Masyarakat Indonesia sangat menyukai beras, ketergantungan terhadap beras semakin meningkat. Hal ini juga didukung oleh kebiasaan masyarakat Indonesia dalam mengonsumsi beras sebagai makanan pokok dan mindset yang berpikiran bahwa apabila belum mengonsumsi nasi, maka belum terasa kenyang (Noviasari dkk., 2017). Variasi serealia, umbi-umbian dan kacang-kacangan di Indonesia sangat beragam dan masyarakat dapat menjadikan kesempatan ini untuk melakukan diversifikasi atau penganekaragaman pangan dan mencegah ketergantungan kepada beras. Beras analog ini ditemukan dan terus dikembangkan oleh Prof. Dr. Slamet Budijanto, M.Agr., seorang Guru Besar Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan Institut Pertanian Bogor (Khoer, 2014).
beras analog sumber: edukasi okezone |
Beras analog, yaitu inovasi pangan mirip beras berbasis pangan lokal, yang terdiri dari campuran serealia, umbi-umbian serta kacang-kacangan. Beras analog memiliki bentuk yang mirip dengan beras dan memiliki kandungan gizi yang bervariasi. Secara umum, serealia yaitu jagung, sorgum, bekatul, milet, gandum digunakan sebagai sumber karbohidrat, umbi-umbian, yaitu ubi kayu, ubi jalar akan diambil patinya dan dimanfaatkan untuk membuat tekstur nasi analog menjadi lebih kokoh dan pulen, selain itu kacang-kacangan yaitu kacang kedelai, digunakan untuk menambah kandungan protein, pati resisten serta polifenol. Secara umum, beras analog diproduksi dengan menggunakan metode ekstrusi, yang terdiri dari proses pencampuran, pemasakkan dan pencetakkan menggunakan alat ekstruder.
Noviasari dkk. (2017) mengemukakan bahwa keunggulan beras analog, yaitu memiliki metode memasak yang menyerupai dengan beras pada umumnya, yaitu menggunakan rice cooker dan dapat disantap dengan menggunakan lauk pauk, memiliki indeks glikemi yang rendah sehingga dapat dikonsumsi oleh penderita diabetes (harus seizin dokter/ dietitian pribadi), selain itu beras analog merupakan sumber serat karena mengandung serat minimal tiga persen dan berdasarkan penelitian Noviasari dkk. (2017), sumber serat yang didapatkan dari beras analog berkisar antara 3,65-13,3%. Kualitas fisik, berupa warna dan bentuk beras, kimia berupa kandungan air, lemak, protein, indeks glikemi, total fenol beras analog dan sensori berupa warna, rasa dan tekstur nasi analog dipengaruhi oleh komposisi dan jenis serealia, umbi-umbian dan kacang-kacangan yang terkandung di dalam masing-masing beras analog (Noviasari dkk., 2017).
Daftar Pustaka
Khoer, M. (2014). https://ekonomi.bisnis.com/read/20141002/99/261750/diversifikasi-pangan-pengembangan-beras-analog-stagnan. Diakses tanggal 6 Juli 2020. Pukul 14:59.
Noviasari S, dkk. (2017). Karakteristik Fisik, Kimia dan Sensori Beras Analog Berbasis Bahan Pangan Non Beras. Pangan Vol.26 No. 1 April 2017.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar