Label Pangan: Konsumsi Berlebihan Mempunyai Efek Laksatif

Kemarin, saya pergi jalan-jalan ke satu supermarket  yang masih tergolong baru di kota tempat saya tinggal. Lalu, saya menemukan satu wajah ...

Kamis, 20 Agustus 2020

Mari Mengenal Alkaline Diets

Baru-baru ini, masyarakat lebih sering mengonsumsi makanan tinggi garam, lemak jenuh, gula sederhana yang dapat berasal dari snack/ekstrudat, chip, makanan kaleng, yaitu daging ataupun sup dan konsumsi serat, kalium dan magnesium, yang bersumber dari buah dan sayur, yaitu lemon, pisang dan bayam serta umbi, yaitu kentang menjadi semakin jarang.  Secara umum, bahan pangan yang memiliki kadar air tinggi memiliki pH yang asam, yaitu buah (lemon)  yang berasa asam meninggalkan residu basa, sebaliknya daging, ikan, unggas, telur yang tidak berasa asam meninggalkan residu asam. Selain itu, PRAL (Potential Renal Acid Loads) dapat dijadikan sebagai indikator, namun tidak dapat dijadikan patokan untuk mengetahui sifat asam/basa makanan tersebut.



Makanan asam dan basa
Sumber: Greatist


 Konsumsi makanan yang sering dan tinggi sodium, lemak, gula diketahui dapat menimbulkan residu asam, yaitu sulfat non volatil, asam organik tidak termetabolisasi, asam fosforat dan asam lainnya, sehingga lama kelamaan tingkat keasaman di tubuh meningkat dan mengurangi kinerja organ, mudah terkena stress, diduga dapat meningkatkan resiko penyakit kronis, menurunkan kepadatan tulang serta menurunkan massa otot. Selain itu, mineral yang bersifat basa, yaitu potassium, yang secara umum ditemukan dalam bentuk potasium sitrat, magnesium dan kalsium dalam bentuk kalsium fosfat dan karbonat akan berkurang. Rendahnya  kalsium diukur berdasarkan kandungan kalsium  yang berjumlah sedikit di dalam urin.

Kalsium tersebut dipinjam oleh tubuh untuk menetralisir asam yang ada di dalam tubuh sehingga kepadatan tulang menjadi rendah, meningkatkan inflamasi namun tidak sampai menyebabkan osteoporosis. Keasaman di dalam sel dapat diindikasikan dari pH urin dan tidak bisa diindikasikan dari pH darah. Selain itu, asam yang berlebih dapat diikat dengan visceral fat, yang terletak dekat hati, lambung dan usus dan diduga dapat memiliki efek yang kurang baik untuk tubuh. Lemak ini tidak terlihat dibandingkan dengan subcutaneous fat yang langsung terlihat di daerah lengan dan paha. Oleh karena itu, pH tubuh harus tetap terjaga dan memiliki rentang pH optimum, yaitu 7,35-7,45 (sedikit basa) dengan merawat base buffer system atau sistem penyangga basa di dalam tubuh. Oleh karena itu, alkaline diet perlu diterapkan.

 Base buffer system dalam tubuh lama kelamaan akan lelah dan stress apabila kurang konsumsi makanan yang bersifat basa dan lebih sering mengonsumsi bahan pangan dengan lemak, gula dan sodium yang tinggi sehingga tubuh sulit terlindungi, namun, bukan berarti tubuh tidak butuh makanan yang meninggalkan residu asam, yaitu daging, karena  daging, telur, unggas karena dari bahan pangan tersebut masih dibutuhkan protein yaitu untuk membangun massa otot dan merupakan gabungan dari asam amino, yang digunakan untuk membangun DNA dan mengandung asam lemak esensial yang dibutuhkan oleh tubuh. Konsumsi ikan, daging, telur, unggas masih perlu dilaksanakan dalam melakukan alkaline diet.  

Berdasarkan Elisa (2009) dikatakan bahwa sebaiknya tubuh  mengonsumsi makanan yang bersifat alkali sebesar 60% sehari-hari dan 80% apabila sedang tahap pemulihan. Selain itu, di dalam pola makan alkali harus memenuhi 40% kebutuhan lemak sehari-hari dan 20% apabila sedang tahap pemulihan. Menu yang digunakan harus bervariasi dan siklus waktu yang tepat, dan dikonsumsi dalam porsi yang cukup. Dalam tahap melakukan alkaline diet, dibutuhkan delapan tahap dalam melakukan diet alkaline, yaitu tahap detoks, prenourishing, transisi, filling phase, dan diet mediteranian hingga asian diet (Deangela, 2020). Disarankan untuk mencoba alkaline diet, sebaiknya mendiskusikannya terlebih dahulu kepada yang lebih berwenang, yaitu dokter gizi pribadi, ahli gizi atau dietitian.

Dalam pola makan alkaline diet pangan, yaitu  kopi, alkohol, makanan berpengawet dihindari  dan perbanyak konsumsi sayur dan buah organik serta susu dan minuman probiotik, yaitu yoghurt dan smoothies.  Kandungan yoghurt dapat memperlancar pencernaan sehingga mencegah reabsorpsi komponen-komponen toksik yang terkandung dalam feses yang tidak terkeluarkan secara teratur (Elisa, 2009). Mengonsumsi makanan yang bersifat basa dapat mengurangi rasa sakit akibat atritis, meningkatkan growth hormone, menjaga kesehatan tulang, mengurangi resiko terkena hipertensi dan struk reparasi jaringan yang rusak dan meningkatkan total energi dalam tubuh (sel bekerja secara optimum), dan meningkatkan kesehatan tulang.

 

Daftar Pustaka

CDC. (2020).  Get the Fact Sodium and the Dietary Guidlines.   https://www.cdc.gov/salt/pdfs/sodium_dietary_guidelines.pdf

Deangela, E. (2020) 56 Days Enhanced Alkalizing Meal Plans. http://thealkalinediet.org/viparea/56DaysEnhancedMealPlans.pdf

Elisa/Act .(2009). The Alkaline Way. RMJ Holdings LLC.

Mousa, H. (2016). Health Effects of Alkaline Diet and Water, Reduction of Digestive-tract Bacterial Load, and Earthing- Review Article. Alternative THerapies Vol 22. No. S1. 24-33

Sangma et al. (2019).  Concept of Acid Alkaline Diet. The Pharma Innovation Journal. Hal 932-935.

Schwalfenberg, G. (2012). Review Article - The Alkaline Diet: Is There Evidence That an Alkaline pH Diet Benefits Health ?



Tidak ada komentar:

Posting Komentar