolong di tingkat sedang dengan tingkat konsumsi per kapita, yaitu 6,5 hingga 8,2 kilograms. Kepopuleran santan merupakan salah satu bahan makanan dan jajanan tradisional khas Indonesia, sampai-sampai kini telah terdapat santan instan, yang langsung pakai sehingga lebih mudah digunakan.


Santan berwarna putih dan beraroma harum. Di bidang kuliner, santan berkontribusi untuk menyumbang rasa gurih dan membuat makanan semakin penuh dengan flavor. Selain itu, di dalam pengolahan santan sering digunakan sebagai pengganti susu dalam proses pembuatan permen dan cokelat (Wulandari dkk., 2017). Bila dibandingkan dengan susu, santan tidak mengandung laktosa, sehingga aman untuk penderita lactose intolerant, yaitu ketidakmampuan dalam mencerna laktosa, karena kurangnya enzim laktase di dalam tubuh (National Institute of Diabetes and Digestive and Kindey Disease, 2023). .  


Sesungguhnya terdapat dua jenis tipe santan, yaitu santan kental dan encer. Santan kental memiliki tekstur yang lebih kental, kandungan lemaknya lebih tinggi, sedangkan santan encer memiliki tekstur yang lebih encer dan kandungan lemaknya lebih rendah (Nadeeshani dkk., 2015). Kegunaan kedua santan tersebut pun berbeda. Secara umum, santan kental  sering digunakan untuk masakkan Padang, dan kue. Soto, sayur lodeh lebih cocok menggunakan santan encer (Ariningsih, 2020).


Proses pengolahan santan di dalam rumah cukup sederhana dan aromanya jauh lebih sedap dibandingkan dengan santan instan. Pertama, bahan yang perlu disiapkan adalah 500 gram kelapa parut dan 500 gram air atau dengan perbandingan 1:1. Perlu dicatat bahwa kelapa perlu diparut terlebih dahulu. Daging kelapa diambil dari kelapa yang sudah tua ditandai dengan warna cangkang kelapa yang kecokelatan, dan tekstur dagingnya yang lebih keras. (IDN Times, 2022).  Gee (2023) menambahkan bahwa kelapa yang baik untuk dijadikan santan ialah kelapa berbobot berat dan banyak kandungan airnya.


 Selanjutnya, parutan kelapa direndam dengan air sebentar. Langkah berikutnya, pemerasan. Sediakan saringan dan kelapa mulai diperas dengan tangan. Dari sinilah kita bisa mendapatkan santan segar. Santan segar perlu dipanaskan sambil diaduk, didiamkan sebentar, lalu disimpan dalam lemari pendingin (Ang, 2023). Santan yang telah masak tersebut dinamakan santan kental. Dalam pembuatannya, santan encer menggunakan kelapa parut setelah hasil perendaman pertama kali, yang nantinya akan direndam dan diperas kembali. Proses penyaringan ini berguna untuk menghindari padatan masuk ke dalam santan.  


. Pastinya, sebagai bahan pangan yang bebas laktosa, santan juga memiliki beberapa kandungan gizi. Lemak merupakan salah satu kandungan gizi yang paling sering didiskusikan. Lemak dalam santan terdiri dari beberapa asam lemak, yaitu laurat, kaproat, kaprilat.   Asam laurat merupakan asam lemak yang paling tinggi terkandung dalam santan kental dan encer. Dalam Indonesian Journal of Pharmaeutical and Clinical Research tahun (2018), ditegaskan bahwa asam ini memiliki antimikroba yang jauh lebih baik dibandingkan dengan asam kaprilat. 


Akan tetapi, asam lemak laurat merupakan salah satu jenis asam lemak jenuh. Asam lemak jenuh tersebut merupakan asam lemak rantai sedang  yang memiliki atom karbon sebanyak 12 buah. Sacks (2020) menyatakan bahwa asam lemak tersebut berpotensi dapat meningkatkan kolesterol LDL (Low Density Lipoprotein). Oleh karenanya, olahan yang terbuat dari santan perlu dibatasi dan dikontrol pola makannya. Selain itu, perlu diimbangi dengan konsumsi obat-obatan dari golongan statin yang tentunya perlu pengawasan dari dokter. Diketahui bahwa obat-obatan tersebut dapat menurunkan kolesterol LDL di dalam tubuh  (Arsenault dkk., 2018).


Michael Adrian Iskandar, M.T.P.
Food Enthusiast



Daftar Pustaka
Ang, C.G. (2020). Cara Membuat Santan Sendiri di Rumah. https://www.youtube.com/watch?v=kP61xxexxuk. Diakses tanggal 16 September 2023

Ariningsih, S., Hasrini, R. F., & Khoiriyah, A. (2020). Analisis produk santan untuk pengembangan standar nasional produk santan Indonesia. Balai Besar Industri Agro, Kementerian Perindustrian, 231-238.

Arsenault, B. J., Petrides, F., Tabet, F., Bao, W., Hovingh, G. K., Boekholdt, S. M., ... & Lambert, G. (2018). Effect of atorvastatin, cholesterol ester transfer protein inhibition, and diabetes mellitus on circulating proprotein subtilisin kexin type 9 and lipoprotein (a) levels in patients at high cardiovascular risk. Journal of clinical lipidology, 12(1), 130-136.

Gee, Mc. (2023). On Food and Cooking. Scribner: US.

Nadeeshani, R., Wijayaratna, U. N., Prasadani, W. C., Ekanayake, S., Seneviratne, K. N., & Jayathilaka, N. (2015). Comparison of the basic nutritional characteristics of the first extract and second extract of coconut milk.

National Institute of Diabetes and Digestive and Kindey Disease. (2023). Lactose Intolerant. 

Sacks, F. M. (2020). Coconut oil and heart health: fact or fiction?. Circulation, 141(10), 815-817.

Silalahi, J., Karo, L. K., Sinaga, S. M., & Silalahi, Y. C. E. (2018). Composition of fatty acid and identification of lauric acid position in coconut and palm kernel oils. Indonesian Journal of Pharmaceutical and Clinical Research, 1(2), 1-8.

Suyitno. (2003). Health Benefit of Coconut Milk. Indonesian Food and Nutrition Progress.Vol 10 no 2.
Tiofani, K & Aisyah, Y. (2023). 4 Jenis Santan untuk Masakan, Simak Sebelum Bikin Rendang dan Opor. https://www.kompas.com/food/read/2023/04/13/073100075/4-jenis-santan-untuk-masakan-simak-sebelum-bikin-rendang-dan-opor

Wulandari, N., Lestari, I., & Alfiani, N. (2017). Peningkatan umur simpan produk santan kelapa dengan aplikasi bahan tambahan pangan dan teknik pasteurisasi. Jurnal Mutu Pangan: Indonesian Journal of Food Quality, 4(1), 30-37.

Mengusir Racun Sianida yang ada di Singkong, bagaimana caranya?

Source: Liputan6.com

Singkong merupakan bahan pangan dari golongan umbi-umbian. Sebesar 47% ubi kayu bisa disulap dan dimanfaatkan sebagai kudapan dan makanan pokok (Ginting & Widodo, 2013). biasanya dijadikan keripik, kudapan dan tepung. Selain itu, umbi-umbian ini bisa diolah dengan cara digoreng, direbus, dikukus, juga difermentasi. 


Masyarakat Indonesia bergantung pada singkong tertulis pada Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Kementrian Pertanian dari tahun 2015 hingga 2019, produksi singkong berlimpah di Indonesia mencapai 19.386.754 ton. Singkong sering dijadikan bahan pangan pendukung  diversifikasi pangan.


Sesungguhnya, singkong memiliki beberapa manfaat yang baik untuk tubuh, yaitu polifenol berfungsi sebagai antioksidan (Zekarias dkk., 2019), zat besi, magnesium, dan kalsium (Bayata, 2019). Namun, singkong termasuk tumbuhan  memiliki kandungan asam sianida yang merugikan tubuh. Sebab, umbi singkong termasuk hasil panen yang dapat mengalami sianogenesis, yaitu bisa membentuk sianida dan berasal dari tumbuhan golongan sianogen (McMahon, 1995).


Sianogen glukosida yang terkandung dalam umbi singkong salah satunya ialah linamarin (Dhas, 2011). Belum lagi, kandungan yang berada di dinding sel tersebut dapat menghasilkan asam sianida. Yang menjadi bahaya, ketika proses pemecahan linamarin (hidrolisis) menjadi asam sianida, terjadi di dalam tubuh (Mkpong dkk., 1990). 


Mushumbusi (2020) berhasil meneliti 66 jenis singkong mentah dapat menghasilkan sianida sebanyak   20 - 227 mg/kg. Menurut FAO (1997) batas sianida yang dapat ditolerir tubuh hanya  sebatas 10 mg /kg.   Hal ini benar-benar membuktikan bahwa singkong tidak bisa dikonsumsi dalam keadaan yang mentah. Tingginya kandungan sianida juga dapat membuat singkong terasa sangat pahit. (Muleta & Mohammed, 2017)


Jika dikonsumsi dengan kadar melebihi batas yang telah ditentukan, maka dapat menyebabkan gejala seperti mual, muntah, sakit perut, diare, kehilangan penglihatan dan pendengaran, lemas,  hingga  kematian (Mushumbusi, 2020).  


Menilik masa lalu, telah terjadi kasus keracunan terjadi di Indonesia. Pada tahun 2011, terkonfirmasi bahwa konsumsi tiwul, yaitu salah satu makanan tradisional pendukung diversifikasi pangan terbuat dari singkong dapat membuat enam meninggal dunia, karena terbukti positif keracunan sianida.  


 Sesungguhnya, dalam batas tertentu sianida dapat diolah oleh tubuh menjadi tiosianat yang lebih aman. Akan tetapi, dalam Jurnal Lingkungan & Pembanguna, Wicaksana tahun 2017, asam sianida berlebih dan menumpuk dapat berpotensi keracunan sianida yang menimbulkan efek negatif, yaitu mengurangi kekuatan otot jantung, dani daya angkut oksigen di dalam darah.  Perlu di ingat bahwa sianida masuk ke dalam tubuh dengan berbagai cara, yaitu dikonsumsi langsung, dihirup, dan dikenakan dengan kulit.


Oleh karenanya, diperlukan pemahaman mengenai langkah  yang tepat untuk mengurangi kandungan sianida pada umbi singkong sebelum diolah lebih lanjut. Menurut FAO, berikut dua cara untuk mengurangi kandungan sianida pada umbi singkong.  


  1. Pengupasan


Dalam artikelnya, FAO menegaskan bahwa kandungan sianida glukosida seperti linamarin tertinggi didapatkan pada kulitnya. Oleh karena itu, ada baiknya membuang “cikal bakal” terlebih dulu sebelum diolah. Pengupasan berguna untuk membuang bagian yang tidak dikonsumsi, kotoran, serta mengurangi bakteri yang menempel. Alat yang digunakan untuk mengupas kulit singkong wajib bebas karat. 


  1. Perendaman


Singkong yang telah dikupas dan dipotong, perlu direndam dengan air selama satu hingga tiga hari. Setelah pengupasan dan pemotongan, enzim linamarase yang ada di dinding sel berpotensi bercampur dengan linamarin karena dinding sel yang mengalami kerusakan (Andama dkk., 2017). Akan lebih baik, bila singkong diparut terlebih dahulu agar linamarin dan enzim linamarase tersembunyi di dalam sel dapat terkeluarkan. 


Saat perendaman, singkong menyerap air perlahan dan proses pelepasan sianida dari linamarin dengan bantuan enzim berlangsung tahap demi tahap, kemudian menghasilkan hidrogen sianida. Sianida tersebut akan terlarut dengan air ditandai dengan munculnya banyak buih setelah perendaman karena senyawa tersebut mudah menguap di suhu ruang, sekitar 25,7 °C dan terlarut dalam air.  Ginting & Widodo (2013) ikut menyarankan untuk mengganti air rendaman singkong  sebelum singkong diolah. 


Saran dan Kesimpulan

Bukan berati tulisan ini untuk membuat menakut-nakuti makan tiwul ya. Justru bagus ko, dengan mengonsumsi tiwul teman-teman membantu Negara sendiri untuk tidak tergantung pada beras dan mendukung program diversifikasi pangan. Maksud saya supaya para pelaku UMKM (Usaha Mikro Kecil Menengah), kafe,  pabrik, ibu-ibu dan bapak-bapak  boleh ikut prihatin dengan bahan pangan unik satu ini terutama sebelum diolah. Perlakuan singkong sebelum diolah dengan langkah yang tepat dapat membuat kita menjadi lebih merasa aman dan nyaman. 



Daftar pustaka


Andama, M., Lejju, J. B., & Oloya, B. (2017). Potential of soaking and sun-drying in detoxifying toxic cassava root tubers.


Asano, Y. (2007). Chapter 7 - Enzymes in aldoxime-nitrile pathway: versatile tools in biocatalysis. https://www.sciencedirect.com/topics/agricultural-and-biological-sciences/cyanogenesis#:~:text=On%20the%20other%20hand%2C%20cyanogenesis,attack%20by%20fungi%20and%20predators.


Azmi, M. & Farid, A. (2019) Cyanogenic Glycosides in Cassava. PhD thesis, University of Leeds. https://etheses.whiterose.ac.uk/26731/


Bayata, A. (2019). Review on nutritional value of cassava for use as a staple food. Sci J Anal Chem, 7(4), 83-91.


Bolarinwa, I. F., Oke, M. O., Olaniyan, S. A., & Ajala, A. S. (2016). A review of cyanogenic glycosides in edible plants. Toxicology–New Aspects to This Scientific Conundrum.


Cahyawati, P. N. (2017). Keracunan Akut Sianida. WICAKSANA: Jurnal Lingkungan dan Pembangunan, 1(1), 80-87.


Dhas, P. K., Chitra, P., Jayakumar, S., & Mary, A. R. (2011). Study of the effects of hydrogen cyanide exposure in Cassava workers. Indian Journal of occupational and environmental medicine, 15(3), 133.


FAO. (2013). PROPOSED DRAFT CODE OF PRACTICE TO REDUCE THE PRESENCE OF HYDROCYANIC ACID IN CASSAVA AND CASSAVA PRODUCTS. https://www.fao.org/fao-who-codexalimentarius/sh-proxy/en/?lnk=1&url=https%253A%252F%252Fworkspace.fao.org%252Fsites%252Fcodex%252FShared%2BDocuments%252FArchive%252FMeetings%252FCCCF%252Fcccf7%252Fcf07_11e.pdf 


Firdaus, I. (2023). Kisah Jessica dan Mirna, Persahabatan yang Berakhir Kematian di Gelas Es Kopi Vietnam. https://www.kompas.tv/nasional/365280/kisah-jessica-dan-mirna-persahabatan-yang-berakhir-kematian-di-gelas-es-kopi-vietnam?page=all


Ginting, E & Widodo, Y. (2013). Cyanide reduction in cassava root products through processing and selection of cultivars in relation to food safety.


Kementrian Pertanian. (2020). Outlook Ubi Kayu Komoditas Pertanian Subsektor Tanaman Pangan. https://satudata.pertanian.go.id/assets/docs/publikasi/Outlook_Komoditas_Tanaman_Pangan_Ubi_Kayu_Tahun_2020.pdf


Khumaesi, A. (2012. Singkong Bisa Jadi Pengganti Beras, Mungkinkah?

https://news.republika.co.id/berita/m2lyxy/singkong-bisa-jadi-pengganti-beras-mungkinkah


Kuete, V. (2014). Health effects of alkaloids from African medicinal plants. In Toxicological survey of African medicinal plants (pp. 611-633). Elsevier.


McMahon, J. M., White, W. L., & Sayre, R. T. (1995). Cyanogenesis in cassava (Manihot esculenta Crantz). Journal of experimental Botany, 46(7), 731-741.


Mkpong, O. E., Yan, H., Chism, G., & Sayre, R. T. (1990). Purification, characterization, and localization of linamarase in cassava. Plant physiology, 93(1), 176-181.


Muleta, F., & Mohammed, A. (2017).  Determination of Cyanide Concentration Levels in Different Cassava Varieties in Selected Iodine Deficiency Disordered (IDD) Areas of Wolaita Zone, Southern Ethiopia.


Muntoha, M. (2015). Pelatihan Pemanfaatan Dan Pengolahansingkongmenjadi Makanan Ringan Tela Rasa. Asian Journal of Innovation and Entrepreneurship (AJIE), 4(03), 188-193.


Mushumbusi, C. B., Max, R. A., Bakari, G. G., Mushi, J. R., & Balthazary, S. T. (2020). Cyanide in cassava varieties and people's perception on cyanide poisoning in selected regions of Tanzania. Journal of Agricultural Studies, 8(1), 180.


Rahmawati, F. DIVERSIFIKASI OLAHAN SINGKONG DAN PISANG. https://staffnew.uny.ac.id/upload/132296048/pengabdian/diversifikasi-olahan-singkong-dan-pisang.pdf


Setyadi, A. (2021). Keracunan Singkong Bakar, Bocah 2 Tahun di Aceh Meninggal Dunia. https://news.detik.com/berita/d-5661689/keracunan-singkong-bakar-bocah-2-tahun-di-aceh-meninggal-dunia


Tempo. (2020). Enam Tewas Keracunan Asam Sianida Pada Tiwul 

https://nasional.tempo.co/read/307074/enam-tewas-keracunan-asam-sianida-pada-tiwul


Tim Haluan Riau. (2021). Ternyata Singkong Ada yang Mengandung Sianida Berbahaya, Kenali Ciri Cirinya DAN Cara Mengobatinya

https://riau.harianhaluan.com/opini/pr-111285648/ternyata-singkong-ada-yang-mengandung-sianida-berbahaya-kenali-ciri-cirinya-dan-cara-mengobatinya


Zekarias, T., Basa, B., & Herago, T. (2019). Medicinal, nutritional and anti-nutritional properties of Cassava (Manihot esculenta): a review. Academic Journal of Nutrition, 8(3), 34-46.