Label Pangan: Konsumsi Berlebihan Mempunyai Efek Laksatif

Kemarin, saya pergi jalan-jalan ke satu supermarket  yang masih tergolong baru di kota tempat saya tinggal. Lalu, saya menemukan satu wajah ...

Sabtu, 12 September 2020

MANFAAT SARAPAN PAGI

MANFAAT SARAPAN PAGI
Disusun oleh: Michael Adrian Iskandar l Food Enthusiast
 
Sarapan pagi merupakan makanan yang dikonsumsi saat pagi hari mulai dari bangun tidur hingga pukul 10.00. Berdasarkan pernyataan Hardiansyah yang dikutip dari Jurnal Bakti Masyarakat Indonesia tahun 2019, tertulis bahwa tujuh dari sepuluh anak Indonesia tidak sarapan sebelum berangkat ke sekolah. Sarapan merupakan hal yang penting bagi siswa dari jenjang SD, SMP hingga mahasiswa. Memaknai pentingnya serta membiasakan sarapan telah tertulis di Permenkes no 41/2014 mengenai pedoman Gizi Seimbang dalam poin ke enam, yaitu "Biasakkan Sarapan". Hardiansyah (2013) mengemukakan bahwa banyak orang yang salah sangka memaknai kata sarapan, misalnya dengan kita mengonsumsi air/kopi/teh saja, mengonsumsi satu potong kue kecil atau mengonsumsi makanan lebih dari pukul 10. Kebiasaan tersebut tidak dapat disebut sarapan. 



Sarapan pada anak
Sumber: Parenting.co.id


 
Lantas bagaimana sarapan yang baik?
Dalam beberapa penelitian dikatakan bahwa dalam mengonsumsi sarapan, menu yang disajikan wajib menjadi sumber zat tenaga, sumber zat pembangun, dan sumber zat pengatur, yaitu karbohidrat, protein, lemak serta serat. Terdapat jurnal yang mengatakan bahwa harus empat sehat lima sempurna. Hal ini diperkuat oleh pernyataan yang dituliskan oleh Kementrian Kependidikan dan Kebudayaan RI (2019) mengemukakan bahwa sarapan yang baik harus alami yaitu tidak menambahkan bahan pengawet ataupun pemanis buatan, bergizi dan dalam porsi yang cukup (sedang). Dilihat dari segi kalori yang dibutuhkan, sarapan pagi harus mencakup 20-25% dari energi tubuh per hari. Untuk anak-anak berkisar 200-300 kalori. Makan pagi atau disebut juga sarapan, tidak boleh dilakukan lebih dari pukul 10.00
 
Apa saja sih manfaat sarapan?
Kandungan karbohidrat atau glukosa dalam nasi, roti dapat meningkatkan tingkat konsentrasi dan fungsi kognitif, yaitu yang berhubungan dengan daya ingat / memori. Sedangkan, kandungan protein yang ditemukan pada tempe, telur, tahu atau bahan pangan lainnya dibutuhkan sebagai transpor glukosa sehingga dapat berkontribusi dalam memberikan energi. Lemak, vitamin dan mineral yang diperoleh dari susu, sayur-sayuran dan buah-buahan dapat berkontribusi untuk mendukung metabolisme tubuh serta berbagai fungsi fisiologis. Beberapa penelitian juga membuktikan bahwa murid SD yang mengonsumsi sarapan meningkatkan peluang untuk berprestasi, karena dapat menyerap dan memproses pelajaran di sekolah dengan baik dan konsentrasi serta fokus yang tetap terjaga. Dalam beberapa penelitian dikatakan bahwa sarapan tidak hanya berperan sebagai kebiasaan saja, namun dapat berkontribusi dalam mengendalikan kalori yang terasup pada siang hari dan dapat mencegah penyakit maag.
 
Lalu, bagaimana dampak negatif apabila tidak sarapan?
Berdasarkan Mawarni (2018) tidak sarapan dapat beresiko menimbulkan efek jangka panjang dan pendek. Efek jangka pendek yang beresiko dapat muncul adalah maag, sakit kepala, badan lemas sedangkan efek jangka panjang yang beresiko dapat menurunkan sistem imun tubuh. Badan lemas diakibatkan oleh cadangan glukosa atau glikogen yang telah habis digunakan.
Sarapan ini apakah hanya berguna untuk anak SD?
Tidak juga, beberapa studi yang telah dilakukan membuktikan bahwa sarapan juga berkorelasi dapat meningkatkan konsentrasi mahasiswa pada saat mengikuti perkuliahan, namun hingga saat ini untuk pekerja / karyawan industri boga belum ditemukan hubungan yang signifikan antara sarapan dengan tingkat kelelahan. Hal ini diduga masih banyak faktor salah satunya yang diduga adalah usia yang masih produktif sehingga masih tetap fit dalam menjalankan pekerjaan.
Sarapan memiliki banyak manfaat, namun mengapa kebiasaan sarapan masih sulit untuk diterapkan pada beberapa keluarga?
Hal ini dikarenakan berbagai macam faktor, misalnya dari anak-anak itu sendiri, yaitu khawatir, takut terlambat masuk sekolah sehingga tergesa-gesa berangkat ke sekolah, tidak merasa lapar, kesiangan bangun tidur. Apabila mahasiswa, masuk perkuliahan pagi dan diduga ada yang bekerja pada shift pagi. Apabila dari orang tua sendiri, sibuk dalam pekerjaan sehingga tidak dapat menyiapkan sarapan untuk anak-anaknya. 
 
Bagaimanakah Solusinya?
Berdasarkan jurnal Abdimas tahun 2016, terdapat beberapa solusi yang dapat dilakukan oleh orang tua, yaitu mengajak anak tidur sebelum jam 9 malam dan membangunkan anak satu jam sebelum berangkat ke sekolah. Nestle (2020) berpendapat bahwa berdasarkan faktor psikologis, anak-anak paling suka meniru orang tuanya. Oleh karena itu, orang tua tidak hanya menyiapkan makanan saja dengan menu yang sudah bergizi, cukup dan bervariasi, namun sebaiknya ikut bersama-sama sarapan dengan anak. Dengan begitu diharapkan anak-anak dapat menumbuhkembangkan kebiasaan baik untuk tidak melewatkan sarapan.
Sekolah / perguruan tinggi juga dapat berkontribusi dalam mendukung kebiasaan sarapan ini. Misalnya, di kantin sekolah diterapkan pengolahan makan sehat, tersedia fasilitas kulkas dan ruangan dapur yang tidak sempit, tidak berpengawet, tidak menggunakan pemanis buatan dan bersih sehingga orang tua dapat mempercayakan anaknya untuk "sarapan mandiri" di sekolah dengan bekal uang jajan yang dilakukan pada saat jam istirahat (misanya, pukul 9).
Di beberapa wilayah, anak-anak SD sangat berantusias dalam mengikuti edukasi gizi mengenai sarapan pagi. Oleh karena itu, sekolah dapat bekerja dengan puskesmas untuk mengadakan edukasi gizi. Edukasi ini dapat berbentuk kuis, presentasi,, makan bersama, games, cerita bergambar, animasi, bermain peran, berdiskusi atau menggunakan beberapa alat bantu seperti cakram gizi serta brosur yang dapat dibawa pulang ke rumah untuk bisa disampaikan ke orang tua.
Terkhusus untuk sekolah PAUD dan TK, guru-guru dapat dilatih agar bisa menyampaikan pesan melalui story telling kepada siswa/i dengan begitu guru-guru dapat membantu orang tua dalam menumbuhkan kesadaran betapa perlu dan pentingnya sarapan pagi dalam proses belajar di sekolah.
 
Menu-menu yang dapat dicoba apa saja?
Berdasarkan Jurnal Bakti Masyarakat Indonesia (2019) dikatakan bahwa Kementrian Kesehatan mengusulkan beberapa menu yang mudah dibuat dalam melakukan sarapan pagi untuk orang tua. untuk anak-anak yang berusia 6-12 tahun. Misalnya, kombinasi setangkup roti, telur mata sapi,sayuran, susu atau dapat dicoba juga nasi goreng, telur dadar dan sayuran. Selain itu, sereal dikombinasikan dengan susu dan buah dapat menjadi pilihan yang tepat. 
 
Mari kita bersama-sama membiasakan sarapan pagi, sehingga dapat meningkatkan konsentrasi dan fokus pada saat belajar. 
 
Daftar Pustaka
1. Aiyasa, I. G., & Datya, A. I. (2016). Pengaruh Sarapan Pagi Dan Status Gizi Terhadap Prestasi Belajar Siswa Sekolah Dasar Di Kabupaten Buleleng. VIRGIN: Jurnal Ilmiah Kesehatan Dan Sains, 2(1).
2. Ferawati, S. S. (2016). Hubungan Kebiasaan Sarapan Pagi Dengan Konsentrasi Belajar Siswa-Siswi Sd Muhammadiyah Karang Tengah Imogiri Bantul Yogyakarta. Ilmu Kebidanan, 4(1), 53-61
3. Giyan, M., Duarsa, D. P., & Ani, L. S. (2019). STATUS GIZI, POLA, KONSUMSI SARAPAN DAN CAMILAN PADA SISWA SDN 3 SESETAN DENPASAR. Jurnal Medika Udayana Vol 8 No 6.
4. Hardinsyah. (2013). SARAPAN SEHAT SALAH SATU PILAR GIZI SEIMBANG . Simposium Nas Sarapan Sehat.
5. Hardinsyah, H., & Aries, M. (2016). Jenis pangan sarapan dan perannya dalam asupan gizi harian anak usia 6—12 tahun di indonesia. Jurnal Gizi dan Pangan, 7(2), 89-96.
6. Iqbal, M., & Tahlil, T. (2015). MAKAN PAGI DAN PRESTASI AKADEMIK PADA ANAK USIA SEKOLAH DI BANDA ACEH. Idea Nursing Journal, 6(2), 11-19.
7. Kementrian Kependidikan dan Kebudayaan Republik Indonsia. (2019). Pentingnya Sarapan Untuk Anak.
8. Khalida, E., Fadlyana, E., & Somasetia, D. H. (2016). Hubungan Kebiasaan Sarapan dengan Prestasi Belajar dan Fungsi Kognitif pada Anak Sekolah Dasar. Sari Pediatri, 17(2), 89-94.
9. La Fua, J., & Nurlila, R. U. (2016). Hubungan antara Kebiasaan Sarapan Pagi, Dukungan Orang Tua, Fasilitas Sekolah dengan Prestasi Belajar Siswa di SD Negeri 01 Gunung Sari Kec. Bonegunu Kab. Buton Utara. Al-Ta'dib, 9(2), 22-43.
10. Lasidi, O. D., & Umboh, A. (2018). HUBUNGAN STATUS GIZI DAN KUALITAS SARAPAN PAGI DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS IV DAN V DI SD NEGERI 21 MANADO. JURNAL KEPERAWATAN, 6(1).
11. Mawarni, E. E. (2018). Edukasi Gizi” Pentingnya Sarapan Sehat Bagi Anak Sekolah”. Warta Pengabdian, 11(4), 97-107.
12, Safaryani, P., & Hartini, S. (2017). Pengaruh Sarapan Pagi Terhadap Tingkat Konsentrasi Belajar Anak Sd Negeri Karangayu 02 Semarang. Karya Ilmiah, 6(1).
14. Nurwijayanti, N. (2018). Pola Makan, Kebiasaan Sarapan dan Status Gizi Berhubungan Dengan Prestasi Belajar Siswa SMK di Kota Kediri. Care: Jurnal Ilmiah Ilmu Kesehatan, 6(1), 54-63.
15. Oktariani, R., Rakhma, L. R., & Kurniawan, A. (2019). Sarapan Pagi, Status Gizi dan Kelelahan Pada Karyawan di Brownies Cinta Karanganyar. Jurnal Dunia Gizi, 2(2), 79-84.
16. Purwanti, S., & Shoufiah, R. (2017). Kebiasaan Sarapan Pagi Mempengaruhi Status Gizi Remaja. Husada Mahakam, 1(I)
17. Purnawinadi, I. G., & Lotulung, C. V. (2020). KEBIASAAN SARAPAN DAN KONSENTRASI BELAJAR MAHASISWA. Nutrix Journal, 4(1), 31-38.
18. Putra, A., Syafira, D. N., Maulyda, S., Afandi, A., & Wahyuni, S. (2018). Kebiasaan Sarapan pada Mahasiswa Aktif. HIGEIA (Journal of Public Health Research and Development), 2(4), 577-586
19. Rahman, N., Dewi, N. U., & Bohari, B. (2017). Kebiasaan Sarapan Pagi, Asupan Zat Gizi, Dan Status Gizi Murid Sdn Inpres 3 Tondo, Kota Palu. Preventif: Jurnal Kesehatan Masyarakat, 8(1).
20. Sitoayu, L., Wahyuni, Y., Angkasa, D., & Noviyanti, A. (2016). Sarapan Sehat Menuju Generasi Sehat Berprestasi. Jurnal Abdimas, 3(1), 56-62.
21. Sopiyandi, S., & Puspita, W. L. (2016). Analisis jenis, Jumlah dan Mutu Sarapan Pagi siswa sekolah dasar. Jurnal Vokasi Kesehatan, 2(1), 62-68.
22. Sukiniarti, S. (2016). Kebiasaan Makan Pagi pada Anak Usia SD dan Hubungannya dengan Tingkat Kesehatan dan Prestasi Belajar. JPBI (Jurnal Pendidikan Biologi Indonesia), 1(3).
23. Suraya, S., Apriyani, S. S., Larasaty, D., Indraswari, D., Lusiana, E., & Anna, G. T. (2019). “SARAPAN YUKS” PENTINGNYA SARAPAN PAGI BAGI ANAK-ANAK. Jurnal Bakti Masyarakat Indonesia, 2(1).
24. Utama, L. J., Sembiring, A. C., & Sine, J. G. L. (2018). Perilaku sarapan pagi kaitannya dengan status gizi dan anemia pada anak sekolah dasar. Jurnal Gizi Indonesia (The Indonesian Journal of Nutrition), 7(1), 63-68..
25. Wahyuningsih, R., & Darni, J. (2020). PENGGUNAAN CAKRAM GIZI SARAPAN PAGI SEBAGAI MEDIA EDUKASI UNTUK MENINGKATKAN PENGETAHUAN SISWA. Jurnal Pengabdian Masyarakat Sasambo, 1(2), 70-74.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar